two.

127 14 3
                                        

Naungan mimpi itu tampaknya harus terhenti tatkala ketukan dengan tempo yang sama berkali-kali menyentaknya seolah memanggilnya dari alam bawah sadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Naungan mimpi itu tampaknya harus terhenti tatkala ketukan dengan tempo yang sama berkali-kali menyentaknya seolah memanggilnya dari alam bawah sadar. Jeon Jungkook membuka matanya terpaksa, dengan hembusan nafas kasar yang begitu jelas berhasil meledak dari ranum semerah delima.

Bergerak menggeliat sekedar merentangkan pergelangan tangan dan torso bagian atas yang terasa kaku; dan ketukan itu kembali terdengar.

Maka Jungkook mengumpat dan melangkah mendekati pintu kamar dalam rasa kesal yang begitu menggebu-gebu; membukanya dan seketika tercenung tatkala mendapati seorang wanita yang melayani kedatangannya sewaktu di lobi petang hari.

Berdehem, menjaga formalitas serta gengsi di hadapan wanita. Jungkook berpikir bahwa tidak seharusnya ia bersikap begitu tempramental pagi ini.

"Ada apa?"

Benar.

"Ah, aku hanya menjalankan perintah dari tuan Kim. Ini, troli dengan beberapa menu sarapanmu."

Wanita didepannya ini bahkan berniat baik untuk menghantarkan semangkuk sup hangat dan sebuah baguette yang terlihat begitu menggiurkan.

Namun mengesampingkan indra pengecapnya yang sudah meronta-ronta; Jungkook mengambil sikap terlampau tenang, lantas berucap sirat akan rasa penasaran. "Tuan kim?"

Dan manakala sang wanita penjaga lobi terlihat membuka mulutnya-bunyi tapak sepatu yang beradu dengan ubin marmer mengkilap itu sungguh mendistraksi fokusnya; hingga Jungkook menoleh,

Hanya untuk mendapati presisi dari sang peracau sialan penghuni balkon sebelah yang teramat Jungkook kutuk sampai penghujung lelapnya.

"Kau?! Pomeranian! mau apa kau disini sialan?!"

"Ya?" Alis pria itu naik begitu apatis, seolah memberi makan egoisme Jungkook akan angkara yang membumbung tinggi. "Tentu saja untuk memastikan bahwa bawahanku menjalankan tugasnya dengan benar."

Hening sejenak.

Pikiran yang berkelut rumit hingga Jungkook mengerutkan dahi karenanya. Sungguh, hanya karena ia terlampau tak mengerti mengapa entitas selayaknya pomeranian yang selalu menyalak di tepian gang kumuh itu bergerak merecoki pagi tenangnya.

Rahang menggerit kesal, luar biasa ingin menumpahkan segala kata-kata mutiara yang entah mengapa tertahan begitu saja diambang kerongkongan. Jungkook tak mengerti-atmosfer di sekelilingnya bahkan mendingin seketika, menekannya dengan begitu kuat seiring pria sialan yang tak ia ketahui namanya ini beralih menarik sudut bibir guna menyeringai.

Total membuat Jungkook merasa tercekat sebab aura dominan yang begitu terasa menyesak hingga diafragmanya tak lagi beroperasi sekedar mengais oksigen sebanyak-banyaknya.

"A-apa maksudmu sialan?!"

Gidikan bahu ia terima sebagai balasan.

"Kurasa kau cukup mengerti perkataan ku dengan jelas." Ucapnya mendenguskan kekehan tanpa suara. "Kecuali jika kapasitas otakmu hanya sebesar otak udang, begitu kolot hingga tak mengerti arah pembicaraan dengan benar."

CODENAME: V(ENDETTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang