Chapter 3

217 22 2
                                    

Happy Reading
Boboiboy Gempa✧

"Kau pantas untuk mati!"

"Jika aku mati,
kau pun harus mati juga kak."

Setelah kejadian yang menimpa Halilintar, ia pun dibawa ke rumah sakit. Dan yang paling khawatir dengan keadaannya adalah, tentu saja Gempa.

Perdebatan adalah hal yang wajar, semua orang pasti memiliki pendapat yang berbeda dari orang lain.
Meski begitu, perdebatan tidak harus dilakukan dengan cara perkelahian, tapi justru dengan kepala dingin,

akan tetapi jika keduanya sedang emosional, maka terjadilah pembunuhan.

"Ice uruskan misi, aku ingin menemui kak Gempa"

"Oke sip, aku uruskan"

Blaze menemui Gempa yang hanya terdiam di kamarnya, tidak melakukan apapun, wajah nya begitu pucat dan khawatir.

"Untuk apa kau seperti ini kak?"

"Cukup tinggalkan aku sendiri"

Aura hitam Gempa seketika muncul membuat Blaze hanya pasrah meninggalkan dirinya sendirian di kamarnya, mungkin untuk menenangkan diri.

Terlihat Duri sedang diam di meja makan, hanya menatap kosong pada tudung saji, berharap makanan turun dari langit.

"Thorn, ngapain?" Tanya blaze kepada Duri sehingga dia menatap kearahnya

"Nungguin makanan turun dari langit" ucapnya begitu polos

"Turun dari langit ya? Baiklah"

"Emang kenapa?"

"Nanti turun kok, tunggu aja"

Duri pun semakin bersemangat untuk menunggu makanannya, Blaze pun meninggalkan adiknya yang terlalu polos itu, dengan tujuan untuk menemui Taufan.

Tapi, wajah Taufan berbeda jauh dengan wajah Gempa, wajahnya penuh dengan kegembiraan, seolah-olah tak terjadi apapun.

"Kak fan, bagaimana tentang misi?"

"Hm, ayolah jangan terlalu fokus pada misi."

"Tapi, kak Hali sudah mengatakan bahwa kita harus mengurusinya"

"Dia sedang berada di rumah sakit, dia lemah, aze"

"Apa maksud mu kak? Kak Hali tertusuk pisau, lalu kau bilang dia lemah?"

"Lemah! Dia lemah!"

Apa yang harus dilakukan oleh Blaze?
tentu saja meninggalkan Taufan.

"APA MAKSUD DIRIMU KAK!? Kak Hali lemah?"

Gempa berteriak setelah tak sengaja mendengar pembicaraan Taufan dan Blaze.

"Akhirnya kau datang, kenapa? Bukankah dia itu memang lemah?"

Bau tak sedap muncul di mulut Taufan, bau apa? Minuman pastinya.

"Kak? Kau mabuk?"

"Lalu kenapa jika aku mabuk? Kau Ingin memukul ku?"

Ucap Taufan seraya memegang kerah baju Gempa.

"Sadar kak! aku lelah, Kak Hali sedang di rumah sakit, lalu kau? Apa semua ini? Kenapa kau mabuk?"

Tatapan tajam terlihat di mata Taufan seperti mata kebencian, tapi Gempa tetap berusaha menyadarkan sang kakak, walau Taufan sedang hilang kendali.

"Apa peduli mu? Bukankah kau seorang pemimpin tapi... Seperti sampah! Tak berguna!"

Ucapan Taufan membuat Gempa... Sakit hati? Sudah biasa, tapi apa yang dimaksud 'sampah tak berguna' apakah pantas seorang kakak yang memanggil adiknya 'sampah' ?

"Kau pantas untuk mati!"

"Jika aku mati, kau juga harus mati kak!"

✿ ✿ ✿

Duri yang tak sengaja melihat kedua kakaknya sedang berhadapan dengan mata yang tajam, dia pun menghampirinya.

"Kak! Apa yang sedang kalian lakukan! Jangan ada tumpah darah di keluarga ini! Aku mohon!"

Teriak Duri menyadarkan ingatan Taufan, pada akhirnya mereka tidak jadi untuk berkelahi. Tapi Gempa hanya kembali ke kamar dengan tatapan yang kosong.

"Kau seperti sampah! Tak berguna"

Gempa berusaha menutup telinganya, berharap kalimat itu hilang dari pikiran nya.

"Mati saja kau! Kau sampah! Kau tak berguna!"

Usaha Gempa hanya sia-sia, kalimat itu terus ada dalam pikiran nya, tangan Gempa berada di posisi hati, untuk apa? Hatinya sakit, ia masih berusaha untuk tidak menangis dengan cara memeluk dirinya sendiri.

TBC

Maaf sekali aku tidak mempublikasikan bab ini pas hari sabtu, sebab ada kendala sedikit.

Dan, yapp! Hari ini aku publikasi bab ini dan semoga kalian sabar untuk menunggu bab selanjutnya.
Jangan lupa untuk vote, follow, and coment.

Terimakasih (⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)

Sacrifice as a leader || BoBoiBoy GempaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang