3.PANTAI

579 30 0
                                    


Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 sore, kini waktunya bagi keluarga kecil witama itu bermain air di pantai.

"bun pantainya banyak kerangnya" ucap Al saat melihat banyak cangkang kerang di pasir pantai.

"iya, Al mau ngutip cangkang kerangnya?"

"buat apa bun?" Al bertanya dengan keheranan.

"buat kenang-kenangan, dulu pas bunda masih kecil kakek sama nenek pernah bawa bunda ke pantai terus kami kutip cangkang kerang, eh sama nenek di jadikan kalung" Livi mengenang masa lalu bersama ke dua orang tuanya.

"oh ya bun? Oke Al mau kutipin cangkang kerangnya dulu, nanti bunda yang bikinn kalungnya ya?" pinta Al.

"oke anak bunda"

Al mulai membawa ember kecil di tangan nya ke sana- ke mari, mengutip cangkang kerang yang ada di pasir pantai sedangkan livi dan jay hanya memperhatikannya.

" Dia terlihat sangat bersemangat" ucap Livi pada Jay, Jay tak merespon.

"Selama ini aku tak pernah menciptakan momen indah bersamanya dan selalu sibuk bekerja, paling aku hanya membacakan dongeng untuknya pada malam hari, aku sedih melihatnya tak bisa tumbuh seperti anak pada umumnya karena kita yang terlalu sibuk. Maka dari itu aku memutuskan untuk membuat kenangan indah dengannya" Livi menjelaskan itu dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Livi sungguh sedih membayangkan betapa sepinya Al dirumah hanya di temani maid dan bodyguard, sakitnya Al ketika di abaikan oleh daddynya sendiri dan rindunya Al pada sosok bundanya yang sangat sibuk membuat bundanya jarang ada untuknya.

" Maafkan aku" ucap Jay, sungguh ia merasa menyesal melakukan hal itu bagi istri dan anaknya.

ia mengabaikan mereka sebagai bentuk berontak dan tak terimanya atas keadaan ini namun ia tak sadar hal itu malah melukai mereka.

"Mas sebenarnya ada yang ingin kubicarakan dengan mu" Nada yang keluar dari mulut Livi terdengar sangat serius, Jay sendiri merasa gugup dengan itu.

"apa?"

"Bagaimana jika kita selesaikan saja hubungan ini, lagipula tak ada alasan lagi untuk kita terus bertahan, kau tak menginginkan aku begitu juga dengan Al. Mari bercerai Mas." ucap
Livi.

"apa maksud mu?" Jay tak suka mendengar ucapan livi itu, ada gejolak rasa marah dan panas dari hatinya sampai ke otaknya.

"aku tahu kau pasti paham mas, aku lelah, aku tak bisa terus-terusan terjerat dalam hubungan ini, kau juga tak ingin bersama ku bukan? Mari bercerai mas"

Livi mengucapkan itu penuh sesak di dada, ia tak tahu perasaan apa ini yang jelas itu membuatnya menangis.

"itu tidak akan pernah terjadi, kita akan tetap bersama" ucap Jay.

"lagipula siapa yang mengatakan bahwa aku tak menginginkan kalian? Aku menginginkan kalian" lanjut Jay.

"sikapmu- sikapmu yang mengatakan kau tak menginginkan kami mas! Kau mengabaikanku saat kita menikah, kau mengabaikan anakku. KAU YANG TAK PERNAH PEDULI PADA KAMI MENGATAKANNYA MAS!!" bentak Livi.

"Maafkan aku, kumohon maafkan aku. Aku melakukan itu karena aku yang tak terbiasa akan hal ini. Ini semua terlalu tiba-tiba bagiku. Aku takut." Jay memohon kepada Livi.

sungguh ia tak mau di pisahkan dengan mereka, ia menyesal.

"Maaf? Semudah itu kau mengatakan maaf mas? Setelah yang kau lakukan pada kami secara bertahun-tahun?" Livi menangis histeris.

Jay memeluk Livi dan menenangkannya dalam pelukannya. Menggumamkan kata maaf tanpa henti, interaksi mereka di perhatikan oleh Al dan bodyguardnya.

"om bunda kenapa nangis? Daddy jahat ya? Ayo om kita datangi bunda, cepat om kita selamatkan bunda" ucap Al pada bodyguardnya.

"tidak tuan nyonya tidak apa-apa." jelas om Bodyguard.

"om bohong bunda nangis, Al mau nyelamatin bunda" Al berlari ke arah bunda dan daddynya.

"Daddy jahat lepasin bundanya Al!" tegas Al dengan membuat muka semenyeramkan mungkin.

Livi dan jay melihat ke arah Al dengan tatapan bingung.
"Bunda tenang aja , biar Al yang lindungin bunda dari orang jahat ini." ucap Al mulai berlari ke arah Jay dan terus memukul Jay.

jay yang mendapat pukulan dari sang anak tentu saja menghindar sehingga terjadilah aksi kejar-kejaran di pantai yang luas itu.

Mereka ber larian dengan penuh tawa, Tak lam kemudian mereka kembali dengan raut lelah.

"Daddy capek Al kita duduk dulu" ucap Jay lalu berbaring di paha istrinya.

" eh, Daddy jahat itu bundanya Al. Jauh-jauh sana" al mencoba menyingkirkan sang Daddy dengan susah payah.

" ini istri Daddy" enteng Jay.

" Bunda...! Huaaa" pecah sudah tangisan Al.

"putra bunda kok sih, sini bunda peluk minggir dulu mas" ucap livi.

"ck, kamu ini ganggu saja" disambut ejekan oleh Al.

"anak bunda haus mau mimi?" ucap livi pada Al dan di angguki oleh Al.

berbeda dengan al, Jay melototkan matanya mendengar ucapan Livi.
"heh kamu mau menyusui Al di tempat terbuka seperti ini? Bagaimana kalau dilihat orang?" ucap Jay.

"bukan mas, susunya Al sudah saya pumping" dan diangguki oleh Jay.

Al tidur dalam pangkuan livi sambil meminum susunya, seorang Bodyguard datang dan membawa ember milik Al yang sudah terisi dengan cangkang kerang.

"tuan, nyonya. Ini kerang milik tuan"
"ya, terimakasih. Pergilah makan dahulu. Al masih tidur" ucap Livi.

"baik nyonya" Bodyguard pun pergi dari sana.

Tinggallah jay livi dan al yang sudah tidur dipantai itu, suasana menjadi hening dan sepi hanya terdengar dentuman ombak yang menhantam pesisir.

"kumohon livi, berikan aku kesempatan, aku ingin membangun kembali rumah tangga kita yang hancur oleh ke egoisan ku. Maafkan aku" Jay memohan pada Livi.

"baik mas akan kuberi satu kali kesempatan untukmu lagi" ucap Livi.

Mereka berpelukan di tepi pantai dengan hembusan pesisir yang mengiringi.

Between Time And Him (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang