IV : Penyesalan sang Jendral

19 10 0
                                    

Diruangan kerja Jendral Zeith, delapan hari setelah serangan di depan gerbang Amora.

Jendral Zeith sedang menerima laporan rutin di pagi hari, dari tim investigasi yang dibentuknya.

"Jadi belum ada temuan yang mengindikasikan bahwa serangan Nudrako Putih bukan karena faktor perubahan iklim?" tanya Kapten Zeith di depan para peneliti yang dia rekrut.

"Betul, pemeriksaan sampai hari ini belum menemukan adanya dugaan lain sebagai penyebab penyerangan tersebut" jawab seorang pemimpin para peneliti.

Jendral Zeith menghela nafas lalu mengangkat kedua alisnya.

"Baiklah, kita masih punya waktu satu hari lagi"

"karena besok adalah kesempatan terakhir untuk kita, kalian datanglah setelah jam makan siang"

"Aku masih berharap ada temuan baru"

"Tapi jikapun tidak ada perkembangan, besok kita akan membuat kesimpulan dan menyerahkan hasil investigasi ini lusa"

"Baik Jendral, kami izin meninggalkan ruangan"

Jendral Zeith mengangguk diikuti para peneliti yang mulai meninggalkan ruangan kerja Jendral Zeith satu persatu.

Setelah para peneliti meninggalkan ruangan, Kapten Zafoya masuk keruangan Jendral Zeith lalu duduk dihadapan Jendral.

"Izin melapor Jendral"

"Silahkan Kapten"

"Soal kematian Profesor Zinka, kami tidak menemukan hal mencurigakan"

"Petugas yang bertanggung jawab mengawasi kawasan gudang tak terpakai itu juga menyatakan bahwa kendaraan profesor Zinka mengalami kecelakaan tunggal"

"Menurut hasil pemeriksaan mereka, ledakan pada kendaraan profesor disebabkan kerusakan pada sistem mesin yang memicu ledakan"

Jendral Zetih terdiam mendengarkan laporan dari ajudannya itu.

Dia sempat menaruh curiga soal kematian Profesar Zinka yang menurutnya tidak wajar karena bertepatan dengan proses investigasi ulang yang masih berlangsung.

Kini, sang Jendral mulai merasa kalau selama ini dialah yang berpikiran negatif tentang apa yang terjadi dalam beberapa minggu ini.

Jendral Zeith pun mulai merasa bersalah dengan keputusannya soal permintaan investigasi ulang serangan Nudrako Putih kepada kepala negara.

Apalagi permintaan tersebut justru mempertaruhkan jabatannya.

"Ada yang bisa aku bantu lagi Jendral?" tanya Kapten Zafoya membuyarkan lamunan sang Jendral.

"Tidak ada lagi, kau bisa meninggalkan ruangan"

"Baiklah Jendral, izin meninggalkan ruangan" Kapten Zafoya memberikan salam hormat, lalu meninggalkan Jendral Zeith sendirian diruangannya.

Jendral Zeith kini mulai tertekan.

Dia mulai kehilangan motivasi dan merasa menjadi orang yang egois dengan pikirannya.

Pagi itu, diapun merenung sendirian didalam ruangan kerjanya, dengan rasa penyesalan yang mendalam.

°°°°°°

Sementara itu, diwaktu yang sama.

Di tempat yang berbeda.

••••

Biiip.. biiip ...biiip . . .biiipp

Telinga Ziko mendengar suara dari mesin monitor pasien yang berada di sebelah tempat tidurnya.

BERBURU NUSANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang