02. Bermain Ice Skating

6 0 0
                                    

Setelah mampir mencari makan sepulang dari pasar, Caspian langsung pulang dan menurunkan Binta di jalan depan rumahnya. Matahari mulai terik di sepanjang mereka pulang. Debu bertebaran di udara. Sidoarjo yang Binta rasa panas serta udaranya yang tecemar masih kalah jauh dengan Jakarta kata Caspian. Jam 10 di jakarta sama teriknya dengan Sidoarjo di siang bolong. Binta mengunci pintu rumahnya. Ayahnya pasti sudah berangkat keliling berjualan ikan hias dengan gerobak mini di belakang motornya.

Binta masuk ke dapur, mengecek nasi di dalam magic com. Tampak baru terambil satu porsi makan Malik, Ayahnya. Dulu, setahun yang lalu, rumah Binta tidak sesepi ini. Ada Ibunya yang mengurus dapur, mulai dari memasak, mengelap kompor dan Magic Com, mencuci bersih piring kotor serta mengelap meja makan. Tidak ada sarang laba-laba pada rak piring. Nasi yang ditanak tidak lagi sekedar satu takaran, mungkin tiga kali lipatnya. Dan perut Ayahnya yang selalu buncit.

Dulu, setiap bangun tidur, Binta hanya sholat dan bersiap ke sekolah. Terkadang ia membagi tugas dengan Salul, adiknya, untuk bersih-bersih ringan di rumah. Seperti membereskan meja dan menyapu teras. Saat Binta membuka tudung saji, pasti sudah penuh makanan. Tidak seperti sekarang, hanya ada terong goreng serta sambal cobek kemaren. Binta mengambil keduanya, membuang ke tempat makanan sisa kemudian mencucinya. Entah dengan apa Ayahnya sarapan tadi.

Binta membuka kulkas, mengambil tempe serta sekantung kresek berisi cabai, bawang putih, bawang merah dan tomat. Ia menyiapkan mangkuk plastik, memasukkan garam satu sendok lalu diisi air. Dilanjut memotong tempe menjadi enam bagian, lalu ia masukkan ke dalam wadah tersebut.

Kepala Binta mengadah, kesedihan kembali menyelimuti dirinya kala mengingat saat bersama Ibunya, ia tidak akan makan dengan lauk seperti ini. Ibunya akan berdiri di depan kompor, dengan lihai memasak sop, menggoreng tempe serta mengupas bawang di waktu bersamaan. Bahkan bisa saja sambil mencuci piring. Binta hanya perlu membersihkan rumah dan selesai bersamaan waktu makan tiba.

Binta membersihkan diri. Mengambil handuk untuk mandi. Setelah tampak segar, Binta meniriskan tempe yang terlanjur ia celupkan ke dalam air asin. Malas untuk memasak. Mungkin rencananya ia akan beli nasi goreng atau sate. Binta memasukkan bahan masakannya ke dalam kulkas. Kemudian masuk ke dalam kamar.

Tak banyak yang ia lakukan, mungkin hanya berbaring di atas kasur sembari bermain ponsel. Atau mencatok rambutnya kemudian berselfie. Atau mungkin menonton drama korea. Tapi, tiba-tiba ponselnya berdering. Nama Caspian tertera di layar. Binta menerima panggilan tersebut.

"Ta, main, yuk!" ajak Caspian. Binta mengerutkan kening.

"Tumben, nggak tidur?" tanya Binta. Seingat Binta, Caspian itu suka molor setelah bekerja. Bahkan tanpa repot-repot membersihkan diri, Caspian akan tidur di kursi bambu teras rumahnya.

"Pengang kuping gue kena omelan ibu, Ta. Gara-gara lupa bawa jajan yang ibu beli tadi pagi, gorengannya itu ketinggalan," ucap Caspian. Binta membalas dengan tawa. Pasti omelannya kurang lebih seperti ini, "bisa-bisanya kamu enggak cek ada jajan ketinggalan di pasar. Tadi ibu pesen apa, jangan ada yang ketinggalan. Sayang, nak, itu makanan. Besok udah enggak layak makan itu. Awas, enggak ibu gaji kamu besok."

"Ketawa lo, gue kira udah dibawa ibu, anjir. Kan dia sendiri yang bilang mau dimakan sama ayah. Dia yang lupa enggak bawa, gue juga yang kena," cerocos Caspian kesal. Tawa Binta semakin keras. Suka sekali mendengar Caspian kesal.

"Emang mau ke mana, sih?"

"Ice skate, yuk!" usul Caspian. "Abis ini gue jemput, pumpung ibu lagi mandi."

Panggilan terputus. Binta kan belum menjawab 'iya' atau 'oke'. Gadis itu berdiri di depan cermin. Ada satu jerawat muncul di pipi kiri. Masih baru dan sakit. Binta mendengkus, semakin muka dirawat bukan semakin glowing malah kurang ajar. Ia membuka lemari, mengambil celana jeans putih sepaha serta hoodie pink dengan gambar kupu-kupu putih besar di punggung. Setelah mengganti baju, Binta mengucir kuda rambutnya asal, membiarkan anak rambut berjatuhan. Binta memakai two way cake diwajahnya, memberikan blush on tipis di tulang pipi dan hidung, lalu memoles bibirnya dengan lipbalm.

BLISSFULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang