Ch 4

1.1K 26 6
                                    

Setelah mengobrol malam itu, kakakku Sarah masuk kamarnya dan aku pun masuk kamarku untuk tidur. Namun, pikiran tentang kekuatan baru ini terus menggelayut di benakku. Rasanya aneh dan mengasyikkan memiliki rahasia sebesar ini bersama Sarah.

Keesokan paginya, aku bangun dengan perasaan campur aduk. Aku segera ingat bahwa kami harus mengembalikan tubuh kami ke kondisi semula karena aku sekolah. Aku keluar dari kamar dan mengetuk pintu kamar Sarah. Namun, saat aku sedang mengetok pintu kamar Sarah, ibuku datang dan memberi tahu bahwa Sarah sedang lari pagi.

"Kakak mu sedang lari pagi bang, kenapa nyariin?" tanya ibuku.

"Gak, soalnya semalem dia nitip jajanan" Bohong ku kepada ibuku.

"Owh, yaudah mandi dulu sana mungkin abis mandi udah pulang" Ucap ibuku.

"Iya, Bu" Ucapku.

Aku pun bingung gimana nanti aku melihat dada kakakku saat mandi, namun aku berpikir bahwa kalau saudara tidak akan bisa membuat birahi, aku pun mandi. Selama mandi, aku terus memikirkan bagaimana caranya mengembalikan tubuhku ke kondisi semula sebelum berangkat ke sekolah. Setelah selesai mandi, aku berpakaian cepat dan menuju ruang tamu, berharap Sarah sudah pulang. Aku melihat ke arah jam dinding dan menyadari bahwa waktu semakin mepet.

Tidak lama kemudian, Sarah masuk ke rumah dengan wajah berkeringat setelah lari pagi.

"Sarah! Kamu harus pakai sport bra yang kemarin sekarang juga," bisikku dengan cemas.

Sarah tertawa kecil. "Tenang saja, Dani. Aku tahu kita harus cepat."

Dia pun memakai sport bra yang aku pakai semalam, dadaku pun mengecil dan dada Sarah membesar. Setelah itu aku pun langsung berangkat sekolah.

Saat sampe disekolah, aku belajar dengan normal. Namun, saat istirahat Dina datang kepadaku dan mengajak ku ke belakang sekolah. Ternyata dia membawa temannya yang bernama Bunga.

*Ilustrasi Bunga*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Ilustrasi Bunga*

Dina langsung masuk ke inti percakapan. "Jadi, Bunga ingin tahu tentang kekuatan kita. Aku cerita ke dia karena dia sahabat dekatku, dan aku pikir mungkin dia bisa ikut dalam eksperimen kita."

Aku terkejut dan sedikit cemas. "Dina, kamu cerita ke Bunga? Bukannya kita sepakat ini rahasia?"

"Aku tahu, Dani, tapi Bunga bisa dipercaya. Lagipula, dia sangat penasaran dan mau ikut coba," jawab Dina dengan tenang.

Bunga menambahkan, "Aku janji tidak akan bilang ke siapa-siapa. Aku cuma penasaran dan ingin mencoba."

Aku berpikir sejenak, lalu setuju. "Baiklah, tapi kita harus sangat hati-hati. Tidak boleh ada yang tahu."

Dina dan Bunga tersenyum senang.

"Jadi apa yang mau di tukar?" Tanyaku.

"Bagaimana kalau rambut?" Tanya Bunga.

"Yaudah" Ucapku.

Aku setuju dan mulai mencari cara untuk melakukan eksperimen tersebut. Bunga membawa beberapa ikat rambut dari tasnya dan memberikannya kepada aku. Aku memakai ikat rambut yang di berikan Bunga.

Rambutku menjadi lebih panjang dan halus seperti rambut Bunga, sementara rambut Bunga menjadi lebih pendek dan tebal seperti rambutku.

"Wah, ini benar-benar keren! Rasanya seperti punya rambut baru," kata Bunga sambil meraba rambutnya.

"Iya, ini aneh tapi menarik," jawabku.

Kami menghabiskan beberapa saat dengan rambut yang tertukar. Setelah merasa cukup, aku menyuruh Bunga untuk memakai ikat rambutnya lagi dan rambut kami pun kembali normal.

Disclaimer hanya cerita fiksi, dan gambar hanya ilustrasi.
Jadwal upload
Senin Rabu Jumat.

Dari MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang