GUA BESAR itu dipenuhi dengan cahaya kristal yang memantulkan warna-warna indah ke seluruh ruangan. Di tengah gua, makhluk besar dengan kulit bersisik berwarna perak bergerak perlahan, matanya yang menyala-nyala menatap Elara dan Faelan dengan penuh perhatian. Suara gemuruh yang dikeluarkannya menciptakan getaran di lantai gua, membuat Elara merasakan debaran kuat di dadanya.
Faelan berdiri di samping Elara, tubuhnya tegang dan siap siaga. "Ini adalah Draco, naga penjaga belantara terlarang," bisiknya. "Dia biasanya damai, tetapi jika merasa terancam, dia bisa sangat berbahaya."
Elara mengangguk, menatap makhluk raksasa itu dengan campuran rasa kagum dan takut. Draco mengeluarkan suara gemuruh lain, lebih lembut, seolah mencoba berkomunikasi. Faelan melangkah maju, menunjukkan bahwa mereka datang dengan niat baik.
"Draco, kami datang untuk mencari tahu tentang ancaman yang mendekati dunia kami," kata Faelan dengan suara tenang dan penuh hormat. "Bisakah kau memberi kami petunjuk?"
Draco menundukkan kepalanya, matanya yang besar memancarkan cahaya redup. "Saat kalian berani masuk ke wilayahku, aku merasakan hal aneh yang mengikuti kalian," suaranya dalam dan bergema di seluruh gua. "Aku merasakan kehadiran kegelapan yang semakin kuat di belantara terlarang ini. Makhluk-makhluk dari dunia lain mulai mencari celah untuk menerobos ke dunia kalian."
Elara merasa getaran ketakutan di dalam dirinya. "Apa yang harus kita lakukan untuk menghentikan mereka?" tanyanya dengan suara bergetar penuh harap.
Draco menatap Elara dengan tajam. "Kalian harus menemukan Batu Cahaya, artefak kuno yang tersembunyi di belantara terlarang. Hanya dengan kekuatan Batu Cahaya, kalian bisa menutup portal dan menghalau kegelapan kembali ke tempat asalnya," katanya.
Faelan mengangguk. "Terima kasih untuk informasinya, Draco. Kami akan mencari Batu Cahaya itu. Terima kasih juga atas peringatanmu."
Draco mengangguk pelan, lalu berbalik, tubuh besarnya bergerak perlahan menuju bagian lain dari gua. "Berhati-hatilah, makhluk-makhluk kegelapan tidak akan tinggal diam. Mereka akan melakukan segalanya untuk menghentikan kalian." Dia kembali berbicara.
Elara merasakan beban tanggung jawab yang besar di pundaknya. Merasa berat, tetapi, mau tidak mau dirinya harus mengemban tanggung jawab itu. "Kami akan melakukannya," ucapnya dengan tekad yang kuat.
"Baiklah kalau gitu. Kami pamit dulu, Draco. Sekali lagi, terima kasih untuk informasinya," ucap Faelan.
Makhluk besar itu hanya mengangguk sebagai respons terakhir. Setelahnya, dia mengepakkan sayap besarnya, lantas melesat pergi.
Dengan langkah mantap, Elara dan Faelan keluar dari gua, kembali menyusuri lorong gelap yang membawa mereka ke taman rahasia. Matahari mulai terbenam, menciptakan suasana yang tenang namun penuh ketegangan. Elara merasa seperti memasuki dunia baru, dunia yang penuh dengan bahaya dan tantangan yang belum pernah dia bayangkan.
Saat mereka kembali ke istana, Elara merasa, perlu untuk segera memberitahu ayahnya, Raja Aldred, tentang ancaman yang mendekat.
"Aku harus memberitahu informasi ini kepada Ayah, Faelan. Dia berhak tahu mengenai informasi ini," kata Elara.
Faelan menghentikan langkahnya, menatap Elara dengan penuh keyakinan. "Benar yang Anda katakan, Putri. Yang Mulia Raja berhak tahu mengenai informasi ini."
"Baiklah kalau begitu. Kita harus menemui Ayah segera."
"Kita?" Faelan tidak mengerti.
Elara mendengus kasar. "Iya, kita. Kau dan aku."
"Tapi, kenapa aku harus ikut? Kenapa tidak Tuan Putri saja yang memberitahu Raja tentang informasi ini?"
"Kalau aku sendiri yang memberitahu informasi ini ke Ayah, dia tidak akan percaya dengan ucapanku. Lagi pula, aku mengetahui ada portal di istana juga karena dirimu. Jadi, kau harus ikut denganku untuk menemui Ayah."
"Tapi--"
"Ah, sudahlah! Kau harus ikut denganku sekarang juga! Kita harus segera menemui Ayah." Elara dengan cepat menggandeng tangan Faelan dan membawanya pergi untuk menemui Raja Aldred.
Mereka berjalan cepat melewati taman istana yang kini terasa lebih dingin dan sunyi. Ketika mereka tiba di aula utama, Raja Aldred sedang duduk di atas tahta, berbicara dengan beberapa penasihatnya.
"Ayah, kami perlu bicara," kata Elara dengan suara mendesak. Raja Aldred menoleh, wajahnya berubah menjadi cemas melihat ekspresi serius putrinya.
"Ada apa, Elara?" tanyanya, menghentikan pembicaraannya dengan para penasihat.
Elara mengambil napas dalam-dalam dan mulai menjelaskan apa yang telah mereka temukan. "Aku menemukan taman rahasia dan bertemu dengan penjaga taman bernama Faelan. Aku juga menemukan portal ke belantara terlarang dan bertemu dengan Draco, naga penjaga. Dia memperingatkan aku dan Faelan tentang ancaman kegelapan yang akan menerobos ke dunia kita."
Raja Aldred mendengarkan dengan saksama, wajahnya semakin serius. "Apa yang harus kita lakukan?" tanyanya.
"Kita harus mencari Batu Cahaya, artefak kuno yang bisa menutup portal dan menghalau kegelapan, Yang Mulia," jawab Faelan. "Kami memerlukan bantuan Yang Mulia untuk mempersiapkan perjalanan ke belantara terlarang untuk melindungi kerajaan, sementara kami pergi."
Raja Aldred mengangguk, matanya menunjukkan tekad yang sama dengan putrinya. "Aku akan mempersiapkan segalanya. Elara, kau harus berhati-hati. Dunia di luar sana penuh dengan bahaya. Kau tidak boleh terlupa sedikitpun. Aku tidak mau kau kenapa-napa."
Elara tersenyum tipis, merasa kekuatan dan dukungan dari ayahnya. "Aku bisa jaga diri, Ayah. Kita yakin. Kita bisa melindungi Yuemedia dari ancaman dunia luar."
Dengan persiapan yang dimulai, Elara dan Faelan merasa lebih siap untuk menghadapi perjalanan mereka yang penuh tantangan. Di tengah kegelapan yang semakin mendekat, harapan dan keberanian mereka menjadi satu-satunya cahaya yang menerangi jalan di depan.
•••••
Sementara itu, di sudut terpencil kerajaan, seorang wanita setengah-elf dengan rambut panjang berwarna ungu, berdiri di dalam sebuah pondok yang penuh dengan ramuan dan buku-buku sihir. Liora, penyihir half-elf yang bijaksana, sedang merapal mantra di hadapan cermin besar. Cermin itu memancarkan kilauan cahaya, memperlihatkan bayangan Elara dan Faelan di dalam gua.
Liora mengerutkan kening, merasa bahwa keseimbangan dunia mereka sedang terganggu. "Portal itu terbuka kembali," gumamnya. "Aku harus membantu mereka sebelum terlambat."
Dengan cepat, Liora mengumpulkan ramuan dan peralatan sihirnya, bersiap untuk melakukan perjalanan ke istana. Dia tahu bahwa Elara dan Faelan membutuhkan bantuannya untuk menghadapi kegelapan yang mendekat.
Dalam perjalanan menuju istana, Liora merenung tentang pentingnya Batu Cahaya. "Lumina Noctis," bisiknya, mengingat cerita kuno yang dia pelajari sejak kecil. "Cahaya dalam Kegelapan. Hanya dengan kekuatanmu, kita bisa melindungi dunia kita dari kehancuran."
Saat dia tiba di istana, Liora disambut oleh penjaga yang segera mengenalinya sebagai penyihir kerajaan. Dia dibawa ke aula utama, di mana Elara, Faelan, dan Raja Aldred sedang berdiskusi.
"Liora, kau datang tepat pada waktunya," kata Raja Aldred dengan nada lega. "Kami butuh bantuanmu."
Liora mengangguk. "Aku sudah mendengar tentang ancaman itu, Yang Mulia Raja. Kita harus segera bergerak. Batu Cahaya, Lumina Noctis, adalah satu-satunya harapan kita."
"Kenapa disebut Lumina Noctis?" tanya Elara, penasaran.
Liora menatap Elara dengan mata yang penuh kebijaksanaan. "Nama itu berarti 'Cahaya dalam Kegelapan.' Batu itu memiliki kekuatan untuk menerangi dan mengusir kegelapan. Dahulu kala, Batu Cahaya diciptakan oleh para leluhur kita untuk menjaga keseimbangan antara dunia kita dan dunia lain. Jika kegelapan berhasil menembus portal, hanya Lumina Noctis yang bisa mengembalikan kedamaian."
Dengan penjelasan itu, mereka semua merasa lebih memahami pentingnya misi yang akan dihadapi. Elara, Faelan, dan Liora tahu bahwa perjalanan mereka akan penuh dengan bahaya, tetapi mereka juga tahu bahwa mereka tidak bisa mundur. Dengan persiapan yang matang dan tekad yang kuat, mereka siap untuk mencari Lumina Noctis dan menyelamatkan Yuemedia.
•••••
Bersambung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lumina Noctis
FantasiDi kerajaan Yuemeda yang megah, Putri Elara menemukan taman rahasia yang tersembunyi, di mana ia bertemu Faelan, seorang penjaga elf misterius. Di balik keindahan taman itu terdapat portal ke belantara terlarang yang penuh makhluk ajaib dan ancaman...