Saat Yui keluar dari kelas yang kosong, ia mengenakan tasnya dan berjalan dengan kakinya yang terpincang. Penampilannya memang sedikit lebih baik dari sebelumnya. Rambut yang ditata dengan baik, dan seragam yang terkena ludah telah disiram air. Plester bermotif kelinci menempel di pipinya untuk menutupi luka.
Yui sebenarnya berbohong tentang dirinya yang pulang karena tidak enak badan. Dia masih di sekolah, mengamati Suna dari jauh yang sedang bersama seorang senior. Yui merasa bersalah dan menyesal karena berbohong, namun ia terpaksa melakukannya karena senior itu terus mengancamnya.
Meskipun tubuhnya terasa sakit, Yui berusaha untuk tetap berdiri dan berjalan. Perasaannya campur aduk antara ketakutan, kesedihan, dan rasa bersalah.
"Hei kau!"
Kepala Yui mendongak. Terheran masih ada orang di sini pada jam segini. Ia melihat sosok pria jangkung berambut abu-abu, berjalan menghampirinya. Yui merasa familiar dengan wajah itu.
"a-uhm...kenapa ya?"
"Hei, bukankah kau Saito Yui? Kau cewenya Suna, kan?" Osamu bertanya, dengan ekspresi terkejut di wajahnya.
"I-iyaa...aku temannya, ada apa?"
"Oh? Kukira kau akan pulang sekolah bareng Suna. Dia bilang akan pulang bareng denganmu. Apa terjadi sesuatu?" Tanya Osamu, mencoba mencari tahu mengapa Yui sendirian dan tidak bersama Suna seperti yang Suna katakan.
"a-ah n-tidak ada apa-apa, yahh, tidak ada apa-apa"
Osamu melihat Yui bertingkah aneh, tampak cemas akan sesuatu. Ia memperhatikan tatapan gugup dan perilaku gadis itu yang gelisah, yang membuatnya menjadi sedikit curiga.
Dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya apakah ada sesuatu yang salah. Mengapa Yui begitu gugup? Osamu semakin penasaran, tetapi dia memutuskan untuk tetap diam untuk saat ini.
"Apa kau yakin semuanya baik-baik saja, Saito? Kau tampak sedikit... gelisah. Apa ada yang mengganggu pikiranmu?"
"T-tidak ada! tidak ada yang perlu dikhawatirkan hehe...."
Melihat kegugupan Yui, tatapan Osamu melembut.
"Hei, tidak apa-apa jika kau tidak ingin membicarakannya. Tapi, jika kau butuh teman, aku bisa menemanimu pulang jika kau mau. Tidak masalah sama sekali."
"Tidak perlu, aku takut merepotkanmu, uhm...Miya-san?"
"Osamu. Dan kau tidak perlu khawatir kalau kau menggangguku. Akulah yang menawarkan, ingat? Aku akan merasa jauh lebih baik jika tahu kau aman."
PLUK
"Maaf, tapi di luar mungkin agak dingin. Pakai jaketku saja." Osamu berkata sambil tersenyum lembut, berharap dia bisa meredakan sebagian kegugupan Yui.
🦊
Duduk di bangku panjang berwarna putih, menunggu bus yang akan mengantar Yui ke tempat tujuan. Kaki-kakinya yang tergantung bebas di udara, diayunkan perlahan, sementara matanya mengamati sekeliling, melihat ke kanan dan kiri.
Angin sore yang sejuk berhembus, membuat dedaunan berdesir lembut, menciptakan suasana yang sedikit lebih nyaman.
Di sisi lain, Osamu tidak dapat menahan diri untuk memperhatikan Yui yang mengayunkan kakinya seperti anak kecil yang tidak bisa duduk diam. Tatapan mata Osamu melembut dan senyum kecil tersungging di bibirnya.
'Dia sebenarnya cukup imut. Gak heran Suna tertarik padanya. Siapa yang bisa menolak keimutan itu?'
Selagi Osamu memperhatikan Yui, dia membiarkan pikirannya mengembara sejenak, memikirkan apa yang mungkin terjadi seandainya Yui adalah pacarnya sendiri.
'Bagaimana jika dia milikku? Apa dia akan bertingkah seimut ini di depanku?'
Pikiran itu membuatnya sedikit getir, tetapi ia segera menepisnya. Ia tahu bahwa hati Yui sudah terikat oleh Suna. Ia tahu bahwa tidak baik berkhayal tentang cinta orang lain, terutama sahabatnya sendiri. Selain itu, ia tidak ingin merusak persahabatan yang telah terjalin antara dirinya dengan Suna. Namun, pikiran itu tetap terngiang di benaknya sejenak.
'Gak, aku hanya egois. Itu gak benar, Suna sahabatku.'
"Osamu-san kenapa menggelengkan kepala?"
Osamu kembali ke dunia nyata, mengabaikan sejenak perenungan yang sempat ia biarkan.
"Oh, tidak apa-apa," jawabnya. Ia melirik Yui sambil tersenyum kecil.
"Hanya memikirkan sesuatu yang tidak penting." Ia tidak ingin mengungkapkan isi pikirannya, tidak ingin membuat situasi menjadi lebih rumit atau tidak nyaman dari yang sudah ada.
Yui menatap pupil abu-abu itu sejenak sebelum mengangguk tanda mengerti.
Saat Osamu mengamati Yui lagi, ia melihat ada kelopak bunga sakura di rambutnya. Ia tak bisa tidak berpikir itu adalah pemandangan yang manis. Detail kecil namun mencolok yang menarik perhatiannya.
"Ada kelopak di rambutmu," kata Osamu lembut. Ia mengulurkan tangan untuk menyingkirkan kelopak bunga sakura yang jatuh ke rambut gadis itu.
"Pasti tersangkut waktu kita berjalan di bawah pohon sakura itu, kan?"
"Mungkin benar, angin meniupnya dan tersangkut di rambutku hahaha....tapi terima kasih sudah mengambilkannya,"
dilanjut Yui yang tersenyum manis ke arah Osamu.Jantung Osamu berdebar kencang saat Yui tersenyum manis padanya, rasa terima kasihnya tampak jelas dalam suaranya. Pipi Osamu merona lalu cepat-cepat menoleh, mencoba menyembunyikan reaksinya dari Yui. Ia tidak ingin Yui tahu bahwa senyumnya se berpengaruh itu padanya.
Senyum Yui memang menular, dan menyentuh hatinya. Ia merasa sedikit gugup dengan gerakan sederhana itu, dan ia tidak percaya bagaimana jantungnya sendiri berdebar kencang hanya dengan interaksi sederhana seperti itu.
"Sama-sama... " Osamu tergagap.
Beberapa saat kemudian, senyum Yui mengembang karena bus yang dia tunggu sudah menunjukkan tanda-tanda muncul. Kedua lampu bus terpancar di hadapan mereka, disertai bunyi derit rem yang keras. Bus itu berhenti tepat di hadapan mereka yang sedang duduk.
Jaket merah marun milik Osamu yang tadinya menutupi tubuh Yui, dilepas dan dilipat dengan rapi sebelum menyerahkan kembali kepada pemiliknya.
"Terima kasih atas jaketnya, dan juga terima kasih telah menemaniku. Uhm... selamat tinggal!" ucap Yui, sambil memberikan lambaian terakhir sebelum naik bus. Pintu bus tertutup otomatis setelah Yui masuk. Dari bilik kaca, dia bisa melihat wajah Osamu yang hanya terdiam.
Karena Osamu belum melambaikan tangan sebagai balasan, Yui melambaikan tangan dengan penuh semangat, berharap mendapatkan jawaban. Sampai bus mulai bergerak dan meninggalkan Osamu sendirian, termenung.
Saat bus melaju pergi, tangan Osamu tanpa sadar menyentuh dadanya, merasakan detak jantungnya yang semakin cepat. Ia merasakan rona merah hangat menyebar di pipinya.
'Perasaan apa ini?'
Di lubuk hatinya yang terdalam, dia diam-diam menginginkan Yui untuk dirinya sendiri, tetapi dia tahu bahwa Yui adalah milik Suna. Dia merasa menyesal karena telah memiliki pikiran seperti itu, mengetahui bahwa dia seharusnya mendukung hubungan sahabatnya itu.
"Ini tidak benar," pikir Osamu. Dalam hati, meminta maaf kepada Suna karena telah menaruh rasa pada gebetannya.
"Ah, aku tidak bisa memberi tahu Suna tentang ini." Osamu bertekad untuk menyimpan perasaannya sendiri. Ia merasakan campuran antara kebingungan dan ketertarikan, tetapi memutuskan untuk menyimpannya sendiri sampai ia dapat memilah perasaannya sendiri.
🦊
TING!
"Osamu...." Suna mengerang. "Kenapa Yui bersamanya? Apa terjadi sesuatu di antara mereka? Apa Osamu mencoba mengambil apa yang menjadi milikku?"
'Aku harus mencari tahu apa yang terjadi antara dia dan Yui dan mengakhiri semua keraguan yang mengganggu ini.'
KAMU SEDANG MEMBACA
A Shy Junior's Journey || Suna Rintarou
RomanceWaktu seakan melambat ketika aku mengamati antusiasme gadis itu di tribun. Setelah pertandingan berakhir, aku mengambil sebotol air dan mengabaikan rekan satu timku yang merayakan kemenangan. Entah kenapa, aku merasa perlu untuk mendekatinya. "Hei,"...