Udara dingin malam menyapa dua orang yang kini tengah berkendara di jalan raya. Tujuan keduanya adalah di sirkuit balap yang terletak agak jauh dari daerah tempat tinggal mereka. Meski begitu, salah satu dari mereka tetap bersikeras untuk memenuhi permintaan dari salah satu temannya.
Mereka melewati pepohonan menembus dinginnya malam berbekal jaket kulit yang tebal. Namun, Rava tetap saja merasakan suhu rendah yang menusuk.
"Shell, lo yakin ini? Lo ga curiga gitu sama Arya? Kalo dia punya rencana jahat gimana!?" ucap Rava berteriak di samping telinga Sephia yang tertutup helm full face miliknya.
Sephia menghela napas dibuatnya. Bukan kali pertama Rava bertanya hal yang sama setiap menit, membuat alpha itu sedikit muak. "Yakin! lagian gue bisa jaga diri juga! Kalo lo takut panggil aja cowo lo kesini!" balas Sephia ikut berteriak.
Mendengar itu Rava terlihat seperti baru saja mendapat pencerahan. Omega itu mengambil handphone di saku celananya dan langsung menelpon Kaynen, matenya. Padahal Rava yang bersikeras untuk ikut, tapi ia juga yang takut setengah mati.
***
"Sephia, lo ga salah jam janjian, kan?" celetuk Rava sambil melihat jam yang ada di ponselnya. Kini ia duduk di atas motor milik mate nya sedang yang berpunya memilih untuk berdiri saja.
Sudah hampir satu jam menunggu, namun Arya belum sama sekali menampakkan batang hidungnya. Sephia yang duduk di atas motor Rava masih terlihat tenang, namun dalam hatinya juga merasa sedikit khawatir.
"Gak, dia bilang jam dua belas kok." balasnya yakin, karena memang begitu pesan yang dikirimkan Arya padanya tadi. Rava membuang napas kasar, tidak ada pilihan selain mempercayai Sephia sekarang.
Suara deru mesin bersahutan memenuhi area balap. Ada beberapa orang yang sedang berlomba-lomba memperebutkan garis finish. Beberapa kali putaran dan salah satu dari mereka yang sampai pertama di garis finish adalah sang juara yang berhak mengambil taruhan yang telah disepakati sebelumnya.
Beberapa menit keduanya masih menunggu, mereka sesekali mengeluarkan candaan guna mencairkan suasana malam yang dingin.
"Oh iya, lo udah minum suppresant, kan?" tanya Rava, yang di angguki oleh Sephia. "Lo udah terlalu sering minum suppresant, habis ini jangan di minum ya, nanti jadwal rut lo berantakan." lanjut omega dengan tubuh lebih kecil darinya.
"Iya Ravaa," jawab Sephia, sengaja memanjangkan akhiran nama Rava demi mendapat kepercayaan dari sepupunya itu.
Tak lama kemudian terdengar suara motor menuju ke arah mereka. Sephia yang hapal dengan bentuk motor itu tau siapa yang ada di dalam helm full face tersebut.
"Sorry telat." ucap orang yang baru saja datang itu. Rava menatap cowok itu tajam dengan dahi berkerut dan alis yang bertaut.
"Iya, gapapa," jawab Sephia santai, berbanding terbalik dengan Rava yang memaki Arya. "Ayo mulai, gua gak suka basa-basi." lanjut Sephia, langsung memakai kembali helm full face hitam dan menaiki motor milik Rava.
"Motor lo kemana?" tanya Arya setelah melihat motor yang dinaiki Sephia terlihat berbeda dari biasanya.
"Bukan urusan lo. Cepet, gue udah bilang gue gak suka basa-basi." Arya mendengus mendengar respon ketus dari Sephia. Alpha manis itu tampaknya sangat marah dengannya, pikir Arya. Namun, itu bukan jawaban yang tepat.
Sephia sudah terbiasa, ia hanya terlampau kecewa. Teman yang sudah ia cap memiliki sifat baik, tapi nyatanya munafik.
Dengan begitu balapan di antara keduanya dimulai. Dua alpha yang bertolak belakang itu saling mengejar dengan posisi Sephia yang memimpin di depan. Dua putaran berlalu dan Sephia masih saja memimpin, ia tau jika Arya sengaja mengalah. Terbukti jika Sephia yang kini menang tanpa bersusah payah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Belongs To Me (re upload)
FanfictionEnigma itu begitu langka, bahkan dianggap mitos semata. Sephia, alpha yang sudah muak dengan hidupnya menemukan mate nya yang ternyata adalah si mitos, Enigma. Berhubungan dengan Enigma, apakah hidupnya akan seribu kali lipat lebih baik atau malah A...