PROLOG

218 86 58
                                    


Aura Cintyaliza

Di setiap pagi, gadis itu terbangun dari tidurnya dengan rasa yang amat berat di dada. Napasnya tersengal-sengal, tubuhnya terasa lemah. Ia menatap langit-langit kamar, bertanya tanya apa arti hidup ini jika terus-menerus melawan penyakitnya. Keinginannya untuk keluar rumah dan menikmati hidup terasa begitu jauh.

Dulu, ia adalah seorang gadis yang ceria dan penuh semangat. Namun semakin lama, penyakitnya merenggut semua itu. Ia merasa hidupnya tak berarti lagi, setelah mengetahui bahwa penyakitnya semakin parah dan di vonis tak akan lama lagi untuk bertahan hidup. Hingga suatu hari, pemuda dengan senyum hangatnya datang memberikan semangat dan menemaninya untuk sembuh, dan hidup lebih lama lagi.

"Hadiah termanisku di kehidupanku yang singkat ini adalah bertemu denganmu, membuat kenangan indah bersamamu, dan menghabiskan sisa waktuku bersamamu. Akankah aku terus bisa hidup bersamamu? "

****

Hujan rintik-rintik membasahi jendela kamar rumah sakit. Abnakayas Salendra lelaki itu perlahan mendekati ranjang dengan langkah yang amat berat. Di ranjang putih itu, terbaring sosok gadis yang paling di cintainya. Nafasnya lemah, kulitnya pucat pasi, dengan berbagai selang yang menempel di tubuhnya. Juga oksigen yang menutupi setengah wajah gadis cantik itu. Setiap detik serasa begitu panjang, setiap tarikan napasnya bagaikan hitungan mundur menuju perpisahan yang tak terlelakan.

"Jika pada akhirnya tuhan lebih sayang kamu, setidaknya aku sangat bahagia, bisa menjadi bagian dari akhir cerita hidupmu"
.

.

Terimakasi yang sudah mau membaca cerita ini 🙌
Note: cerita ini di angkat dari kisah nyata.
See u di chapter pertama, jangan lupa tinggalkan jejak voment ^.^

Kayas Untuk Aura (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang