CHAPTER 4 | UANG SAKU

479 52 24
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan komennya yaw!

Yang belum follow aku, follow dulu sini @caaay_

______

"Malbi... Malbi..." Di dalam rumah, Bunda dari dalam kamar berteriak memanggil Malbi. Namun, anak itu tidak kunjung menyahut.

"Abang udah berangkat sekolah duluan, Bunda," ucap Danan yang ada di meja makan untuk menghabiskan sarapannya.

Bunda keluar dari kamar dengan gelisah. "Aduh, ini uang sakunya ketinggalan. Kasian dia nanti nggak bisa jajan, mana tadi nggak sarapan dulu."

Danan yang sudah selesai makan lantas turun dari kursi kemudian menghampiri sang Bunda. "Uang sakunya Bang Malbi biar Danan aja yang bawain, Bunda," tawarnya.

Bunda tampak ragu. "Bener, ya, nanti dikasih ke Malbi."

Danan mengangguk-angguk. "Iya, Bunda. Nanti pasti Danan kasih ke abang."

"Kalau sampai uang sakunya Malbi kamu curi, aku hukum kamu!" Ancam sang Bunda.

"Iya, Bunda. Danan nggak akan nyuri uangnya abang," janji Danan.

"Yaudah buruan sana berangkat," usir Bunda karena muak melihat wajah Danan terus terusan.

Dengan cara jalannya yang khas, Danan menghampiri sang ayah yang akan masuk ke dalam mobil. "Ayah..."

Laki-laki yang Danan panggil sebagai ayah itu menghela nafas berat, kemudian menoleh dengan ekspresi muak. "Apa?" jawabnya ketus.

Danan tersenyum. "Ayah, Danan berangkat ke sekolah sama ayah naik mobil, ya..." Pintanya.

Laki-laki itu berdecak kesal. "Nggak bisa."

Senyuman Danan langsung memudar. Kemarin ia sudah ditolak sang ayah, ia pikir setelah mencoba untuk yang kesekian kalinya, ayahnya itu akan luluh kemudian mau mengantarkannya ke sekolah. Namun ternyata Danan salah. Sepertinya sampai kapanpun memang Ayahnya itu tidak akan pernah membuka hati untuk menyayanginya.

"Naik bus kan bisa. Biasanya juga naik bus."

"Nanti Danan bisa telat, Yah," ucap Danan lirih.

"Ya itu kan urusan kamu!" Sentak sang ayah. "Makanya kalau bangun itu jangan kesiangan."

Bunda yang mendengar suara suaminya meninggi dan seperti terlibat perdebatan itu akhirnya melangkah ke depan.

"Tadi Danan sudah bangun jam tiga pagi, terus nyuci baju sama masak dulu. Bunda kan jarang masak sarapan," jelas Danan.

"Kamu nyalahin aku?!" Seru sang Bunda. Ia bahkan tidak pernah sudi memanggil dirinya sendiri dengan sebutan Bunda untuk Danan.

Danan langsung menunduk. "Maafin Danan, Bunda. Danan nggak ada maksud buat nyalahin Bunda."

Karena muak dengan Danan, Bunda langsung masuk ke dalam rumah dan menutup pintu dengan keras. Setiap hari tidak ada waktu yang Danan lewatkan tanpa mendapatkan amukan dari sang Bunda, karena dimata Bundanya apapun yang Danan lakukan selalu salah. Bahkan kelahiran Danan pun juga sebuah kesalahan.

Ayahnya juga masuk ke dalam mobil tanpa menatap Danan bahkan untuk satu detik pun. Mobil tersebut kemudian melaju meninggalkan Danan seorang diri.

Diam-diam mata Danan berkaca-kaca. Tenggorokannya terasa kelu.

Danan ingin diantar ke sekolah sama Ayah...

Danan ingin Bunda senyum waktu liat Danan...

CALL METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang