MATAHARI pagi menyemburatkan cahayanya di atas kerajaan Yuemeda, menghangatkan tanah dan menyinari jalan setapak yang akan dilalui oleh Elara, Faelan, dan Liora. Di depan gerbang istana, persiapan terakhir tengah dilakukan. Elara menatap istana yang megah itu, meresapi momen sebelum dia dan rombongannya memulai perjalanan penuh bahaya.
Faelan memastikan perlengkapan mereka siap, sementara Liora merapal mantra pelindung terakhir. Raja Aldred mendekati mereka, wajahnya menunjukkan campuran antara kebanggaan dan kekhawatiran.
"Elara, Faelan, Liora," kata Raja Aldred, suaranya penuh emosi. "Kalian membawa harapan seluruh kerajaan. Berhati-hatilah dan kembalilah dengan selamat."
Elara memeluk ayahnya erat-erat. "Aku berjanji, Ayah. Kami akan menemukan Batu Cahaya dan melindungi Yuemeda."
Dengan semangat yang menyala-nyala, mereka bertiga meninggalkan istana, melewati gerbang besar yang terbuka lebar. Jalan setapak yang mereka lalui semakin lama semakin berubah, dari tanah berbatu menjadi hutan lebat yang penuh dengan suara alam. Burung-burung berkicau, angin berdesir di antara pepohonan, dan sinar matahari yang masuk melalui celah-celah daun menciptakan pola-pola indah di tanah.
Mereka berjalan dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri. Elara merasa campuran antara kegembiraan dan ketakutan. Perjalanan ini adalah langkah besar pertama dalam hidupnya, dan dia merasa siap untuk menghadapi segala tantangan.
"Kita harus tetap waspada," kata Faelan, memecah keheningan. "Hutan ini penuh dengan makhluk ajaib, beberapa di antaranya mungkin tidak begitu bersahabat."
Liora mengangguk. "Benar. Tapi kita juga bisa menemukan sekutu di sini. Banyak makhluk di hutan ini yang akan membantu jika mereka tahu kita membawa niat baik."
Mereka terus berjalan, melewati berbagai rintangan alam. Mereka menyeberangi sungai kecil yang airnya jernih, dan mereka terkadang mendaki bukit yang curam. Setiap langkah terasa seperti tantangan baru, tetapi mereka tidak berhenti.
Hari sudah mulai beranjak siang, mereka tiba di sebuah clearing, area terbuka yang dikelilingi oleh pohon-pohon besar. Di tengah-tengah clearing, terdapat sebuah patung batu tua yang tampak seperti penjaga hutan. Patung itu menggambarkan seorang prajurit dengan pedang terhunus, matanya yang terbuat dari batu permata memancarkan kilauan aneh.
Elara mendekati patung itu dengan hati-hati. "Apa ini?" tanyanya.
Liora memeriksa patung itu dengan teliti. "Ini adalah patung penjaga kuno. Dulu, para leluhur kita menempatkan patung-patung seperti ini di seluruh hutan untuk melindungi jalur perjalanan dan memberi petunjuk kepada para penjelajah."
Faelan menyentuh pedang patung itu. "Mungkin ini adalah petunjuk pertama kita. Ada ukiran di sini," tuturnya.
Elara membaca ukiran itu dengan hati-hati nan saksama. "Jangan takut pada kegelapan, karena hanya dalam kegelapanlah cahaya sejati ditemukan."
Liora mengangguk. "Ini adalah pesan untuk kita. Batu Cahaya, Lumina Noctis, hanya bisa ditemukan dengan keberanian dan keteguhan hati. Kita harus terus maju, meskipun jalannya semakin gelap."
Mereka beristirahat sejenak di clearing itu, menikmati bekal yang mereka bawa dari istana. Setelah makan, mereka melanjutkan perjalanan, semakin dalam memasuki hutan.
••••••
Di sisi lain kerajaan, di sebuah menara tinggi yang menghadap ke lembah, Kaelan berdiri dengan tangan bersilang di dada. Mata birunya yang dingin menatap cakrawala, pikirannya penuh dengan rencana yang sudah lama dia susun.
Sejak kecil, Kaelan selalu merasa bahwa tahta Yuemeda adalah haknya. Namun, Raja Aldred yang adil dan bijaksana telah memilih Elara, anak kandungnya, untuk meneruskan tahtanya kelak.
Kaelan tidak pernah bisa menerima itu. Baginya, kekuasaan adalah hak yang harus diperjuangkan, bukan diwariskan begitu saja. Malam sebelumnya, dia telah mengumpulkan sekutu-sekutunya, orang-orang yang tidak pernah puas dengan pemerintahan Aldred. Mereka berjanji setia padanya, bersiap untuk melakukan apa pun demi melihat Kaelan di atas tahta.
"Segera," bisik Kaelan pada dirinya sendiri. "Segera aku akan merebut apa yang seharusnya menjadi milikku."
Pintu menara berderit terbuka, dan seorang pria dengan jubah hitam masuk, membungkuk hormat. "Tuan Kaelan, semua sudah siap. Pasukan bayangan kita menunggu perintah."
Kaelan mengangguk perlahan. "Bagus. Kita akan bergerak saat mereka lemah. Saat Elara dan teman-temannya berada jauh dari istana, itulah waktu yang tepat. Siapkan semua. Kita akan menyerang dalam waktu dekat."
Pria berjubah itu mengangguk dan keluar dengan langkah cepat, meninggalkan Kaelan yang tersenyum dingin. "Waktumu akan segera tiba, Elara," gumamnya. "Dan saat itu, Yuemeda akan berada di bawah kekuasaanku."
•••••
Suasana hutan berubah, menjadi lebih gelap dan misterius. Cabang-cabang pohon menjuntai rendah, menciptakan bayangan aneh di tanah. Malam tiba, Elara, Faelan dan Liora memutuskan untuk berkemah di bawah sebuah pohon besar. Liora membuat lingkaran perlindungan di sekitar kemah mereka, memastikan bahwa mereka aman dari makhluk-makhluk malam yang mungkin berkeliaran.
"Saatnya kita beristirahat," kata Liora. "Besok, perjalanan kita akan semakin sulit."
Elara berbaring di atas selimutnya, menatap bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit. Dia merasa campuran antara rasa takut dan semangat. Di satu sisi, dia khawatir tentang apa yang akan mereka temui di belantara terlarang. Di sisi lain, dia merasa bahwa petualangan ini adalah panggilan hidupnya.
Faelan berdiri berjaga, matanya yang tajam mengawasi sekitar. "Tidurlah dengan tenang, Putri Elara. Aku akan berjaga malam ini."
Elara mengangguk, sedikit tersenyum ke arah Faelan, merasa tenang dengan kehadiran pria itu. "Terima kasih, Faelan."
Dengan pikiran penuh harapan, Elara memejamkan mata, mempersiapkan diri untuk tantangan yang akan datang. Perjalanan mereka baru saja dimulai, tetapi dia merasa yakin bahwa mereka akan menemukan Batu Cahaya dan menghalau kegelapan. Di bawah sinar bintang yang redup, mereka tidur, bermimpi tentang cahaya yang akan mereka temukan di tengah kegelapan.
••••
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lumina Noctis
FantasyDi kerajaan Yuemeda yang megah, Putri Elara menemukan taman rahasia yang tersembunyi, di mana ia bertemu Faelan, seorang penjaga elf misterius. Di balik keindahan taman itu terdapat portal ke belantara terlarang yang penuh makhluk ajaib dan ancaman...