"Widih, si bos udah sembuh!" Guntur menyambut Agan dengan seruan lantang.
Beberapa hari ini Agan memang cuti dari hiruk-pikuk agen yang selalu sibuk itu, karena sakit tentunya.
Agan yang baru saja menutup pintu mobil Abah sambil menenteng sebuah pouch hitam, tersenyum lebar sambil menaik-turunkan alisnya. Gayanya mengalahkan Nicholas Saputra. Kacamata hitam bertengger di hidung. Kaus hitam dipadukan skinny jeans warna hitam, sepatu sneakers putih dengan corduroy grey jacket yang menambah kesan macho pada diri Agan.
Agan kelihatan lebih segar dari hari-hari sebelumnya.
Agen sudah agak ramai di jam 9 hari ini. Jadi, dia menarik atensi para pelanggan yang sudah datang. Mungkin mereka bingung dengan penampilan Agan hari ini. Agak lebih nyentrik. Padahal biasanya juga sudah nyentrik dengan jaket kulit yang jarang ia cuci itu.
Namun, hari ini berbeda pokoknya.
Bahkan karyawati Agen Agan sampai terperangah melihat bosnya narsis dengan outfit baru.
"Assalamu'alaikum!" Agan mengucap salam dengan heboh begitu masuk ke dalam ruangan khusus karyawan. Pintu juga dia tabuh sehingga membuat orang-orang yang ada di dalamnya tersentak.
"Wa'alaikumsalam, hoh udah sembuh nih?"
"Iya lah, masa sakit mulu." balas Agan sambil duduk di kursi meja bundar.
"Lu mau ke mane gua tanya? Rapih bener." tanya Roni, "rapi begini kagak mungkin nganter barang ke Tanah Abang."
Dinda mengangguki, "iya, mau ke mana sih lu? Agak pangling gua liat lu gayanya kayak direktur utama."
"Abis sakit langsung ganti kulit ya dia." tambah Ilyas.
Agan hanya menampakkan senyum lebarnya yang menambah rasa penasaran para karyawannya itu, "ada deh.." katanya. Lalu, dia melepas kacamata hitamnya, "lepas ah, pake ginian si Roni ampe kagak keliatan."
"Ye, songong lu." hardik Roni, "terus, Abah sama Tante Bunda mana?"
"Lagi survey ruko di Thamrin City, mau nyewa tempat buat jualan hijab di sana." kata Agan yang kini sedang menghubungkan kabel cas ke laptopnya.
"Oh, Tante Bunda jadi jualan kerudung?" gumam Ilyas.
"Jadi."
"Gua mutasi kali ya jualan di Thamrin City." gugah Dinda asal ceplos.
"Mutasi mutasi...invoice lo noh numpuk!" cetus Ilyas yang membuat Dinda menyengir lebar.
Roni duduk di sebelah Agan sambil mengecek stok opname yang Abah tugaskan untuknya kemarin.
"Gan, ada transferan dari Gustaf buat pendapatan bulan ini dari cabang Tambun." ujar Ilyas seraya melirik komputernya, "gua udah forward ke lu, ya. Liat sendiri."
Agan mengangguk kecil tanpa menoleh ke Ilyas sedikitpun. Matanya lurus menuju layar laptopnya.
"Gan, VIAR yang item bannya boncos kemaren, trus gua pakai duit operasional buat nambel." kata Roni memberikan informasi.
"Ya udah, laporan aja ke Teh Nda, ntar dia catet." balas Agan.
"Udeh." sahut Dinda.
"Sama itu, Gan...si Titi laporan ke gua katanya komputer kasir nomer 3 ngeleg mulu. Jadinya udah beberapa hari ini kagak dipake." tambah Roni yang baru mengingat keluhan Titi tentang komputer kasir nomor 3.
Agan menoleh ke Roni, "ngeleg-nya gimana?"
"Ya, ngeleg. Kursornya kadang kagak kedeteksi sama mouse."

KAMU SEDANG MEMBACA
Agen Agan ✔️
FanficDia bukan seorang raja ataupun seorang pangeran. Dia hanyalah seorang Agan. Pemuda penjaga sebuah agen yang pernah bermimpi menunggangi seekor kuda putih dan bertemu seorang gadis cantik yang disinyalir seorang putri. Namun ketika terbangun, yang...