Ch.4 Pos Ronda

5K 175 20
                                    


“Mana kopi bapak Da?.” Tanya bapak setelah berpakaian lengkap dan duduk didepan tv.

“Belum Mada bikin pak.” 

“Haisshh gimana kamu ini, katanya suruh bapak bangun biar ngopi dulu, tapi kopinya belum dibikin.” Ujar bapak.

“Kalau dibikin tadi nanti kopinya dingin pak, kayak nggak tahu aja bapak kalau mandi lama banget, mending mendadak aja nyeduhnya, biar masih panas.” Ucapku sambil beranjak dari dudukku dan berjalan kedapur, membuatkan kopi untuk bapak lalu memberikannya kepada bapak.

“Nggak sarapan pak?.” Tanyaku.

“Nggak usah, ntar aja beli ditempat kerja, ada banyak gorengan sama lemper, murah murah juga.” 

“Yaudah kalo gitu, Mada jadi gak usah beli nasi kuning buat bapak.” 

“Beli aja buat kamu, sekalian sarapan.” 

“Nggak ah, nanti aja siangnya, sarapan mau ngapain orang Mada diem dirumah doang, kalo bapak harus tuh sarapan, kan kerja.” 

“Terserah kamu Da, nih uang jajan.” Ujar bapak sambil memberiku uang dua puluh ribu.

“Yeeeeey, udah libur aja masih dikasih uang sangu, bapak baek dehhhh.” Ucapku memeluk bapak, bapak melepaskan pelukanku.

“Jangan rangkul rangkul ah, udah rapi bapak, nanti kusut lagi, ya bapak kasih lah, emang kamu punya duit, kan belum punya penghasilan, jadi kamu masih tanggung jawab bapak.” 

“Makasih pak.” Ucapku, bapak mengangguk kemudian menghabiskan kopinya.

“Udah ah, bapak mau berangkat kerja, kamu jaga rumah baik baik sampe bapak pulang ya, jangan kemana mana, kalo mau main biar temenmu aja yang main kesini.” Ucap bapak sambil berdiri dan mengambil kunci motor.

“Iya pak.” Jawabku kemudian mencium tangan bapak, ia mengusap rambutku kemudian pergi bekerja.

____

“Assalamualaikum.” Suara bapak terdengar, aku yang sedang memainkan handphone dikamar reflek melihat kearah jam dinding, setengah lima sore, aku bangun dari tiduranku lalu berjalan menuju bapak.

“Waalaikumsalam.” Ucapku sambil mencium tangan bapak.

“Masih sore pak, tumben.” 

“Bapak lagi males ngongkrong dulu, jadi langsung pulang aja, keinget kamu juga, takutnya belum makan, nih, bapak bawa soto.” Jawab bapak sambil menyerahkan kresek, aku mengambil kresek itu lalu membawanya kedapur, membuatkan air minum untuk bapak lalu kembali kedapur dan memindahkan soto dari dalam plastik ke dua buah mangkuk.

“Nih pak sotonya, makan langsung aja biar masih anget, mandinya abis makan aja.” Ujarku, bapak menerima mangkuk berisi soto dari tanganku, aku kembali ke dapur, mengambil satu piring nasi.

“Pake nasi pak, biar kenyang.” Bapak mengangguk dan mengambil nasi dari piring, aku ikut duduk disamping bapak sambil sama memakan soto.

“Ibu ada nelfon?.” Tanya bapak.

“Belum ada pak, paling nanti malem, emang ke hp bapak nggak ada?.” Tanyaku balik.

“Enggak tahu, bapak simpen terus di tas.” Jawab bapak, bapak memang punya dua handphone, satu android dan satu handphone jadul, tapi yang paling sering ia pakai adalah handphone jadulnya, terdapt beratus kontak penting yang berhubungan dengan pekerjaannya, android milik bapak seperti jarang dibuka, bapak memang mengerti dan tahu cara memakai android, tapi jika tidak dia seperti tidak terlalu butuh dengan itu, makanya ia jarang memakai handphone androidnya.

“Hihh, kebiasaaan.” Ucapku 

“Toh biasanya ibu nelpon ke hp bapak yang ini kok.” Ucap bapak sambil menunjukan handphone jadulnya.

“Ngomong ngomong, pak, ini sotonya enak lho, banyak juga, berapaan?.” Tanyaku.

“Lima belas ribu Da.” 

“Hah? Asli? Lime belas ribu? Kok murah banget pak, ya enggak murah sih, tapi kan sebanyak ini lho.” 

“Dari langganan bapak Da, deket tempat kerja, langganan para supir.” 

“Hnm, pantesan.” Jawabku, bapak dan aku selesai makan, bapak beranjak dari kursi dan mengganti pakaiannya dikamar, sedangkan aku membereskan bekas makan kami, bapak masuk ke kamar mandi dengan handuk melingkar dilehernya, setelah selesai dengan piring dang mangkuk kotor aku menyiapkan kopi yang tinggal diseduh untuk bapak lalu kembali ke ruang tengah untuk menonton tv.

“Segerrrrrr.” Ucap bapak sambil berjalan dari kamr mandi.

“Mau diseduhin sekarang pak kopinya?.” 

“Iya seduh aja, simpen dimeja.” Ucap bapak, aku menurutinya dan membawa kopi nya keruang tengah lalu menaruhnya di meja, bapak keluar dari kamar menggunakan celana training panjang dan kaos oblong hitam, bapak menyalakan rokoknya dan meminum kopinya sambil menonton tv, kami bercengkrama didepan tv, hingga tak terasa waktu sudah menunjukan pukul tujuh malam.

“Da, ikut bapak ke pos ronda yuk!.” Ajak bapak.

“Ngapain?, Jadwal kita kan besok pak?.”

“Bukan buat ronda, pengen nongkrong aja, yuk!.” 

“Yaudah ayo.” Kami keluar dari rumah menuju pos ronda, belum ada siapa siapa disana, hanya ada tukang wedang yang setiap hari nongkrong disana, aku dan bapak berjalan menuju pos.

“Belum pada kesini ya mang?.” Tanya bapak ke mang penjual wedang.

“Belum pak, masih lama, nanti sekitar jam sembilanan lah, udah mulai ada yang kesini.” 

“Pesen dua mang.” Ucap bapak, mang wedang mengangkat jempolnya lalu bergerak menbuatkan aku dan bapak wedang.

“Sini duduk Da!, Ngapain berdiri disitu?.” Aku berjalan mendekat ke arah bapak dan duduk disampingnya didalam pos.

“Ini pak wedangnya.” Kata mang wedang sambil menyerahkan dua gelas wedang, aku dan bapak mengambil masing masing gelas kami.

“Makasih mang.” Ucap bapak.

“Siapp.” 

 

Bapak merogoh saku celana trainingnya, meraba raba lalu ekspresinya berubah kesal.

“Kenapa pak?.” Tanyaku.

“Tchh, rokok bapak gak kebawa di celana kerja, beliin dulu gih, tuh diwarung depan sana.” Ucap bapak sambil membuka dompetnya dan mengeluarkan selembar uang lima puluh ribu, aku mengambil uang itu dan pergi membeli rokok.

“Nih pak, Mada sambil beli cemilan ya, biar enak nongkrongnya.” Ucapku sambil menyerahkan rokok bapak dan kembaliannya.

“Iya gak apa apa, beli kacang gak?.” 

“Beli, nih.” Ucapku sambil memberikan bapak sebungkus kacang, aku dan bapak nongkrong berdua, berbincang dan bercengkrama sambil sesekali di timpali oleh mang wedang, tak terasa jam menunjukan pukul setengah sepuluh malam, satu persatu petugas ronda hari ini berdatangan, hanya empat orang saja, kampungku memang kampung kecil dan orang orangnya juga tidak terlalu banyak, jadi setiap hari hanya ada empat pria yang melakukan ronda, bergiliran dari senin hingga minggu.

*********

Yuhuu Update update!!

Selamat membaca yaaa, semoga kalian sukaaaa sayang sayangkuuu♥️♥️😘😘😘♥️♥️

Jangan lupa yaaa, di vote dan di komen.

Ekspedisi Bersama BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang