Chapter 12

1.2K 158 169
                                    

8 chapter lagi, sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


8 chapter lagi, sayang.... Siap-siapa, ya :p

Udah nemu pilihan yg fix belum?

Btw, di sini aku kasih tau lagi ya kalau dari awal Renjun sama member NCT Wish udh gugur. Gak bakal ada plot twist yg tiba² salah satu dari mereka itu pacarnya Haechan 🤣 aku ketawa baca komenan kalian yg masih ada nebak itu Renjun atau NCT Wish apalagi sampe ada yg nebak BG lintas agensi 😭😭😭😭🤣🤣

Yo, semangat!

And happy reading!

.
.
.

Haechan menyingkirkan tangan kanan Mark yang memeluknya dengan hati-hati agar sang Kakak tidak terbangun.

Mark tampak mengeliat sementara Haechan memperhatikan dengan was-was. Ia menarik napas lega karena Mark hanya mengubah posisi menjadi memunggunginya.

Haechan bergerak turun dengan hati-hati, berusaha agar tidak membuat suara berisik yang bisa menyebabkan Mark bangun. Haechan mengambil baju yang berada di sandaran kursi dan memakainya. Pemuda itu melirik jam di dinding.

"Jam lima pagi?!" Ia cukup terkejut. "Gue ketiduran."

Haechan mengambil ponselnya di atas nakas. Decakan kesal terdengar dari mulutnya.

"Gak bakal keburu. Bentar lagi juga harus berangkat kerja."

"Engh..... Donghyuck?"

Haechan menoleh ketika mendengar Mark memanggilnya. Ternyata dia sudah bangun.

"Mau ke mana pake baju?" tanya Mark dengan suara serak.

"Kita harus kerja," sahut Haechan seadanya.

Mark melirik jam. Mata pemuda itu sedikit melebar, mulutnya membentuk huruf 'O'.

"Ternyata udah pagi," gumam Mark.

"Gimana kondisimu?" tanya Haechan.

Mark tersenyum. "Udah jauh lebih baik," sahutnya.

"Syukurlah." Haechan menarik napas lega. Pemuda itu sempat berpikir jika keadaan Mark belum stabil, ia akan menyuruhnya untuk istirahat saja.

"Mau ke mana?" Mark bertanya saat melihat Haechan beranjak.

"Mandi, Lion," balas Haechan. "Nanti kita bisa telat."

"Mandi bareng, ya," kata Mark sembari turun dari tempat tidur dengan hati-hati.

"Hm?" Haechan mengerutkan kening.

"Ayo~"

Mark merengek dan Haechan memutuskan untuk mengangguk.

"Bisa turunnya?" tanya Haechan ketika melihat Mark meringis.

Mark menggeleng. "Enggak. Bisa bantuin?"

PANGERAN (Haechandomharem)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang