Aaron- Kania part 5
"Kenapa semuanya berantakan seperti ini?!" Kania meneguk cairan pekatnya lagi dan lagi.
"Berantakan apa?"
"DIAM! Kamu tidak tahu apapun!"
"Terserahlah." Widya masa bodoh, wanita satu itu meraih kentang goreng dan memakannya pelan namun Widya kembali berdecak lirih, "Cukup Kania." Widya yang duduk disamping Kania langsung merebut gelas wanita itu saat Kania hendak kembali mengisinya dengan alkohol, "Kau sudah banyak minum."
"Tidak! Aku masih kuat." Kania merebut gelasnya dari tangan Widya dan kembali mengisinya dengan alkohol."Kalau kamu mabuk. Aku yang bakal repot nanti."
"Aku bilang aku tidak akan mabuk, Widya!" Sentak Kania kesal dengan manic menyorot tajam.
"OK. Terserah apa maumu. Jika akhirnya kau tidak sadarkan diri dan berakhir entah dimana, jangan salahkan aku." Sewot Widya pada sang sahabat.
"CK." Decak Kania kesal sebelum meneguk habis minumannya kemudian menatap wakil divisinya yang berkaraoke didepan sana dengan suara sumbangnya yang membuat sakit telinga.
"Sialan! Apa tidak ada yang berniat menegur orang itu supaya berhenti?"
"Coba lakukan sendiri, apa kamu berani?" Tantang Widya, keduanya lalu menatap kedepan menatap kepala divisi yang akhirnya mengakhiri karaokenya dan duduk disamping Aaron.
"Coba lihat, apa yang akan dilakukan oleh lintah satu itu." Bisik Widya.
Sedangkan Aaron yang duduk diujung sofa langsung menatap sosok pria berkaca mata tebal yang tadi menyanyi dengan gila didepan sana dengan pandangan dingin.
"Apakah anda menikmati acara ini, Tuan?"
"Hm." Angguk Aaron singkat.
"Oh maaf, silahkan Tuan." Pria itu menuangkan minuman untuk yang kemudian langsung diminum dalam sekali teguk oleh sang tuan."Apakah anda ingin minum yang lain, Tuan? Di tempat ini tersedia berbagai jenis minuman terbaik. Anda tinggal pilih Wine, ataupun minuman yang lain."
"Tidak." Aaron menggeleng pelan kemudian meletakkan gelasnya dimeja.
"Atau mungkin anda ingin memesan yang lain? Anda jangan sungkan meminta pada saya karena saya yang bertanggung jawab atas acara ini, Tuan." Senyum pria itu lebar namun Dimata Aaron, senyum pria itu tak lebih dari sebuah senyum bodoh belaka.
"Atau mungkin..." Pria itu mendekatkan diri pada Aaron dan berbisik di telinganya, "Jika Anda ingin ditemani oleh seorang wanita, anda tinggal bilang saja. Anda tidak perlu khawatir. Saya akan tutup mulut."
"Tidak perlu." Geleng Aaron pelan.
"Oh begitu." Pria itu menundukkan kepalanya dengan senyum kikuk, "Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi ke ronde berikutnya?"
"Apakah anda yakin?" Aaron menolehkan kepalanya ke sekitar, menatap beberapa anak buahnya yang sudah tidak sadarkan diri akibat pengaruh alkohol.
"Bukankah sebaiknya kita akhiri acara ini karena besok kalian masih harus bekerja?"
"Anda benar." Ringis pria itu malu.
Aaron bangkit dari duduknya hingga membuat si pria berkaca mata ikut bangkit, "Urus dengan baik mereka yang mabuk dan pesankan mereka taksi."
"Baik Tuan." Pria itu menganggukkan kepalanya patuh.
"Baiklah kalau begitu, saya pergi sekarang." Aaron keluar dari ruangan diikuti si pria berkaca mata yang membukakan pintu untuk Tuannya itu.
"Lihatlah, sepertinya agenda si pria tua bangka mencari muka gagal." Kikik Widya pelan.
"Hm." Angguk Kania pelan, "Meskipun sangat menyebalkan, sepertinya orang itu bisa menjadi direktur yang baik di Perusahaan kita." Tapi tetap saja Kania kesal dengan arogansi pria satu itu.
"Kalian berdua tidak mabuk, kan?" Si pencari muka mendekati mereka berdua.
"Tidak."
"Baguslah kalau begitu." Pria itu menarik nafas lega, "Setidaknya saya tidak perlu bingung bagaimana cara mengirim kalian pulang." Setelah berkata demikian, pria berkaca mata itu pergi dari hadapan Kania dan Widya.
"Ayo kita pulang." Kania membereskan barangnya kedalam tas.
"Tapi sepertinya kamu pulang sendiri deh."
"Hah?" Kania langsung menoleh kearah Widya yang masih sibuk memainkan ponselnya.
"Kevin menjemputku." Cengir Widya tanpa rasa bersalah.
"Lalu aku bagaimana?"
"Ya, pulang sendiri." Widya lanta bangkit dengan membawa tas dipundak, "Aku pergi sekarang. Kevin sudah menungguku di depan. Bye."
"WIDYA HEY! WIDYA!" teriak Kania keras namun wanita satu itu tidak menghiraukan teriakan Kania dan berlalu begitu saja.
"Sialan! Aku pulang sama siapa?!" Kania cukup kesal pasalnya jarak apartemen miliknya cukup jauh dari Maximilium dan saat ini hari sudah cukup malam.
"CK!" Decakan kesal keluar dari balik bibirnya untuk sekali lagi sebelum akhirnya wanita muda itu keluar dari balik room VIP yang disewa kepala bagian.
Dan kini, sudah hampir 10 kali Kania memesan taksi lewat aplikasi online yang sayangnya semua dicancel dengan alasan cuaca buruk.
"Huft!" Kani mendesah kesal, menatap rintikan hujan yang semakin lama semakin deras hingga membuat suhu semakin dingin, tanpa sadar wanita muda itu mendekap tubuhnya semakin erat.
"Bagaimana caranya aku pulang?"
Tin!Tin!Tin!
Mercedes Benz berhenti tepat didepan Kania setelah sebelumnya membunyikan klakson dan tidak perlu menebak , Kania sudah tahu siapa orang yang berada dibalik kemudi mobil mewah itu.
"Mau pulang bersama?" Kaca mobil terbuka, menampilkan wajah si pemilik mobil.
"Tidak. Terima kasih Tuan Aaron. Saya bisa naik taksi."
"Dicuaca seperti ini?" Alis pria itu naik sebelah, "Saya tebak kamu sudah dicancel berulang kali oleh Driver."
'Sial!'
"Saya akan terus mencoba sampai saya dapat, Tuan. jadi jangan khawatir." Senyum Kania sebal.
"Baiklah kalau begitu." Aaron langsung menutup kaca mobilnya dan pergi begitu saja dari hadapan Kania.
"Tidak sopan sekali! Tidak ada basa-basi ataupun ucapan untuk membujuk supaya aku mau diantar olehnya?" Manic Kania menatap tak percaya pada mobil yang perlahan menjauh dari pandangan itu.
"Sudahlah! Kenapa aku harus kecewa." Decak Kania tak habis pikir.
Wanita muda itu kembali menundukkan wajahnya untuk menatap layar ponsel, memesan taksi online akhirnya dia dapat hampir 15 menit kemudian diikuti dengan berhentinya hujan.
"Akhirnya!" Desahnya lega setelah masuk kedalam taksi, "Kasur, I'm coming!"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night Stand Series
RomanceKumpulan ONS series 1. Kania dan Aaron menjalin cinta satu malam tanpa sengaja hingga akhirnya Kania syok bahwa Aaron adalah atasan barunya di kantor. Hubungan keduanya murni kesalahan namun apakah hubungan cinta itu akan hanya akan berakhir begitu...