Aku duduk rapih di depan dinding
sambil merayakan beberapa sunyi yang menyala pada detik jarum jam,
seraya aku bangun dan menanak hening
di bawah matang bulan yang menabur malam.Di antara jam dan kursi
aku berdiri menengadah ke atas atap-
melihat berbagai macam sedih
yang merayap pada sudut rumah.Barangkali hanya kursi dan jam yang masih sudi menemaniku
maka biarkan jarumnya yang menyentuh mataku
dan kaki kursi yang menjadi sandar jantungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setumpuk Memoar Tentang Pulang
Poetrysepilihan puisi yang merangkum beberapa kejadian tentang pulang dan pergi