Chapter 11 : The Light Among Ice

313 70 4
                                    

VOTE!! KALO GAK DI VOTE, GAK AKU LANJUTIN CERITANYA (๑•̀ㅁ•́ฅ)

⊹  ☾  ༝   ♡   ༝  ☽ ⊹

Koridor Istana diterangi oleh cahaya rembulan yang menggantung di tengah gelapnya langit malam. Myron melangkahkan kakinya menuju Taman Istana guna menenangkan pikirannya yang begitu kacau akibat mengingat masa lalu yang melukainya. Bentakan, tuduhan, dan jemari yang menunjuknya seolah memojokkan jiwanya bahwa dialah yang paling bersalah disini, membuat Myron merasa begitu stress. Dalam bayangannya, Holden seolah berpeluh-riuh, merampas yang seharusnya tak dirampas dalam atma penuh kekosongan milik Myron. Oleh karenanya, tatkala kegelapan malam mulai menjemput, Myron merasakan Para Angin pun seakan meneriakkan kegelisahan dengan sensasi guncangan-guncangan yang mampu menghancurkan mentalnya dalam satu waktu.

Selama ini Myron kesulitan untuk terlepas dari jeratan pikirannya sendiri. Terkadang, Myron merasa dirinya merupakan sesosok hantu yang berkelana, kemudian tersesat pada hari-hari yang sebenarnya telah usai. Penyakit pikiran itulah yang menyebabkan dirinya begitu membenci Holden, akibatnya Myron tak dapat mengontrol emosi hatinya ketika membahas mengenai Sang Pangeran Bungsu. Myron menepuk pelan kepalanya beberapa kali untuk mengusir pikiran-pikiran yang membuat kepalanya terasa penuh dan akan meledak. Saat dalam perjalanan, netra hitamnya mendapati Holden yang sedang berjalan sambil memegangi dadanya. Pemuda itu terlihat kesakitan dan mencoba mengambil langkah demi langkah secara perlahan. Myron tersenyum miring melihat kesulitan yang harus diderita Holden karena penyakitnya.

'Lihat? Dia masih hidup, bahkan disaat semesta menyiksanya dengan rasa sakit yang menjerat jantungnya.' Myron membatin.

Sang Putra Mahkota Negeri Lothlōrien itu berinisiatif menghampiri adiknya. Langkah tanpa suara membuat Sang Pangeran Bungsu tak menyadari kehadirannya. Holden terlihat mendudukan dirinya pada lantai sambil bersandar ke dinding untuk mengistirahatkan tubuhnya sesaat. Ia tersentak kaget saat sebuah bayangan menutupi cahaya yang meneranginya, Holden mendongak, memastikan siapa yang berdiri tepat dihadapannya itu. Betapa terkejutnya Ia tatkala mendapati wajah datar milik Myron yang terdapat sedikit bercak darah. Sebuah tetesan cairan merah di atas lantai mengalihkan perhatian Holden. Napas Holden semakin tercekat, dadanya terasa memberat ketika kecemasan mulai menyerangnya.

Holden menyentuh tangan Myron, matanya membola saat mendapati telapak tangan Myron yang sobek dan terdapat serpihan beling-beling kecil yang tersangkut pada lukanya. "Kak Myron? Kau terluka? Apa yang membuatmu terluka? Kau baik-baik saja?" Holden memberondong kakaknya dengan pertanyaan. Ia mencoba bangkit dari posisinya dengan kaki yang sedikit gemetar. Jantungnya tengah kambuh malam ini, Holden berniat untuk mengunjungi Tabib, tetapi tubuhnya terlalu lemas untuk menuju ruangan Tabib Istana.

Myron memandang sedu iris obsidian itu. "Aku terluka karenamu, Holden. Lalu, apa yang Kau lakukan disini? Menunggu ajalmu menjemput?"

Bukannya marah, Holden malah terkekeh renyah. Pangeran Bungsu Lothlōrien itu memang tidak pernah tampak tersinggung atas ucapan-ucapan tajam yang dilayangkan Myron kepadanya. Layaknya ucapan Myron adalah lelucon paling lucu yang Ia dengar. Hal itu membuat Myron semakin marah terhadap dirinya sendiri. Myron membenci sikap rendah hati yang dimiliki Holden. Ia membenci adiknya yang begitu kuat menerima keadaan dan mampu merebut segalanya yang Myron miliki. Tangan Myron mengepal erat selama netra itu memandang binar mata obsidian Holden yang juga menatapnya.

"Tadinya Aku akan mengunjungi Tabib. Jantungku semakin tak nyaman. Apa Kau akan ke ruangan Tabib juga? Kita bisa pergi bersama!" riang Holden.

Tanpa Myron sadari, ada kebahagiaan yang muncul di relung hati Holden kala melihat sosoknya. Holden sangat merindukan Myron. Holden ingin Kakaknya dapat kembali menerima kehadirannya sebagai seorang adik. Namun sayangnya, Myron tak pernah menyadari belenggu kerinduan dalam sorot Holden kepadanya. Myron terlalu menutup mata akibat luka yang didapatkannya. Mata hatinya dibutakan oleh dendam dan kebencian mendalam terhadap Holden yang tak pernah mengetahui apa yang terjadi pada Myron sebelumnya.

CYNEFFIN : LOTHLŌRIEN HIDDEN HISTORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang