Saat malam beranjak menuju fajar, warna-warna lembut mulai menghiasi langit. Merah, oranye, dan kuning menyatu, menandakan bahwa hari baru telah dimulai. Mentari hadir dari ufuk timur membawa sinar untuk bumi. Dara berusia 22 tahun itu telah bangun dari tidurnya, bahkan dirinya telah rampung membersihkan diri. Merasa tidak ada yang dilakukan di kamar, Rain memilih untuk keluar. Aroma petrichor khas akibat hujan semalam terhidu pagi ini. Rain bermaksud kembali ke cottage yang ia sewa sesegera mungkin karena merasa tak enak dengan para tuan rumah. Namun naasnya ponsel miliknya kehabisan daya sejak semalam dan Rain tidak membawa chargernya.
Rumah besar bernuansa tradisional ini tampak sepi dan keadaan terasa sangat hening. Mungkin para tuan rumah masih tidur, pikir Rain. Namun seseorang menepuk bahunya. Rain berjengit sedikit kaget. Rupanya itu adalah Renjun.
"Mencari apa?" tanya Renjun.
"Tuan rumah"
"Ada apa?" Tanya Renjun karena laki-laki itu merasa dirinya juga termasuk tuan rumah yang Rain maksud.
"Hanya ingin berpamitan untuk kembali ke Cottage"
"Ini masih pukul 05.00. Jarang ada orang yang bangun sepagi ini"
"Lalu kamu sendiri?"
"Tidak bisa tidur. Mau teh?" ucap Renjun.
"Tidak terima kasih"
"waipo dan waigong akan bangun sekitar pukul enam atau tujuh"
"Ah begitu... aku akan menunggu. Tidak enak kalau tidak berpamitan dengan semua orang setelah kebaikan yang aku dapatkan" Rain memutuskan untuk menunggu.
"Duduklah, tunggu disini" Renjun mempersilakan Rain untuk duduk di ruang tengah kemudian pergi meninggalkannya ke dapur.
Beberapa saat kemudian Renjun kembali membawa 2 cangkir berisi teh. Laki-laki iru menyajikan cangkirnya ke hadapan Rain.
"Minumlah, kau sudah pernah coba teh rumahan ala china?" tanya Renjun yang dibalas gelengan oleh Rain.
"Sudah berapa kali kamu berkunjung kemari?" Renjun bertanya.
"Ini pertama kalinya aku ke Tiongkok"
"Kamu sendirian pergi kesini?"
"iya. Btw, apakah orang China normally sangat welcome seperti ini?" Rain bertanya dengan sungguh sungguh. Renjun tersenyum manis mendengarnya, senyumannya bahkan bisa melelehkan hati yang beku.
"Tidak juga"
"Omong-omong terima kasih banyak ya. Bajunya nanti aku ganti yang baru" Rain merasa tidak enak karena baju ini meski hanya sweater polos tapi ada logo Ralp Laurent di dadanya.
"Tidak perlu. Berapa lama kamu rencananya berada disini?"
"30 hari, ini hari ke-sepuluh"
"Sisa 20 hari lagi. Memang kamu rencana akan kemana?"
"Tidak tahu juga. Semua yang aku inginkan sudah berhasil kukunjungin dalam 10 hari. Ah... apa kamu ada rekomendari tempat yang wajib dikunjungi sebagai warga lokal?"
"Meski aku warga lokal tapi aku tidak tahu banyak tempat, sejak remaja aku sudah di korea jadi aku kurang tahu tempat yang bagus untuk dikunjungi. Apa perlu aku tanyakan ke mamaku? biasanya Jiaren (Hotel milik keluarga Renjun) memiliki rekomendasi tempat untuk dikunjungi dan menyediakan tur juga kalau tidak salah"
"Well, apa tidak masalah?"
"Santai saja. Anggap saja seperti customer service"
"Terima kasih"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN🌧️ [Huang Renjun X OC]
FanfictionRain, 21 y.o Indonesian girl that fatefully met Huang Renjun k-idol who currently took a hiatus from his group NCT DREAM. The relationship between those two growing on unexpected way and makes both of them developed pure feeling. The pure feeling to...