Sebelum baca jangan lupa vote dan komennya yaw!
Yang belum follow aku, follow dulu sini Caaay_
----
"Danaaaan!" Sapa Anye seraya melambaikan tangan dan tersenyum begitu Danan menginjakkan kaki di kelas.
Danan ikut tersenyum. Ia mengeluarkan cardigan berwarna hitam polos yang sebelumnya telah ia cuci dari dalam ranselnya kemudian memberikannya pada Anye.
"Terima kasih Anye." Danan mengulurkan cardigan itu.
Anyelin mengambil cardigannya kembali, setelah itu Danan duduk di kursinya dan tidak lama kemudian bel tanda waktu pelajaran akan dimulai berdering ke seluruh penjuru sekolah. Guru sejarah mereka datang ke kelas sambil membawa laptop dan 2 tumpuk buku paket yang sering digunakan untuk acuan belajar. Setelah itu pun pembelajaran dimulai seperti biasanya.
Danan menyimak penjelasan gurunya dengan begitu seksama, ia pun selalu mencatat setiap detail penting. Hari ini belajar sejarahnya tentang peristiwa yang terjadi menjelang detik-detik hari kemerdekaan Indonesia. Waktu semakin berlalu hingga akhirnya waktu untuk mata pelajaran sejarah hampir berakhir.
"Baik, untuk tugas minggu depan, Ibu minta kalian menampilkan sejarah yang sudah ibu jelaskan tadi melalui simulasi drama singkat. Jadi kalian harus berkelompok." Usai mengatakan itu, guru tersebut langsung pergi meninggalkan ruangan kelas.
Sepeninggalnya guru sejarah, anak-anak di kelas riuh memilih anggota kelompok masing-masing.
"Sas, gue sekelompok sama lo, ya!"
"Ndre, angkut gue jadi kelompok lo."
"Aman-aman."
"Sapa yang belom kebagian kelompok?" Tanya Jeni.
Danan berjalan mendekat dengan cara jalannya yang khas. "Danan belum, Danan mau join, boleh?" tanyanya seraya tersenyum ceria.
Jeni terdiam, tampak sedang berpikir, ekspresinya juga tampak ragu.
"Mmm..." Ia menoleh pada Ami yang ada di sebelahnya. "Gimana?"
"Dhika, lo udah dapet kelompok?" tanya Ami.
Laki-laki yang semula santai sambil bermain ponsel tersebut, menoleh, kemudian menggeleng.
"Belom."
"Oh yaudah sama kita aja," ucap Jeni.
Jeni kemudian beralih menatap Danan. "Sorry nggak bisa, kelompok gue udah penuh."
Danan menghela napas panjang, ada rasa sesak yang menyambar dadanya. Ia yang telah berinisiatif dulu, akan tetapi teman sekelasnya tersebut terang-terangan menolak untuk sekelompok dengannya dengan langsung merekrut orang lain. Padahal sebelumnya masih kekurangan anggota kelompok.
Semua orang rata-rata sudah mendapatkan kelompok, namun hingga saat ini Danan masih juga kunjung menemukan kelompok. Setiap kali ia bertanya, mereka selalu bilang kalau jumlah anggotanya sudah penuh.
"Danan." Panggil Anye.
Danan menoleh.
"Udah dapet kelompok?" tanya gadis tersebut.
Danan menggeleng. "Belum."
"Sini, gabung kelompok gue aja," tawarnya sambil tersenyum.
Temen sekelompok Anye langsung melotot memandang Anye. "Tapi kelompok kita jumlahnya udah enam, Nye," protesnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALL ME
Teen Fiction"Bunda, aku tidak ingin terlahir cacat." -Danan Tentang Danan Safazi yang harus menyembunyikan identitas dirinya karena tidak ingin membuat malu abangnya yang merupakan laki-laki paling bersinar di SMA. Karena bagi keluarganya, Danan adalah aib. Dit...