"M-mama?" gumam Gibran pelan, ia memperhatikan Mamanya yang mulai menghampirinya.
"Mama sedang apa di sini?" tanya Gibran, terlihat wanita itu tidak mengarah padanya, melainkan ke arah Kanaya.
Sesampainya di hadapan Kanaya, Sila mendorong bahu Kanaya hingga membuat oleng anak itu, untung saja Gibran menahannya.
"Mama apa-apaan sih?!"
"Gibran! Dengerin Mama! Dia itu perempuan yang nggak baik! Kamu harus jauhin dia, dia hanya pembawa buruk buat kamu!"
"Nggak, Gibran nggak akan ngejauhin Kanaya."
"Kenapa? Kenapa kamu jadi pembangkang seperti ini, Gibran?!" tanya Sila emosi.
"Mama yang buat Gibran jadi gini! Mama selalu melarang Gibran untuk dekat dengan orang lain, Mama selalu mengatur apa yang harus Gibran dekati. Ma, Gibran udah besar! Tolong jangan campuri terlalu banyak urusan Gibran, Ma!"
Sila terdiam, ia lalu menatap Kanaya. "Lihat! Semenjak berteman dengan kamu, anak saya mulai berubah! Itu karena kamu! Saya sudah pernah peringati kamu untuk menjauhi Gibran, bukan?"
Kanaya terdiam, ia memandang sendu ke arah Sila dan mulai merasa bersalah.
"Sekarang ayo ikut Mama pulang, Gibran!" ajak Sila yang mulai menarik tangan Gibran.
"Ma, apa-apaan sih! Girban masih mau di sini!"
"Kamu harus pulang Gibran, jangan main dengan anak yang tidak jelas seperti dia," kata Sila sambil melirik Kanaya dan menekan kata 'anak tidak jelas' dan kata 'dia' pasti ditujukkan untuk Kanaya.
"Oke! Gibran pulang, tapi sama Mang Dadang!"
"Nggak! Kamu sama Mama, biar dia yang sama Mang Dadang!"
Gibran terlihat begitu enggan menggalakan Kanaya, tetapi apa boleh buat, ia hanya pasrah pada sang ibu dan mulai mengikuti langkahnya. Saat melewati gazebo, Gibran berkata pada Mang Dadang; "Anterin Kanaya sampai rumahnya ya Mang."
****
Setelah kurang lebih menempuh perjalanan 2 jam, kini Gibran sudah sampai di rumah, nampak Sila berada di belakang dengan raut emosi yang tidak dapat disembunyikan.
"Mama apa-apaan sih, Mama selalu bikin Gibran kesel tau nggak?!"
"Kamu kenapa gini sih, Bran?!"
"Mama yang kenapa! Mama selalu mengekang Gibran untuk jangan melakukan hal-hal yang tidak mama izinkan!"
"Itu biar kamu terhindar dari hal yang tidak-tidak, Gibran!"
"Hah! Mama pikir Gibran akan selalu diam aja jika Mama terus mengekang Gibran seperti ini? Nggak Ma! Gibran capek selalu dikekang, Gibran nggak pernah merasa bebas sejak dulu!"
"Gibran! Kamu mulai berani sama Mama?!"
"Maaf Ma, tapi Gibran mau kebebasan, Gibran harus berontak, Gibran capek selalu diatur-atur Mama, Gibran juga punya kehidupan sendiri Ma!"
"Lalu kenapa Mama segala pakein GPS di mobil Gibran? Mama selalu lacak Gibran?"
"Ya, Mama lacak kamu! Mama nggak mau terjadi sesuatu sama kamu!"
"Ma, itu kelewatan Ma! Tolong bebasin Gibran, jangan kekang Gibran terus. Sekali-kali Mama harus mendengar isi hati Gibran, Mama nggak bisa terus-menerus mencampuri kehidupan Gibran. Ya Gibran tau Mama khawatir karena Gibran anak satu-satunya, Mama pasti takut kalau aku pergaulan bebas kan? Tapi Gibran udah gede Ma, udah SMA, Gibran tau mana yang harus Gibran pilih, mungkin temen Gibran akan tertawa jika mengetahui kehidupan Gibran yang selalu diatur-atur Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya dan Kehidupannya
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] Sederhana, ini hanya kisah seorang gadis remaja yang harus melewati masa-masa sulitnya dengan sendirian, ditemani dengan kesepian dan kesunyian. Hingga suatu hari datanglah sosok laki-laki yang merupakan anak pindahan da...