Adrian duduk di sudut kafe favoritnya, memandang kosong layar laptop yang belum tertulis apa pun. Dia seorang penulis lepas berusia 28 tahun yang sedang mencari inspirasi untuk novel barunya. Kafe kecil di sudut kota ini selalu menjadi tempat favoritnya karena suasananya yang tenang dan nyaman.
Di luar, hujan turun deras, menciptakan suasana melankolis yang biasanya bisa memicu kreativitasnya. Namun, kali ini, Adrian merasa buntu. Dia menghela napas panjang, menyesap kopinya yang mulai dingin, dan mencoba fokus.
Pintu kafe terbuka, dan seorang wanita masuk dengan terburu-buru, mengguncang payungnya yang basah sebelum menutupnya. Dia mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah, lalu mencari tempat duduk. Wanita itu melihat meja kosong di dekat Adrian dan segera duduk di sana.
Adrian mencuri pandang pada wanita itu. Dia memiliki aura ceria dan penuh semangat, yang kontras dengan suasana hujan di luar. Ketika wanita itu membuka laptopnya dan mulai bekerja, Adrian merasa tertarik. Dia tampak begitu fokus dan bersemangat, sesuatu yang Adrian rasa hilang dari dirinya akhir-akhir ini.
Tak lama kemudian, seorang barista datang dengan membawa kopi untuk wanita tersebut. "Ini pesanannya, Clara," katanya dengan senyum ramah.
"Terima kasih," jawab Clara, lalu kembali fokus pada layar laptopnya.
Adrian mencoba kembali menulis, tetapi perhatiannya terusik oleh Clara. Dia merasa penasaran tentang apa yang wanita itu kerjakan. Akhirnya, dia memutuskan untuk memulai percakapan.
"Maaf, apakah kamu bekerja di sini sering?" tanya Adrian dengan suara lembut.
Clara mengangkat wajahnya dan tersenyum. "Ya, kafe ini adalah tempat favoritku. Aku merasa lebih produktif di sini. Bagaimana denganmu?"
Adrian mengangguk. "Aku juga suka suasana di sini. Biasanya, tempat ini bisa membantuku menulis, tapi hari ini sepertinya berbeda."
"Apa yang sedang kamu tulis?" tanya Clara dengan mata penuh rasa ingin tahu.
"Aku mencoba menulis novel, tetapi merasa sedikit buntu akhir-akhir ini," jawab Adrian jujur.
Clara tersenyum hangat. "Aku desainer grafis. Terkadang, aku juga merasa buntu saat bekerja. Mungkin kita bisa saling membantu. Bagaimana jika kita berbagi ide?"
Percakapan mereka mengalir dengan lancar, dan Adrian merasa semangatnya kembali muncul. Clara ternyata penuh dengan ide-ide segar dan perspektif yang berbeda, yang membuat Adrian merasa terinspirasi kembali. Mereka berbicara selama berjam-jam, tanpa sadar waktu berlalu begitu cepat.
Ketika kafe mulai sepi dan hujan di luar telah reda, Clara melihat jam tangannya dan terkejut. "Wah, aku harus pergi sekarang. Tapi aku senang bisa berbicara denganmu, Adrian. Semoga kita bisa bertemu lagi."
Adrian tersenyum dan mengangguk. "Tentu, Clara. Terima kasih untuk obrolannya. Itu sangat membantu."
Clara mengemas barang-barangnya dan bersiap untuk pergi. "Sampai jumpa, Adrian. Semoga kamu segera menemukan inspirasimu."
"Sampai jumpa, Clara," balas Adrian sambil melambaikan tangan.
Ketika Clara pergi, Adrian merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Dia membuka laptopnya dan mulai menulis, kali ini dengan semangat baru. Pertemuan tak terduga dengan Clara memberikan inspirasi yang selama ini dia cari. Adrian tahu, hari itu adalah awal dari sesuatu yang istimewa.
Keesokan harinya, Adrian merasa gembira saat berjalan menuju kafe tempat dia dan Clara bertemu. Dia tiba lebih awal dan memilih meja yang sama di dekat jendela. Sambil menunggu, dia membuka laptopnya dan mulai menulis, berusaha menangkap perasaan dan inspirasi yang baru ditemukannya.
Tak lama kemudian, Clara masuk ke kafe dengan senyum lebar. Dia melihat Adrian dan melambaikan tangan, lalu berjalan ke meja mereka. "Hai, Adrian!" sapanya.
Adrian tersenyum dan bangkit untuk menyambutnya. "Hai, Clara. Senang bisa bertemu lagi."
Mereka duduk berhadapan, dan Clara segera memesan kopi favoritnya. "Jadi, bagaimana tulisanmu? Apakah kemarin berhasil memberimu inspirasi?" tanya Clara dengan antusias.
"Ya, sangat. Aku menulis beberapa halaman tadi malam. Terima kasih karena sudah menjadi inspirasiku," jawab Adrian dengan tulus.
Mereka mulai berbicara tentang banyak hal, dari pekerjaan hingga hobi dan impian masa depan. Clara bercerita tentang proyek desain terbarunya dan bagaimana dia selalu mencari cara untuk mengekspresikan kreativitasnya. Adrian berbagi tentang tantangan menulis novel dan bagaimana dia selalu berusaha menemukan sudut pandang baru.
"Adrian, pernahkah kamu merasa seperti tidak cukup baik?" tanya Clara tiba-tiba. "Terkadang aku merasa seperti itu dengan pekerjaanku, meskipun aku tahu aku mencintai apa yang aku lakukan."
Adrian menatap Clara dengan penuh empati. "Sering sekali, Clara. Menulis adalah proses yang sangat pribadi, dan terkadang sulit untuk tidak merasa ragu. Tapi aku pikir yang penting adalah kita terus mencoba dan tidak menyerah."
Clara mengangguk, merasa sedikit lega. "Kamu benar. Aku juga merasa seperti itu. Terkadang kita hanya perlu percaya pada diri sendiri dan terus berusaha."
Obrolan mereka berlangsung selama berjam-jam, membuat mereka semakin dekat. Mereka merasa nyaman berbicara satu sama lain, seolah-olah mereka telah saling mengenal selama bertahun-tahun.
Ketika matahari mulai terbenam, Clara melihat jam tangannya dan tersenyum. "Waktu berlalu begitu cepat ketika kita berbicara. Aku harus pergi sekarang, tapi aku senang bisa menghabiskan waktu denganmu."
Adrian mengangguk. "Aku juga. Mari kita lakukan ini lagi segera."
Clara mengemas barang-barangnya dan berdiri. "Bagaimana kalau kita bertemu di sini lagi minggu depan, waktu yang sama?"
"Setuju," jawab Adrian dengan senyum. "Sampai jumpa, Clara."
"Sampai jumpa, Adrian," balas Clara sambil melambaikan tangan.
Ketika Clara pergi, Adrian merasa hatinya hangat. Dia membuka laptopnya kembali dan melanjutkan menulis, merasa terinspirasi lebih dari sebelumnya. Pertemuan dengan Clara memberikan semangat baru dalam hidupnya, dan dia tidak sabar untuk melihat ke mana hubungan mereka akan berkembang.
![](https://img.wattpad.com/cover/373968990-288-k145079.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love in Reality
RomanceLove in Reality Adrian, seorang penulis yang kehabisan ide, menemukan inspirasinya di kafe kecil di sudut kota. Di sanalah ia bertemu Clara, seorang desainer grafis yang penuh semangat. Pertemuan tak terduga ini memunculkan percikan cinta di antara...