1. Blue Candles

1.6K 99 12
                                    

Sunghoon x Jay
Heeseung x Jay





-Enam bulan sebelumnya-

Jay baru saja pulang dari bekerja, dia hempaskan badannya ke sofa coklat di tengah ruangan apartemennya. Sulur-sulur yang merambat di depan jendela menghalangi cahaya matahari jingga yang terpekur sebelum terbenam.

Dipejamkannya kedua mata, lalu menghela napas panjang, berusaha untuk santai. Biarpun memejamkan mata, Jay masih tersenyum, teringat Heeseung dan obrolan ringan mereka.

Kata Haerin, Heeseung sebenarnya sudah mengincarnya sejak lama untuk didekati. Jay termenung dalam senyuman yang tak kunjung hilang di bibirnya.

Sejak pertama dia dikenalkan dengan Heeseung, salah satu karyawan baru di divisinya, dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Tetapi tidak disangkanya Heeseung mungkin menyimpan perasaan yang sama, hingga Haerin mengatakan kepadanya.

Siang tadi, Heeseung tiba-tiba mendekatinya ketika Jay sedang menuang air panas dari dispenser ke cangkir yang berisi kopi instan. Aroma kopi langsung menguar, memenuhi ruangan, menciptakan keharuman yang menyenangkan.

Heeseung menyapanya biasa-biasa saja, dan Jay sudah salah tingkah menghadapinya. Tetapi kemudian lelaki itu bertanya apakah Jay ada kegiatan di akhir pekan ini - yang langsung dijawab Jay bahwa dia tidak kemana-mana - dan kemudian ajakan kencan itu datang.

Heeseung mengajaknya ke sebuah acara pameran komputer di sudut kota. Bukan kencan dalam arti sebenarnya memang, tetapi bukankah ketika mereka memutuskan untuk keluar bersama di akhir pekan bisa disebut sebagai kencan?

Kencan...

Jay membuka matanya dan menatap ke sekeliling ruangan rumahnya. Dia bahkan tidak pernah memikirkannya sampai akhir-akhir ini.

Sejak kecelakaan yang menyebabkan ayahnya meninggal, Jay menyibukkan diri untuk mengurus harta peninggalan ayahnya. Jay menjual semuanya, dengan alasannya sendiri.

Sambil menghela napas panjang, Jay berdiri. Dia lalu melangkah ke dapur, menuangkan kopi dari mesin pembuat kopi ke cangkirnya, kopi itu sudah tidak panas lagi karena sisa dari kopi yang dibuatnya di pagi hari sebelum berangkat kerja. Tetapi Jay masih bisa merasakan rasa asam khas kopi yang nikmat di sana.

Dahinya mengernyit dan dia menghela napas, dia hampir-hampir bisa disebut kecanduan kopi. Pagi, siang, dan malam dia tidak bisa hidup tanpa menuang secangkir kopi untuk mengisi lambungnya yang kadang-kadang menolak dan berunjuk rasa dengan rasa perih yang menggigit di sana.

Tetapi Jay butuh membuka matanya. Sejak kematian ayahnya, Jay hampir terlalu takut untuk tidur. Benaknya dipenuhi ketakutan, ketakutan yang dia tidak tahu karena apa, ketakutan itu seperti menyimpan rahasia gelap yang mengerikan. Membuat Jay dipenuhi kewaspadaan setiap malam, takut kalau-kalau kegelapan itu menyergapnya ketika dia memejamkan mata.

Jay sudah menghubungi psikiater yang merawatnya sejak kejadian kecelakaan itu. Kata psikiaternya, rasa takut tanpa alasan yang dirasakan Jay hanyalah efek manifestasi trauma atas kecelakaan yang menyebabkan dia terluka parah, dan menewaskan ayahnya.

Psikiater itu merawatnya dengan baik, sesi demi sesi, sampai kemudian Jay merasa dirinya sudah sembuh, bebas, dan bahagia tanpa ketakutan yang menghantui.

Sekarang semuanya sudah baik-baik saja.

Jay mendesah dalam keheningan. Dia sudah bebas. Sekarang dia bisa memulai hidup yang baru, bisa mencoba membuka hati dan jatuh cinta lagi.

Rasa takut itu sudah ditinggalkannya jauh-jauh. Dia bebas sekarang, tidak akan ada lagi kegelapan yang mengintai dan berusaha menyakitinya. Mungkin memang cahaya terang sudah memasuki kehidupannya.

Dating with the Dark [Sungjay/Hoonjay] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang