Ch.5 Alasan

4K 147 29
                                    

Wattpadin 5

“Ehhh, pak Kusuma, mau ronda hari ini juga?.” Tanya bang Ferdi kepada bapak.

“Enggak Fer, saya sama Mada cuman nongkrong aja, lagi pengen wedang, nih udah dua kali nambah kami.”

“Kirain mau ikut ronda juga, saya sempet bingung ngeliat kalian disini, kalo ikut ronda sekarang besok siapa yang jaga.” Ucap pak Ikin sambil duduk dipos.

“Ded, besok Jamal yang jaga sama kami ya? Sama pak Yadi?.” Tanya bapak.

“Betul pak Kus, saya besok malem ada perlu jadi saya minta malem ini aja ngerondanya, tukeran sama Jamal.” Jawab bang Dedi, bapak mengangguk.

“Ini kacang punya siapa? Saya mau minta.” Ujar Pak Lili.

“Iya iya silahkan pak, ambil aja, udah kenyang kami, tapi cuman dikit, harusnya dari tadi datengnya.” Jawabku ke pak Lili, dia tersenyum kemudian mengambil sebungkus kacang.

“Iya nih, telat, kalo tau mau ada pak Kusuma sama Mada disini saya pasti berangkat lebih awal, biar ditraiktir wedang, ya ga mang?.” Ujar pak Lily, mang wedang memgangguk setuju.

“Lho, udah jam sepuluh aja, saya sama Mada pamit ya Fer, Ded, pak Ikin, pak Lili.” Ucap bapak.

“Mau kemana pak Kus? Masih siang ini!!.” Ucap pak Ikin.

“Besok masih masuk pagi pak, takut telat haha.” Jawab bapak sambil berdiri dan mengajakku pulang.

“Yasudah, hati hati pak!.” Jawab pam Ikin, aku dan bapak kembali berjalan menuju rumah.

___

“Pak, bapak sama pak Lili seumuran?.” Tanyaku ketika kami sampai dirumah.

“Enggak lah, lebih muda pak Lili, kenapa emang?.” 

“Mada kira seumuran, berarti bapak awet muda ya, nggak keliatan kayak umur lima puluh pak.” Jawabku.

“Heuuhhh, ada aja.” Ucap bapak.

“Mau apa lagi?, Mau peluk lagi?.” Tanya bapak sambil merangkul leherku.

“Boleh pak.” Jawabku, aku tidak menunggu apapun dan langsung merangkul bapak dari belakang, naik ke punggung bapak, bapak menahan pantatku dengan tanganya membuatku digendong bapak seperti waktu aku masih bocah.

“Aduhh, kalo bapak jatoh gimana ini Da, main naik naik aja.” Ucap bapak, aku kemudian turun dari gendongan bapak, bapak kemudian duduk didepan tv.

“Mau dibikinin kopi lagi?.” 

“Nggak usah Da, udah kenyang sama wedang, lagian bapak bentar lagi mau tidur.” 

“Pak, jangan minum obat tidur lagi ah, susah banget dibanguninnya.” Ucapku, bapak tertawa.

“Enak tidur pakai itu Da, nggak mimpi nggak kerasa, nyenyak banget, cocok kalo lagi susah tidur kayak kemaren.” 

“Ya bapak enak tidur, Mada ngebanuninnya susah.” Jawabku ketus.

“Iya iya, bapak nggak bakal minum obat tidur malem ini.” Jawab bapak.

“Pak, Mada tidur duluan ya, udah ngantuk.” Ucapku karena memang mata ini sudah begitu berat, bapak mengangguk mempersilahkan, aku berjalan ke kamar, membereskan sedikit kasurku lalu tiduran sambil memainkan handphone, sial, tadi saja mataku lima watt, sekarang ketika sudah ada dikasur dan pegang hp, hilang sudah rasa kantuk, tak terasa aku memainkan handphone sekitar satu jam, suara tv hilang seketika, dan lampu ruang tenga menggelap, bapak sudah mau tidur sepertinya, aku memasang earphone lalu memutar musik dan mencoba tidur, perlahan tapi pasti, rasa kantuk itu kembali muncul, lembat, namun pasti, mataku mulai terpejam erat dan kesadaranku hilang ditelan tidur.

___

Benar saja kan, jika bapak tidak meminum obat tidurnya, dengan suara panggilanku saja bapak langsung membuka mata dan duduk dikasur, secepat itu bapak bangun dari tidur jika tanpa ada pengaruh dari obat tidur, seperti biasa bapak memberiku uang saku lalu pergi untuk bekerja.

Sekitar jam enam sore bapak pulang kerja, ditanganya ada kresek, bapak membawa makan sepertinya.

“Bakso itu, pindahin kemangkuk dulu.” Ucap bapak, aku mengangguk dan memindahkan bakso itu kemangkuk, bapak dan aku makan sambil ditemani tv, bapak kemudian mandi dan mengganti pakaiannya dengan kaus oblong dan celana training panjang, baju kebangsaan ketika sedang dirumah, namun kali ini ditambah sarung melingkar dileher bapak, yap, benar, malam ini jadwal kami ronda, aku dan bapak memang sengaja minta dibuatkan satu jadwal, tidak mau aku jika tidak bersama bapak, sama seperti bapak, dileherku juga melingkar sebuah sarung, kami menunggu hingga jam sembilan malam sebelum pergi ke pos, ngopi ngopi dan merokok didepan tv sambil membahas acara yang sedang tayang, tiba tiba terdengar suara ketukan dipintu depan, bapak berjalan ke arah pintu dan membukanya.

“Assalamualikum pak Kus.” 

“Waalaikumsalam,Jamal?, Ngapain? Jam segini udah disini, masih lama Mal, nanti aja ke pos nya jam sembilan.” Ucap bapak ketika melihat ada bang Jamal dibalik pintu.

“Waduh, punten pak Kus, anu, saya mau izin nggak ikut ronda dulu malem ini.” Ucap Jamal, aku berjalan kearah pintu.

“Kenapa bang?.” Tanyaku kepada bang Jamal.

“Anak saya rewel Da, terus istri saya bilang pengen nginep dirumah mertua, jadi saya harus nganterin sekalian nginep disana Da.” Jawab bang Jamal.

“Oalah, lagi sakit kah anakmu Mal?.” Tanya bapak.

“Nggak tahu pak Kus, tapi badannya enggak demam, kayaknya mau tumbuh gigi, soalnya dari sore rewel, nangis terus.” 

“Hemm, yasudah nggak apa apa Mal, biar saya, Mada sama pak Yadi saja yang jaga malam ini, yang penting diturutin dulu Mal.” Jawab bapak, bang Jamal mengangguk setuju.

“Ini pak Kus, buat kalian beli kopi.” Ucap bang Jamal sambil memberikan uang lima puluh ribu.

“Ihshh, gak usah Mal, gak apa apa.” Ucap bapak berusaha menolak pemberian bang Jamal.

“Nggak pak Kus, saya nggak enak, udah mah nggak ikut ronda, masa mau ngasih kopi juga nggak diterima, ambil ya pak, buat temen begadang.” 

“Yasudah, saya ambil ini, nanti saya belikan kopi, makasih ya Mal.” Ucap Bapak.

“Sama sama pak Kus, mohon maaf ya, saya izin pulang pak, mau siap siap berangkat, assalamualaikum.” 

“Waalaikumsalam.” Jawabku bersamaan dengan bapak.

“Bertiga kita Da.” Ucap bapak melirik ke arahku.

“Iya pak, ah, gak apa apa, malam minggu ini, rame pasti pak.” Ucapku, bapak mengangguk setuju.


***************

Halo halo, update lagi kita hari ini!!!!

Semoga kalian suka ya sama cerita ini, jangan lupa di vote dan komen ya sayang sayangkuuu.

ILYSM GUYSSS!!! ♥️♥️♥️😘😘😘😘

Ekspedisi Bersama BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang