13 : Kedatangan Sila di pantai

43 33 1
                                    

Hari demi hari telah terlewati, kehidupan Kanaya selalu diisi dengan berbagai hal yang belum pernah ia lakukan sebelumnya, ia kini selalu sering diajak pergi oleh Gibran ke suatu destinasi tempat untuk jalan-jalan.

Seperti saat ini, setelah dua hari yang lalu Kanaya diajak pergi ke Dufan, kini sekarang Gibran mengajaknya bermain di pantai.  Gibran memilih berangkat dengan mobil pribadi dan ia beralasan ke Mamanya mau bermain di rumah temannya yang dari School Galaksi.

Mereka berangkat pukul 5 dini hari dan sepertinya sebentar lagi mereka akan sampai, sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 dan mereka sudah sampai di daerah Banten.

"Gibran, apa tidak apa kamu pergi sejauh ini? Kenapa tidak jujur saja?" tanya Kanaya khawatir, pasalnya Mamanya Gibran itu sangat protektif terhadap anaknya itu.

Gibran menoleh. "nggak apa, kalo aku jujur yang ada Mama nggak bolehin. Lagi juga, kita kan ajak Mang Dadang, ya nggak Mang?" tanya Gibran sambil menatap pria itu.

"E-eh, ya Den," jawab pria itu kikuk.

"Kalau kita ketahuan, gimana?"

"Nggak, kita nggak akan ketahuan kok, trust me," kata Gibran meyakinkan Kanaya, ia lalu menggenggam tangan mungil Kanaya.

"Kita udah sampai Den," kata Mang Dadang saat mereka sudah sampai di salah satu pantai anyer yang dipilih oleh Gibran.

"Ayo Ay," ajak Gibran yang sudah turun terlebih dahulu. Kanaya lalu menyusulnya dan seketika angin pantai langsung menyapanya, kini rambut mereka mulai melambai-lambai mengikuti arah angin.

"Woah, bagus banget pantainya," kata Kanaya dengan penuh kagum.

"Bagus kan? Suka?"

"Suka banget!"

Keadaan pantai di jam segini belum terlalu ramai, hanya ada beberapa orang saja
Sementara itu, di dalam mobil, Mang Dadang tengah dilanda kegelisahan, sedari tadi ponselnya terus bergetar yang dimana panggilan tersebut dari majikannya, Mama Gibran.

"Huft, sekali-sekali saya membiarkan Nyonya dan membiarkan Den Gibran untuk bermain, ini pasti pengalaman pertamanya bermain jauh dengan temannya itu," gumam Mang Dadang sembari memperhatikan arah depan, ia lalu turun dari mobil dan menghampiri keduanya.

****

Di lain tempat terdapat Sila—Mamanya Gibran yang tengah menatap gundah ponselnya, sudah berulang kali ia menelpon supir pribadi anaknya itu dan mengiriminya pesan, tetapi tidak ada satu pun yang mendapat balasan.

"Ishh, berani-beraninya dia mengabaikan panggilan aku!" kesal Sila lalu membanting ponselnya ke sembarang arah.

Ia kembali mondar mandir, wanita itu terlihat begitu kesal dan juga gelisah, ini baru pertama kalinya Gibran membohonginya. Ia kemudian baru sadar, mengapa ia tidak menyusulnya saja?

"Ya! Aku harus menyusul Gibran, ini nggak boleh dibiarin terus!" Dengan segera, Sila mengambil kunci mobilnya dan ponsel yang sempat ia banting. Segera ia pergi ke mobilnya dan menancapkan gas.

Dalam perjalanan, Sila nampak begitu kesal, kini anaknya sudah berani berbohong, apakah itu ajaran dari perempuan yang bernama Kanaya itu?

"Kanaya itu anak yang pembawa pengaruh buruk, bisa-bisanya dia mengajari Gibran untuk berbohong kepada ku!" kesal Sila sambil mencengkram stri mobil.

Semenjak Gibran mengenal Kanaya, sikap Gibran kepada Sila sedikit berubah, terlebih lagi jika Sila membahas tentang status Kanaya yang begitu rendah, seperti waktu itu;

"Gibran! Jauhi Kanaya, dia itu nggak cocok untuk kita!" seru Sila emosi.

Gibran menggeleng. "Nggak mau Ma, Kanaya baik! Mama kenapa sih ikut campur terus tentang pertemanan Gibran?"

"Kamu itu harus memilih dalam pertemanan, Gibran!"

"Terserah Mama! Gibran capek ngadepin Mama!" kesal anak itu lalu pergi ke kamarnya.

Sila masih ingat momen itu, momen dimana pertama kalinya Gibran sedikit memberontak, padahal sebelum mengenal Kanaya, anaknya itu tidak pernah bersikap seperti itu.

****

"Ay, berdiri di sana, aku fotoin kamu!" seru Gibran begitu senang, ia ingin memiliki foto kekasihnya itu.

"Ah, aku nggak biasa di foto, Bran."

"Udah berdiri aja, kamu cakep kok, ayo cepat," kata Gibran memaksa, ia kini sudah siap untuk memfoto Kanaya dengan kamera ponselnya itu.

"Oke, siap ya," kata Gibran, ia mulai mengambil aba-aba saat Kanaya sudah mulai bergaya.

"Nah cakep tuh, satu ... dua ... tiga."

Cekrek

Gibran sudah mengambil foto Kanaya, ia lalu menghampiri sang empu untuk menunjukkan hasil fotonya.

"Wah, kamu keren Bran bisa ngambil foto sebagus itu," puji Kanaya setelah melihat hasilnya.

"Woah ya dong, Gibran gitu loh!"

Kanaya tertawa, padahal tidak tau dimana lucunya tapi entah kenapa Kanaya ingin saja tertawa.

"Eh, kita foto berdua yuk!" ajak Gibran.

"Boleh, kamu yang foto?"

"Woah jelas bukan aku, Mang Dadang dong!" kata Gibran, ia lalu mencari keberadaan supir pribadinya itu. "Mang Dadang!! Sini deh!"

Mang Dadang yang merasa terpanggil lantas menghampiri mereka. "ada apa Den?"

"Fotoin kita berdua Mang," kata Gibran sembari menyerahkan ponselnya.

Mang Dadang menerimanya tanpa banyak omong. "Oke Den, silahkan bergaya dulu."

Mereka lalu mulai bergaya dengan tangan yang membentuk sebuah hati, Mang Dadang pun mulai menghitung mundur. "Tiga ... dua ... satu."

Cekrek

"Satu lagi Mang," pinta Gibran saat Mang Dadang sudah hendak mengembalikan ponsel.

"Oh, ya Den."

Mereka berdua kemudian merubah gaya berfoto, kini Gibran merangkul Kanaya hingga membuat gadis itu sedikit terkejut, ia menoleh ke arah Gibran dan ;

Cekrek

"Nih Den hasilnya," kata Mang Dadang sembari mengembalikan ponsel Gibran.

"Makasih Mang, Mamang boleh balik ke gazebo," ujar Gibran yang mendapat anggukan dari sang empu.

Kanaya lalu mendekat ke Gibran untuk melihat hasil fotonya. "ih, aku belom siap jugaan yang itu," ujarnya.

"Haha, nggak apa, cantik kok!"

"Kamu mau apa?" tanya Kanaya saat Gibran bersiap dengan kamera depan ponselnya.

"Selca, kita selca yuk! Kita belakangin pantainya."

Mereka lalu mulai bersiap mengambil foto melalui kamera depan, Gibran kini mulai menghitung mundur.

"Tiga ... dua ... sa—"

"Gibran!" panggil sosok wanita yang kini berada beberapa langkah dari mereka.

Gibran menurunkan ponselnya, matanya menyipit untuk melihat sosok itu dan seketika matanya membulat saat sudah melihat jelas kedatangan wanita itu yang merupakan Sila—mamanya.

"M-mama?"

TBC

TBL Banget nggak tuh si Gibran🙀

Woah bakal terjadi perang dunia nih!!

Yuk komen dan votenya!!

Karena votement dari kalian membuat aku semangat untuk terus update!!

Pai-pai🥺💗

IG:
byubwerrymoon

Kanaya dan Kehidupannya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang