01 : deal with it!

175 25 3
                                    



Jangan lupa vote dan komennya biar aku tau cerita ini ada yang baca! :p

**


"Mmhhh.."

"Ahhh."

"Ohh! Fasthherrr ahhh!"

Juna membekap mulutnya menahan tawa, Andrea menatap galak meminta Juna melanjutkan sandiwara tanpa tertawa.

"Jun.. stop.. Juna..."

Juna menelungkupkan wajahnya di bantal merasa tidak sanggup untuk melanjutkannya, bahunya gemetar meredam tawa, Andrea memukul bahu itu sambil mencibir, "Cepet lanjutin biar mereka pergi dari pintu."

"Gak bisa, aku gak kuat pengen ketawa."

Andrea batal mengomel, setelah mendengar langkah kaki menjauh dengan ucapan pelan yang mengiringi, mungkin yang lain percaya kalau mereka sudah berhubungan badan.

"Kamu kaya pemain bokep, jujur aja suka nonton ya?" Juna menunjuk hidung Andrea.

Andrea menepis tangan Juna, "Aku nonton setelah tau orang tua kita sering nguping!" Dia lanjut berbaring di tempat tidur, orang tua mereka kepalang kepo sama urusan ranjang.

"Kenapa harus pura-pura? Kita bisa lakuin beneran padahal." Juna ikut menarik selimut agar menutupi tubuhnya.

Andrea diam gak jawab, dia memunggungi Juna. Dia mau-mau saja melakukan itu asal bermodal cinta — iya dia kuno memang, ya namanya bercinta jelas harus saling mencintai.

Andrea sudah mengenal Juna sejak lama. Perjodohan mereka sebenarnya sudah direncanakan sejak mereka masih kecil, sering kali disebut-sebut dalam obrolan keluarga sebagai gurauan. Namun, Andrea gak pernah menyangka bahwa hal itu akan benar-benar terjadi. Untuknya, kata-kata itu hanya candaan yang tak pernah diambil serius. Tetapi, ketika perjodohan itu akhirnya menjadi kenyataan, Andrea merasa seperti terjebak dalam sebuah dongeng yang tak pernah ia bayangkan.

"Andrea udah tidur?"

"Belum."

"Ngobrol yuk?"

Andrea membaringkan lurus tubuhnya, menatap Juna sekilas, "Ngobrol apa?"

"Pernikahan kita.."

"Iya.."

"Boleh gue elo nggak? Sedikit nggak nyaman aku kamu."

"Boleh, gue lo aja."

"Oke.. Humm, gue mau jujur.. sebetulnya gue masih ada pacar, baru jadian, belum gue putusin." Ucap Juna pelan.

"Oh, terus? Lo nggak mau putus ya?"

"Cewe ini yang gue pengen dari lama.. gue nggak nyangka juga pernikahan kita secepat ini.. gue masih pengen main-main.." Lanjutnya dengan sangat jujur.

Andrea menelan saliva mendengar kejujuran Juna, dia awalnya ingin mereka mencoba ini semua tapi sepertinya dia mengurungkan niat itu, Juna masih ingin bersenang-senang dengan yang lain.

"Ya, gak masalah sih. Lo juga bisa pacaran sama siapa aja, asalkan jujur sama gue."

"Oke, deal. Jadi kita tetap jalanin ini, tapi bebas pacaran sama yang lain?"

"Iya, asal lo nggak bohong. Gue harus selalu tau siapa pacar lo."

"Setuju. Kita anggap aja ini sementara, sampai kita sama-sama siap."

Gue udah siap Jun, lo yang belum siap.

Andrea dan Juna akhirnya sepakat untuk menjalani pernikahan mereka dengan aturan yang longgar, memberikan kebebasan satu sama lain untuk berpacaran dengan orang lain, selama mereka jujur dan terbuka. Bagi Andrea, ini adalah cara terbaik untuk tetap bisa menjalani hidupnya tanpa merasa terikat terlalu erat pada perjodohan yang tak diinginkannya. Sedangkan bagi Juna, kesepakatan ini memberinya ruang untuk tetap mencari kebahagiaan yang lain.


Love, LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang