Bab 1: Pertemuan yang Tak Terduga

5 0 0
                                    


Rai berjalan perlahan di jalanan berbatu kota asing itu, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk. Suara asing dan pemandangan aneh terus membombardir indranya, membuatnya semakin kebingungan. Dia mencoba bertanya pada beberapa orang yang lewat, tetapi bahasa mereka tidak bisa dipahaminya. Namun, saat dia mulai merasa benar-benar putus asa, sesuatu yang aneh terjadi. Tiba-tiba, kata-kata asing yang diucapkan orang-orang di sekitarnya mulai terdengar familier. Seolah-olah otaknya tiba-tiba mampu memahami dan berbicara dalam bahasa tersebut.

Rai, seorang remaja berusia 18 tahun, Pejaka akut, terus berjalan tanpa tujuan, menemukan dirinya di bagian kota yang lebih sepi. Di sana, gang-gang sempit dan bayangan gelap menciptakan suasana yang menakutkan. 

"Apakah Aku salah mengambil jalan?" Ucapnya dalam hati."

Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki cepat di belakangnya. Ketika dia berbalik, dia melihat beberapa orang dengan wajah licik mendekatinya.

"Heh, lihat siapa yang kita temukan di sini," salah satu dari mereka berkata dengan nada mengejek. "Seorang pengunjung asing yang tersesat, ya? Kau pasti punya sesuatu yang berharga."

Rai mundur ketakutan, namun gang itu terlalu sempit untuk lari. "Aku tidak punya apa-apa," katanya dengan suara gemetar, terkejut bahwa dia bisa berbicara dalam bahasa mereka.

"Jangan bohong, anak muda," salah satu dari mereka mengancam, mendekat dengan pisau kecil di tangannya. "Serahkan semua yang kau punya, atau..."

Sebelum pria itu bisa menyelesaikan kalimatnya, suara nyaring dari dentingan logam terdengar. Rai melihat seorang ksatria wanita dengan baju zirah mengkilap melompat dari atap bangunan terdekat dan mendarat di antara dia dan para penyerangnya.

"Berhenti! Jika kalian berani menyentuh anak ini, kalian harus berurusan denganku!" katanya tegas, menghunus pedangnya yang besar.

Para penjahat itu terkejut dan langsung mundur. "Ini bukan urusanmu, ksatria!" salah satu dari mereka berteriak, namun suara ketakutan terdengar jelas.

"Ini adalah wilayah patroli ku, dan melindungi yang lemah adalah tugasku," balas sang ksatria dengan tegas. Dengan gerakan cepat dan terampil, dia menghalau para penjahat itu, memaksa mereka melarikan diri.

Rai berdiri terpaku, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ksatria wanita itu berbalik menghadapnya dan memasukkan pedangnya kembali ke sarung.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanyanya lembut.

Rai hanya bisa mengangguk, masih terguncang. "Terima kasih... Siapa Anda?" tanyanya dalam bahasa yang baru saja ia sadari bisa ia ucapkan.

"Saya adalah Sirena, ksatria penjaga kota ini," jawabnya sambil tersenyum. "Kau terlihat sangat kebingungan. Apa yang membawamu ke sini?"

"Dari tampilan mu.., Sepertinya kamu bukan orang dari negara ini hmm."

Rai merasa ragu-ragu sejenak. Dia tahu bahwa mengatakan yang sebenarnya akan membuatnya terdengar gila, jadi dia memutuskan untuk menyembunyikan identitas aslinya. "Saya... saya hanya tersesat," katanya pelan, mencoba terdengar meyakinkan. "Saya berasal dari negara yang jauh berada di ujung timur, dan tiba-tiba saja saya tidak tahu bagaimana bisa sampai di sini."

Sirena mendengarkan dengan seksama, matanya menyiratkan rasa ingin tahu dan simpati. "Sepertinya kau memang mengalami sesuatu yang luar biasa," kata Sirena setelah Rai selesai bercerita. "Mari kita pergi ke markas. Mungkin kita bisa menemukan cara untuk membantumu."

Rai merasa lega mendengar tawaran bantuan itu. Dengan mengikuti Sirena, dia berharap bisa menemukan jawaban atas misteri yang membawanya ke dunia asing ini. Dan mungkin, dengan bantuan ksatria wanita yang berani ini, dia bisa menemukan jalan pulang. Tapi untuk saat ini, dia harus menyembunyikan identitas aslinya dan mencari tahu lebih banyak tentang dunia baru yang aneh ini.

Perjalanan Di ujung dunia, apakah ini sebuah perjalan terakhir?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang