Bai Shihan baru selesai merapikan tatanan etalase serta menambah beberapa gantungan kemeja baru pada stand hanger. Tuan Li, si pemilik toko sudah tiba lebih dahulu dan kerap duduk di ruang pribadinya. Lima tahun dia bekerja dengan pria tua ini, selama itu pula Tuan Li selalu berperilaku baik kepadanya.
"Permisi.""Selamat datang, Nona."
Senyum manis Bai Shihan menyambut seorang pelanggan asing nan elok rupawan. Pasalnya pengunjung toko Tuan Li didominasi oleh pembeli tetap, sehingga Bai Shihan dapat menghafal satu-persatu wajah mereka. Jika pun tidak, maka yang mampir belum pernah berpenampilan segitu mencolok seperti gaun sutra mahal serta Stiletto keluaran sebuah brand ternama. Bai Shihan bisa memastikannya hanya dengan melihat dari jauh.
"Dari dalam toko ini memang menarik, ya. Pantas saja temanku merekomendasikannya padaku. Sekilas saja aku merasa barang-barang di sini cukup bagus."
"Toko kami menyediakan barang-barang premium, Nona. Saya bisa menjamin bahannya berkualitas dengan jahitan yang rapi. Sekarang merek-merek lokal lebih berani bersaing di pasaran."
Si pengunjung mengangguk seiring tungkai jenjangnya berayun elegan menghampiri lemari etalase untuk sekadar melihat-lihat. "Aku mencari setelan jas wanita. Kalian juga menyediakannya 'kan?"
"Mari saya tunjukkan. Nona ingin yang seperti apa?"
"Aku suka setelan dengan celana, dan bukan warna cerah."
"Ah, sebentar saya ambilkan." Bai Shihan beranjak dari kursinya, melewati si pengunjung menuju etalase di bagian depan. Bahkan si pengunjung tampak sedikit kaget karena tidak menyadari adanya etalase di situ.
"Salahku tidak benar-benar mengamati."
"Tidak apa-apa, Nona. Apalagi Anda pembeli baru. Wajar belum mengenali tata letak di sini." Bai Shihan mendekati si perempuan cantik sambil membawa dua macam setelan berbeda model dan warna. "Wajah Anda seperti penyanyi, cantik sekali dari dekat begini."
"Terima kasih. Boleh aku lihat?"
"Tentu saja, Nona."
"Namaku Yan Rui. Panggil Rui saja karena kupikir usia kita tidak terpaut jauh."
"Bagaimana Anda tahu?"
"Tebakan. Aku memperhitungkannya dari wajahmu, kamu tidak tua, tetapi bukan remaja juga."
"Aku sudah menikah."
"Wah, kita sama. Kuharap pernikahanmu langgeng, ya."
"Itu harus, aku bahagia dengan pernikahanku. Silakan dilihat! Jika belum pas, aku masih punya pilihan lain yang tak kalah bagus dari ini." Entah percakapan random tadi adalah benar, Bai Shihan sedikit merasa heran dan canggung atas topik yang dibincangkan. Oleh sebab itu dia mengalihkannya secara halus."
KAMU SEDANG MEMBACA
It Remains The Past
RomanceBeberapa orang menempatkan masa lalu sebagai memori yang tersimpan. Tak sedikit memutuskan untuk menyingkirkannya dari masa sekarang. Entah itu disebabkan duka maupun luka. Huang Jimin pernah merasakan indahnya jatuh cinta, rela mengorbankan bagian...