6 bulan kemudian.
Hari ini SMA Mentari pulang cepat karena guru akan mengadakan rapat, seluruh murid pun mulai keluar dari kelasnya masing-masing.
Hari ini Gibran tidak masuk dan Kanaya memilih untuk segera pergi ke rumah Bella untuk melaksanakan pekerjaannya, kandungannya kini sudah masuk 4 bulan dan perutnya juga lumayan membuncit tetapi masih terlihat normal, seperti tidak ada bayi di dalamnya.
"Siang Bu," sapa Kanaya saat sang majikan berada di luar rumah tengah menyirami tanaman, Mama Bella ini memang suka sekali menyiram tanaman, bahkan ia merawatnya sendiri pula.
Erina tersenyum. "Siang Kanaya, tumben datang jam segini?" tanyanya usai melihat jam di pergelangan tangan.
"Ah, guru-guru pada mau rapat Bu, makanya anak murid dipulangkan lebih cepat," ujar Kanaya.
Erina mengangguk-angguk paham. "Oh, gitu."
"Ya Bu, kalau begitu saya permisi ke dalam," pamit Kanaya.
"Eh tunggu Kanaya," panggil Erina yang membuat langkah Kanaya terhenti.
Kanaya menoleh. "ada apa Bu?"
"Nanti kamu pulangnya agak malaman ya? Saya akan ada tamu," ucap wanita itu.
Kanaya mengangguk. "Baik Bu." Setelahnya ia melanjutkan langkahnya meninggalkan Erina yang mulai kembali menyiram tanamannya.
****
Pukul 18.20
Di meja makan yang cukup besar itu, sudah terpampang hidangan yang begitu menggiurkan sekali, Kanaya sampai takjub melihatnya.
Dengan perlahan ia mengusap perutnya itu. "baby jangan ngiler ya? Nanti kalo ada uang, kapan-kapan kita beli," ucapnya dengan nada pelan.
Tidak lama, Erina dan juga suaminya turun dari lantai 2, nampak juga Bella yang berada di belakang mereka dengan raut wajah yang terlihat begitu gembira.
"Kanaya, semua makanannya sudah siap kan?" tanya Erina yang menghampiri Kanaya.
"Sudah Bu."
"Baiklah, terima kasih ya."
Ting ... Tong ... Ting ... Tong
"Biar Bella aja yang bukain Ma!" ucap Bella yang begitu tidak sabar, ia lalu segera menghampiri pintu untuk menyambut tamu yang akan datang, sementara kedua orang tuanya hanya menggeleng-gelengkan kepala.
"Bella sudah sangat tidak sabar sekali melihat calon masa depannya ya, Mas," ucap Erina.
"Ya, pasti dia akan senang kalau tau kita akan menjodohkan keduanya," sahut sang suami.
Tidak lama Bella datang dengan tamu yang berada di belakang mereka, tapi tunggu, yang sedang berada di samping Bella dan tangan yang digandeng itu adalah Gibran, jadi tamu yang datang adalah keluarganya Gibran?
"Halo jeng, apa kabar?" tanya Sila sembari cipika-cipiki khas ibu-ibu.
"Kabar baik, kamu gimana?" tanya Erina balik.
"Kabar baik juga," sahut Sila.
Ia lalu sedikit terkejut karena ada kehadiran Kanaya di sana, dalam benaknya ia bertanya-tanya, sedang apa gadis itu berada di sini?
"Ah ya, ini art yang waktu itu aku ceritain Sil, dia masih muda namanya Kanaya," ucap Erina memperkenalkan.
Sila mengangguk. "Aku mengenalnya, dia yang aku maksud, gadis yang membawa dampak buruk untuk Gibran."
"Mama!" tegur Gibran dengan berbisik tetapi itu dapat didengar oleh semua yanga ada di sana.
Erina nampak tidak paham, ia lalu mengalihkan pembicaraan. "Baiklah, lebih baik kita memulai dinner nya terlebih dahulu," tawar wanita itu kepada keluarga Gibran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanaya dan Kehidupannya
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] Sederhana, ini hanya kisah seorang gadis remaja yang harus melewati masa-masa sulitnya dengan sendirian, ditemani dengan kesepian dan kesunyian. Hingga suatu hari datanglah sosok laki-laki yang merupakan anak pindahan da...