01

32K 971 22
                                    


"Kak, takut." Lirih pemuda manis di pelukannya buat Jaemin tersenyum tipis.

"Kamu tunggu di sini, kakak mau ke depan sebentar." Ucap Jaemin pelan, mengusap punggung sang adik.

"Jangan kak, aku nggak mau mereka lukain kakak." Sahut sang adik, Jaemin menggeleng.

"Sebentar, tunggu di sini aja." Jaemin melepaskan pelukannya, berjalan dengan menghela nafas pelan menuju pintu.

Ceklek.

"Bayar utang lu." Ucap pria dengan wajah mengerikan di depannya.

"Maaf, bang. Saya lagi gak ada uang, bisa kasih saya waktu lagi?" Kata Jaemin, pria itu berdecak.

"Udah sering gua kasih waktu, tapi masih aja gak bisa bayar. Bilangnya gak ada duit mulu, gua juga kaga ada duit bukan lu doang." Marah pria itu, Jaemin menundukkan kepalanya.

"Kasih saya waktu lagi, saya janji akan bayar. Kemarin uangnya ke pakai untuk keperluan adik saya sekolah." Mohon Jaemin.

"Gua kasih waktu sampe lusa, awas kalau kaga bisa bayar lagi. Gua ambil rumah lu." Final pria itu, Jaemin menghela nafas pelan dan mengangguk.

"Terima kasih, bang."

"Cabut." Pria tampan itu kemudian pergi bersama beberapa anak buahnya meninggalkan perkarangan rumah Jaemin.

Jaemin menutup pintu rumah, menguncinya dan berjalan menuju sang adik yang kini menatapnya.

"Kakak gak papa? Mereka gak apa-apain kakak, kan?" Tanya sang adik, Jaemin mengangguk.

"Kakak gak papa." Adiknya menghela nafas lega.

"Adek minta maaf, karena keperluan adek kemarin uang nya jadi ke pake." Lirih Wonbin, adik Jaemin.

"Gak usah di pikirin, mending adek mandi. Kakak mau ke warung dulu."

"Adek mau ikut, mandinya nanti aja, ya?" Jaemin tersenyum dan mengangguk.

"Yeay, ayo kakak!"

Jaemin berjalan keluar rumah bersama Wonbin menuju warung yang tak jauh dari rumah mereka.

Pria manis itu ingin membeli beberapa bahan makanan untuk makan malam nanti, untung saja warung itu menyediakan sayuran pagi dan sore dengan keadaan yang masih segar.

Dalam perjalanan beberapa kali Jaemin tersenyum kearah orang-orang yang menyapanya, begitu Wonbin. Anak itu tampak ceria.

"Adek mau sup, kak." Ucap Wonbin, Jaemin mengangguk. Mengambil bahan-bahan sup, dua bungkus telur puyuh, baso juga bawang putih.

"Ada lagi?" Tanya Jaemin, Wonbin menggeleng.

"Kak, adek mau mie boleh?" Tanya Wonbin saat Jaemin hendak membayar.

"Kan mau makan sup, kenapa mau mie juga?" Jaemin balik bertanya, bukan bermaksud pelit pada Wonbin.

"Mie nya buat besok."

"Iya boleh, mau mie apa?" Tanya Jaemin.

"Mie goreng."

Jaemin diam menunggu wanita di depannya menghitung jumlah belanjaan.

"Dua puluh ribu, na. Mau dicatet?" Jaemin menggeleng.

"Nggak, bu. Ini" Jaemin memberikan selembar uang berwarna hijau.

"Pas, makasih ya, na." Jaemin mengangguk.

"Sama-sama bu."

Jaemin menggandeng tangan Wonbin untuk pulang, pertanyaan ibu warung tadi itu adalah kebiasaan Jaemin saat ayah dan ibu nya masih ada.

Mas Jeno | Nomin [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang