Cerpen 7: Tata (Teenfict-Romance)

5 1 0
                                    

Aku tersenyum. Senang sekali melihatnya bersemangat. Ia tak pernah sebersemangat ini menceritakan suatu hal, kecuali tentang seseorang yang sudah dikenalnya dari setahun yang lalu.

"Kau tahu? Aku tak pernah selama ini sebelumnya," katanya dengan bangga, dan aku ikut bangga untuk itu.

"Jadi dia memang sebaik itu?" tanyaku seraya meneguk teh yang nyaris dingin.

Ia mengangguk berkali-kali dengan cepat, mantap sekali menjawab pertanyaan sepintasku. Kemudian, ia bercerita cerita yang sudah hampir 10 kali kudengar. Selalu tentang orang yang sama, yang jauh di sana.

Namanya Tata, gadis yang sebentar lagi menginjak usia genap 20 tahun, dan ia adalah sepupuku dari pihak Ibu. Sebelumnya, ia tak pernah benar-benar menjalin hubungan dengan lawan jenis. Bukan karena ia tak normal atau semacamnya. Namun, ia mempunyai kepribadian yang cukup berbeda dengan teman sebaya kami. Ia memiliki pemikiran yang cenderung amat kritis, keras kepala, dan sulit jatuh cinta. Di beberapa situasi, orang-orang kerap mengiranya anti sosial dan berpemikiran kolot sebab tak mau diajak menimbrung dalam obrolan tak perlu.

Ia sering sekali berkata bahwa sulit menemukan teman yang sefrekuensi dengannya, terlebih soal pasangan, tak ada pria yang benar-benar memikat hatinya. Terakhir kali aku melihatnya marah-marah adalah tatkala ada rekan kerjanya yang ramai-ramai mencomblangkan ia dengan rekan kerja yang lain. Aku masih ingat sekali apa yang ia katakan saat itu.

"Memangnya siapa mereka? Seenaknya menjodohkanku!"

"Mereka hanya bercanda, Ta."

"Bercandanya mereka kelewatan, Rin. Tidak lihat dari caranya berbicara cenderung memaksa dan meremehkan? merasa paling tahu dan paling benar."

"Iya aku lihat, tapi maksudku--"

"Yang paling parah dari semua kata-kata iseng mereka adalah meremehkan hubungan jarak jauhku. Kau pikir itu lucu? Tidak sama sekali! Tidak ada yang lebih bodoh dari sebuah pernyataan merendahkan relationship yang sedang dijalani orang lain."

"Baik, baik, mereka memang salah."

"Ya! Sayang sekali tadi aku hanya bisa diam dan takut kelepasan berkata kasar. Seharusnya perkataan mereka dibalas serupa pedasnya!"

Dan masih banyak lagi. Tata marah besar kala itu. Ia adalah si paling anti diremehkan dan dianggap bodoh, tetapi saat itu ia merasa orang-orang dengan lancang melewati batas privasinya.

Satu lagi, saat mencintai, Tata tidak sepenuhnya memakai hati, ia juga menyertakan logika seutuhnya. Ia selalu bilang bahwa ia membagi rasa cintanya ke dalam dua porsi dengan perbandingan yang tak sama. Yaitu 60 banding 40. 60 memakai hati, dan 40 ruang untuk logika. Katanya, ia memang mencintai sosok itu dengan sangat, tetapi ia masih tahu apa yang baik dan buruk untuknya dalam relationship tersebut. Jadi, saat orang lain meremehkannya dengan berkata bahwa bisa-bisanya ia mau menjalani hubungan jarak jauh dan tidak tahu di sana pasangannya berlaku seperti apa, Tata mengamuk. Karena, Tata jelas lebih tahu apa yang baik untuknya.

Ya, aku kagum pada Tata. Namun, tak jarang pula jengkel pada sifatnya yang keras kepala dan tak mau kalah. Aku selalu berharap, bahwa sosok di sana yang ia beri kepercayaan sedemikian rupa, tak mengecewakannya.

SELESAI

Cirebon, 21 Juli 2024
--St. Solehah

Cor(s)etan [CERPEN]Where stories live. Discover now