Chapter 12 : The Queen's Secret

346 71 0
                                    

Sebuah ruangan megah bernuansa putih dan emas itu diisi oleh semerbak harum bunga Geranium yang diletakkan pada sudut ruangan. Sesosok Ratu tengah terduduk pada kursi, memperhatikan pergerakan dayang-dayangnya yang sedang melayaninya melalui cermin besar dihadapannya. Rambut coklatnya disisir lembut, kukunya yang panjang dibersihkan dari kotoran, wajahnya juga dipoles oleh riasan ringan. Ratu Terrian tak pernah melakukan hal-hal kecil itu sendirian, para dayang-dayang pasti akan membantunya dan tak membiarkan dirinya untuk merias wajahnya sendiri. Sebuah mahkota kecil dengan lambang bunga Magnolia dipasangnya di atas kepala Sang Ratu sebagai sentuhan terakhir.

Enam orang yang menjadi dayang-dayang itu menunduk hormat setelah selesai mempersiapkan penampilan Sang Ratu hari ini. Terrian mengambil secangkir teh yang tersedia kemudian menyesapnya pelan. "Bagaimana keadaan Pangeran Holden? Aku dengar, Ia meminta Para Pelayan mempersiapkan kamar baru untuknya. Apakah ada masalah?" Terrian membuka suara ketika seorang pria tua melangkah mendekatinya.

Pria itu, Nigel menunduk hormat kepada Sang Ratu sambil menyentuh dada kirinya. "Pangeran Holden mengatakan, bahwa dirinya telah bosan dengan kamar lamanya, dirinya meminta kamarnya memiliki pemandangan Samudera Thalassa. Pangeran Holden menginginkan suasana baru, Yang Mulia. Dan kami telah menyiapkan ruangan baru yang menghadap langsung pada Samudera Thalassa, sebagaimana permintaan Pangeran Holden." Nigel menjelaskan alasan Holden saat meminta kamar baru.

"Begitu rupanya. Dia pasti menginginkan kamarnya lebih dekat dengan perpustakaan. Dengan begitu, Ia tak perlu menghabiskan tenaganya untuk menuju tempat favoritnya." Kekehan pelan lolos dari bibir tipis Terrian, merasa gemas oleh alasan yang diberikan Holden untuk mendapatkan ruang tidur baru. Diletakkannya sebuah cawan dengan gerakan yang anggun sebelum akhirnya Ratu Negeri Lothlōrien itu beranjak dari posisinya. "Aku akan memeriksa keadaannya. Dia pasti kelelahan akibat berkunjung ke pedesaan selama satu hari penuh," lanjutnya.

Terrian melewati Nigel yang masih merunduk hormat kepadanya. Saat baru berjarak dua langkah dari pria tua tersebut, Nigel kembali membuka suara. "Maaf, Yang Mulia Ratu. Sebenarnya Hamba memiliki satu informasi yang ingin disampaikan." Langkah Terrian lantas terhenti untuk mendengar informasi yang dimaksud oleh Nigel. "Pangeran Myron dan Pangeran Holden terlibat dalam perkelahian tadi malam. Kami menemukan empat buah belati dan satu buah pedang milik Pangeran Myron yang tergeletak di koridor utara, begitupun genangan dan tetesan darah yang mengotori lantai. Pangeran Negeri Emrys, Pangeran Jeremy juga terlibat dalam kejadian tersebut, karena tiga buah belati yang tertinggal memiliki corak Matahari. Hingga saat ini, Kami belum mendapatkan kabar mengenai Pangeran Holden dan Pangeran Myron, keduanya sama-sama menutup diri di kamar mereka, begitupun Pangeran Jeremy."

Tangan berkuku panjang itu mengepal, tanpa menjawab lagi, Terrian langsung melangkahkan kakinya untuk menuju kamar anak bungsunya. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan putra bungsunya itu, Holden sedang dalam keadaan fisik yang lemah akibat penyakitnya yang lebih sering kambuh belakangan ini. Pemuda itu bisa pingsan dan kejang kapan saja jika terlalu memaksa dirinya untuk beraktivitas. Terrian takut Holden terluka. Bayangan Terrian tertuju pada kejadian dimana Myron dan Owen sempat berseteru ketika membahas mengenai Holden semalam, hal itu membuat Myron tampak sangat marah. Terrian takut anak sulungnya menumpahkan segala amarahnya kepada Holden.

Setelah menempuh jarak yang cukup jauh dengan langkah tergesa sebab luasnya Istana Lothlōrien, Terrian akhirnya berdiri dihadapan sebuah pintu besar yang merupakan kamar dari anak bungsunya. Diketuknya tersebut cukup keras. Napasnya memburu, memikirkan bagaimana keadaan anaknya setelah bertarung dengan Myron. Dan perlu diingat lagi bahwasanya Nigel mengatakan adanya genangan darah. Terrian sangat cemas hingga hampir saja meneteskan air matanya.

"Holden?! Holden?! Kau di dalam?!!" seru Terrian. Tak ada jawaban dari dalam sana. Ketukan pintu semakin keras sampai-sampai Terrian sendiri merasakan sakit pada tangannya. "Holden?!! Tolong buka pintunya!! Ibu ingin mengatakan sesuatu kepadamu!!" serunya lagi.

CYNEFFIN : LOTHLŌRIEN HIDDEN HISTORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang