Aku sering membayangkan bagaimana rasanya menunggu di sebuah persimpangan, di tempat yang sama, sementara waktu berlalu tanpa henti. Seperti menunggu pelangi yang tak kunjung datang, aku berdiri disini, di tempat yang penuh kenangan, yang membuat isi hatiku bergelora. Aku disini, dalam penantian yang terasa abadi, menunggu sosok yang hilang seperti embun pagi yang menguap dibawah sinar.
Dahulu, dalam hari-hari cerah dan gelap yang sama, Juansa, adalah cahaya yang selalu kupandangi.
Pada saat perpisahan memisahkan kita, entah bagaimana caranya, Juansa hilang- pergi tanpa jejak, seperti awan yang menghilang di tengah lautan biru. Sejak saat itu, hidupku berubah menjadi labirin yang penuh pertanyaan dan bayangan, sejak saat itu, aku terus mencoba mencari arah tanpa kompas.
Mungkin, di dalam hatiku, ada sebuah ruang kosong yang tak akan pernah bisa di isi kembali. Bagaimana bisa seseorang yang begitu dekat, begitu berarti, tiba-tiba menghilang tanpa jejak? Aku sering bertanya kepada derasnya air hujan, pada angin yang menghembus, mengapa dia tak pernah kembali? Apakah engkau telah membawanya dalam derasnya hujan? Atau apakah engkau telah menghirapkannya pada hembusan angin?
Meski aku tahu, setiap kali menjawab, hujan itu hanya merintikkan suaranya, dan angin itu hanya merapah kemudian hirap, mereka tak akan pernah benar-benar menjelaskan, mereka tak akan pernah benar-benar menunjukkan keberadaan Juansa.
Sekarang, lima tahun telah berlalu, dan aku masih berdiri di persimpangan ini, di tempat yang sama, menunggumu Juansa, aku menunggumu untuk kembali.
Setiap detik terasa seperti tahun, dan harapan yang tersisa hanya berupa bayang-bayang yang semakin memudar.
Andai kamu tahu, wajahmu, wajah yang selalu membuatku teduh, perlahan hilang dari ingatanku-
Aku mencoba melanjutkan hidup, berlari dalam dimensi waktu yang berbeda, namun hatiku tetap terikat pada masalalu yang tak pernah benar-benar pergi.
Mungkin, suatu hari nanti, aku akan menemukan jawabannya, atau mungkin aku hanya akan terus menunggu di tempat ini, di persimpangan di mana Juansa menghilang, dan aku— dengan penuh harapan, akan tetap menanti kehadirannya
—GoresanKelabu
KAMU SEDANG MEMBACA
Rentang Waktu
Teen FictionDi dalam labirin waktu, aku terjebak dalam bayangan yang tak pernah benar-benar kukenal, masalalu yang selalu berputar dalam setiap sudut pikiranku. Layaknya kabut tipis di pagi hari, kenangan itu menari-nari di atas permukaan ingatanku. Aku merindu...