Prolog: Terperangkap di Dunia Ajaib

7 0 0
                                    

Langit senja memayungi kota kecil itu dengan semburat warna oranye dan merah muda. Di sudut jalan yang sepi, seorang anak laki-laki bernama Rai berjalan sambil mengulum permen karet. Dia melemparkan bungkus permen itu ke trotoar tanpa berpikir dua kali.

"Tidak ada yang peduli," gumamnya pelan, seolah mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa tindakannya tak akan menimbulkan masalah.

Namun, sesaat setelah bungkus permen itu menyentuh tanah, sesuatu yang aneh terjadi. Udara di sekitar Rai bergetar, dan bumi di bawah kakinya terasa bergeser. Sebelum dia sempat menyadari apa yang sedang terjadi, tubuhnya terasa ringan, seakan-akan dia melayang.

Kilatan cahaya biru yang menyilaukan muncul di sekelilingnya, memaksa Rai menutup mata. Ketika dia membuka mata kembali, dia mendapati dirinya berdiri di tengah kota yang asing. Bangunan-bangunan di sekitarnya terlihat aneh dan megah, dengan menara tinggi menjulang ke langit dan jalanan dipenuhi dengan orang-orang yang berpakaian aneh.

"Di mana aku?" bisik Rai, suara kebingungannya menggema di telinganya sendiri.

Orang-orang yang berlalu-lalang menatapnya dengan pandangan heran. Sebuah gerobak yang ditarik oleh makhluk menyerupai kuda dengan tanduk di kepalanya berlalu di depannya. Angin membawa harum aroma makanan yang tak pernah dia cium sebelumnya, sementara suara riuh rendah dalam bahasa yang tak dia kenal memenuhi udara.

Dengan hati yang berdebar, Rai menyadari bahwa dia telah terjebak di dunia yang sangat berbeda dari tempat asalnya. Dia memegang kepalanya yang berputar-putar, mencoba memahami situasi yang aneh ini. Bagaimana bisa selembar bungkus permen membawa dia ke sini? Dan yang lebih penting, bagaimana caranya dia bisa kembali?

Di tengah kebingungan dan rasa takutnya, Rai tahu satu hal: petualangan yang tak terduga baru saja dimulai.


Perjalanan Di ujung dunia, apakah ini sebuah perjalan terakhir?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang