3

532 116 9
                                    

Abaikan typo dan kata yang tidak nyambung















"Pagi pah, mah." Jisoo menyapa kedua orang tuanya yang sudah lebih dulu duduk di tempatnya masing-masing.

"Pagi sayang." Jawab keduanya bersamaan.

Sarapan pagi ini, sama seperti sarapan seperti biasanya. Tidak ada yang spesial dan tidak ada yang berbeda. Mungkin hanya jenis makanannya saja yang berbeda setiap harinya.

"Kamu ke kantor hari ini sayang?" Tanya Jihan yang kepada Jisoo yang tengah menikmati sarapannya.

"Iya mah. Bukannya tiap hari aku ke kantor."

"Iya juga ya." Jihan tertawa pelan setelah mendengar respon anaknya. Niat hati ingin menciptakan candaan belaka, anaknya itu justru bersikap dingin dan tidak bisa diajak bercanda.

"Kamu berangkat sendiri apa sama papa Ji?"

"Bukannya papa nanti ke kantor Adijaya Group. Jisoo berangkat sendiri aja, lagian gak searah juga."

"Ya kali aja kamu mau berangkat bareng papa."

Setelah menyelesaikan sarapannya Jisoo dan Jonathan berangkat ke kantor dengan mobil yang sudah disiapkan sopirnya. Pria paruh baya itu pergi bersama dengan supir pribadinya, sedangkan Jisoo berangkat sendiri dengan mobil kesayangannya.

Menjadi anak tunggal dari keluarga Abraham membuat kehidupan Jisoo tak bisa jauh dari yang namanya bisnis. Sejak kecil ia sudah diajarkan tentang dunia bisnis oleh orang tuanya. Maka tak heran jika diusianya yang sekarang menginjak 27 tahun Jisoo sudah berkali-kali memenangkan proyek kerja sama dengan perusahaan besar.

OoO

"Mau kemana kamu?"

"Aku mau kuliah Pi, hari ini aku ada kelas." Ucap Jennie tanpa repot-repot menatap wajah Dimas.

"Jam berapa kamu selesai kelas."

Jennie mengernyitkan dahinya karena bingung. Tumben sekali papi nya menanyakan itu, padahal yang ia tahu papi nya itu tipikal orang yang cuek dengan kapan berakhirnya jam kuliahnya. Dan lebih tidak mau tahu tentang kuliahnya.

"Sorean aku udah selesai."

"Langsung pulang jangan keluyuran. Ada hal penting yang mau papi sampaikan ke kamu." Ujar Dimas dengan tegas.

"Kenapa gak sekarang aja."

"Papi bilang nanti ya nanti." Ucap Dimas kemudian pergi meninggalkan ruang makan.

"Udah lah nurut aja apa kata papi." Ujar Tiffany sembari mengelus pelan punggung Jennie.

"Jennie berangkat dulu mi."

"Iya hati-hati bawa mobilnya."

Walaupun sudah sembuh dari sakitnya namun masih ada bekas tamparan papinya masih sedikit terlihat. Beruntungnya Jennie bisa mengakalinya dengan memakaikan make up yang sedikit tebal pada pipinya yang terkena tamparan.

Jadwal kuliahnya beberapa minggu terakhir ini sangat padat karena Jennie ingin segera menyelesaikan kuliahnya.

Sesampainya di kampus Jennie segera turun dari parkiran dan masuk kedalam gedung fakultasnya. Seperti biasa setiap Jennie datang semua pasang mata selalu menatap kagum gadis cantik itu.

Be Mine Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang