Prolog

87 15 87
                                    

"Enam puluh sembilan wedding rules yang haram diganggu gugat!" tegas Oceana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Enam puluh sembilan wedding rules yang haram diganggu gugat!" tegas Oceana.

Jari-jari lentiknya menyodorkan tumpukan kertas yang sudah Oceana ketik rapi kepada lelaki di depannya.

"Itu yang semalam kita tulis bergantian dan sepakati bersama. Silakan di tanda tangani. Se.ka.rang!"

Dahi Airlangga mengernyit dalam. Tangan besar lelaki itu menyambar pemberian istri kecilnya.

Diingatkan perihal semalam, lelaki itu bahkan setengah sadar ketika Oceana tiba- tiba mengajak diskusi. Padahal itu sudah hampir tengah malam dan Airlangga baru saja pulang dari praktek klinik gigi pribadi setelah seharian bekerja.

Namun,Oceana sama sekali tak peduli dan tetap memaksa Airlangga untuk membahas tentang pernikahan mereka.

Menurut sang istri, suami barunya itu terlalu sibuk.

"Tanda tangani, Dok!'' desak Oceana. "Kalau banyak nanti-nanti malah lupa."

Sebenarnya Oceana hanya takut kalau Airlangga menyadari beberapa kekeliruan yang sangat menguntungkan wanita itu.

"Saya baca sebentar, kali aja kamu curang," sinis Airlangga.

Dituduh begitu, Oceana mendelik geram. "Enak aja! Saya ini orangnya jurdil, Dok!"

"Apa? Kerdil?" balas Airlangga sengaja. "Memang. Badan minimalis gitu."

Bibir Oceana memberengut sebal.

"JURDIL!" teriak Oceana murka. "Jujur dan Adil! Lagian ada dokumentasi videonya, kok. Semua obrolan kita semalam terdengar jelas di sana."

"Kamu sampai nge-record?!" kaget Airlangga.

Ocena mengangguk pasti sebagai jawaban.

"Jadi— yang—" Airlangga tak mampu melanjutkan kata berikutnya kala teringat dengan peristiwa kecil sebelum mereka sempat menjadi canggung sejak tadi pagi.

Kesalahan yang nikmat, pikir Airlangga.

Dehaman kikuk Ocena mengudara. "Ishh! Jangan bahas itu lagi, deh! Mesum!"

Sepakat, Airlangga mengalihkan fokus dari wajah cantik sang istri pada lembaran kertas di tangannya.

"Ini kenapa peraturannya harus berjumlah 69?"

"Ya kenapa? Semalam Dokter gak ada protes dan setuju aja, tuh."

"Ambigu, Oce! Saya 'kan juga belum tanda tangan," ucap Airlangga. "Ganti. Genapkan jadi 70!"

Namun namanya juga Carabelli Oceana, mana mau dia mengalah dengan mudah.

"Gak mau! Saya suka angka 69, Dok! Ambigu dari mana, sih?! Pikiran Dokter aja tuh yang ngeres!"

"Saya bilang ganti, Oceana!"

"No! Nehi!" tolak Oce. "Dokter udah setuju. Itu ada bukti videonya!"

Airlangga menghela napas panjang.

Lelaki tampan berkulit sawo matang itu menatap lekat ke arah Oceana yang tampak salah tingkah.

Wanita itu sangat hate to love dengan sorot elang dari obsidian legam lelaki yang belum genap sebulan ia nikahi tersebut.

Airlangga tampan, sangat!

Tapi sayang saja tertutup banyak hal yang membuat pesonanya menjadi minus di mata Oceana.

"Oceana ... masih batu juga?"

"Ya bodo," cuek Oceana. "Memang Dokter bisa apa? Saya punya bukti konkrit, lho!"

Seringai Airlangga perlahan terukir. "Fine. Kalau kamu tetap berkeras ... kita wujudkan 69 kamu malam ini."

"Hah?! Apa?!"

Ocena masih dalam proses mencerna omongan Airlangga, ketika lelaki tinggi tegap itu tiba-tiba sudah menggendongnya ala karung beras.

"Lho?! Dooook! Ini mau ngapain, heh! Turunin saya!"

Tubuh kecil Oceana berontak heboh, tapi tentu saja tak berpengaruh apapun pada Airlangga yang tersenyum puas.

"Diam. Nanti kamu jatuh."

Sebuah tepukan singkat mendarat pada bokong sintal Oceana. 

Wanita itu melotot. "Pelecehaaaaaaan! Papiiiiiiii!"

"Berisik, Ce. Ini hukuman, bukan pelecahan," kekeh Airlangga.

Tangan lancang Oceana lantas menjambak sadis rambut legam Airlangga yang masih santai.

"Turunin, gak?!"

"ngat rules nomor sepuluh. Diperbolehkan menghukum dengan cara yang dikehendaki bersama," lontar Ailangga. "Saya rasa kamu setuju untuk hal ini. Buktinya semalam kita—"

"Ssssst! Mana ada!" potong Oceana panik. "Dilarang kontak fisik, Doooook! Rules nomor sebelas!

"Rules nomor dua belas. Nomor sebelas tidak berlaku!"

.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A Bite of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang