02 : peraturan rumah tangga

162 28 8
                                    



Satu minggu mereka tinggal bersama setelah pindah ke apartemen adalah kejutan besar bagi Andrea. Ia gak pernah membayangkan bahwa Juna bisa seberantakan ini.

"Kebiasaan kalau pulang malam lepas baju sembarangan." Andrea memungut dengan perasaan dongkol ia menggundukkan pakaian itu di depan pintu kamar Juna, gak peduli nanti lelaki itu protes karena pakaiannya disimpan di atas keset.

Pagi harinya selalu diawali dengan rasa kesal melihat Juna yang gak bisa rapih, ada saja hal yang membuat Andrea kesal.

"Fix! Pagi ini harus ngobrol sama Juna, gue gak tahan kalau setiap hari mungutin baju dia."

Andrea menghela napas panjang, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Pagi ini ia harus bicara dengan Juna tentang kebiasaan-kebiasaan yang membuatnya kesal. Setelah memungut baju yang berserakan Andrea masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan menyegarkan pikiran.

Selesai mandi, Andrea mengenakan pakaian yang lebih rapih dan berjalan ke kamar Juna. Melihat lelaki itu masih terlelap nyenyak dengan posisi tidur yang sulit dijelaskan.

Minggu ini jatah Juna tidur di tempat dan dia di sofa bed, kesepakatan pertama yang mereka pikirkan hanya pembagian tempat tidur mengingat apartemen juga cuma punya satu gempat tidur.

"Juna, bangun, katanya lo ada kelas pagi." Andrea mengguncang bahu Juna dengan cukup keras.

Juna mengerang dan mengerjapkan matanya, "Apa sih, pagi-pagi udah ganggu orang tidur."

"Ini udah jam delapan, katanya ada kelas jam sembilan. Bangun, gue juga pengen ngobrol."

Juna duduk di tempat tidur dengan malas, mengusap wajahnya yang masih setengah mengantuk, "Oke, oke. Apa yang mau lo obrolin?"

Andrea duduk di tepi tempat tidur, "Gue gak bisa terus-terusan mungutin baju lo yang berantakan setiap hari. Batas kesabaran gue udah habis—."

"Oh, iya nanti gue beresin." Belum selesai Andrea bicara Juna lebih dulu memotong.

"Gue mau kita bikin peraturan bersama yang harus kita berdua ikuti dan taati."

Juna terkantuk-kantuk.

"Juna?!"

"Hoammm, iya iya, gue mandi dulu nanti kita bicara lagi." Pria itu berdiri begitu saja dan berjalan ke kamar mandi sambil menggaruk kepala.

Andrea mengalihkan pandangan saat melihat sesuatu yang berdiri tegak tapi bukan keadilan.

"Emang setiap pagi pasti berdiri ya?" Ucapnya kecil.

**

Semua orang pasti menginginkan pernikahan sekali seumur hidup, tapi Andrea tak seperti itu. Rasanya Andrea ingin menikah lagi, dengan laki-laki pilihannya. Ia membayangkan seorang pria yang berlutut dengan penuh cinta, memandangnya dengan mata yang berbinar, dan melamarnya dengan tulus. Andrea ingin merasakan detak jantung yang berdebar kencang, kebahagiaan yang membuncah, dan cinta yang mengalir deras dalam setiap momen pernikahannya.

Gak seperti pernikahan dengan Juna yang diadakan sederhana, iya sih itu baru akad saja katanya resepsi menyusul tapi tetap saja rasanya hambar, senyumnya lebar tapi gak mengandung arti apapun.

"Masih pagi udah senyum-senyum kek orgil." Suara Juna menyentak lamunannya.

"Juna, gue udah make up!" Andrea mengeluh, Juna memang selalu berhasil membuat singa di tubuh Andrea meraung, lelaki itu terlalu usil untuknya yang suka pria romantis. Barusan juga, Juna menempelkan tangan besarnya yang setengah basah di wajah Andrea dengan seenaknya!

"Anggap aja setting spray. Mau ngobrol apa, istriku? Pagi-pagi udah ngajak diskusi, wah sehat sekali pernikahan kita." Ucap Juna dengan senyum usilnya.

Andrea menarik napas panjang, mencoba meredakan amarah kecil yang muncul, bawaannya memang selalu kesal kalo menyangkut Juna, jadi teringat gimana riweuhnya dia setiap pagi mungutin pakaian pria ini!

Love, LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang