1

47 37 1
                                    

Cerita ini aku tuliskan untuk mu. Tentang mu. Pangeran Matematika ku.

***

"Bangke!"

"Eh, nomor dua tiga empat sampai seterusnya apaan, woi? Gc buru!"

"Loh goblok apa bego? Gue aja belum nomor satu, Anjing!"

"Gak usah pada ribut, Babi!"

"Aduh! Aduh! Ini gimana?" gerutu salah satu cewek menepuk-nepuk keningnya sendiri.  "BENCANA ALAMA DUNIA!"

Kelas XII IPA 1 saat ini di penuhi keributan yang berasal hampir dari semua penghuni kelas itu sendiri. Mereka saling adu sahutan dengan suara yang tidak enak di dengar dari jarak dekat, padahal mereka bisa saja berbicara seperti orang normal  kebanyakan. Lagi pula jarak antara siswa-siswi hanya terhalang meja tetapi lagaknya sudah seperti bermil-mil jauhnya. Heboh sampai-sampai di tegur guru kelas sebelah. Namun sesaat guru itu pergi mulai lagi.

"Aduh! Ini gimana, sih?! Mau hidup tenang aja susah banget!" maki cewek berambut pirang. Merasa buntu kali ini.

"Gue pengen nikah aja!" jerit Ocha disebelahnya.

"Nikah! Nikah! Punya pacar aja kagak ada!" balas cewek di depannya. Nazila  namanya.

"Sama dedemit dia," sela Fita.

Azoya yang berada di meja depan menengok ke belakang. "Gue kasih calon, yak? Pengangguran mau gak?"

"Dih, situ siapa?" Ocha mendekil sinis. "Bukan sirkell kita!"

Pak Samsul yang notabene guru killer yang mengisi PAK matematika sering sekali mengadakan ulangan dadakan di waktu yang tak terduga. Tapi karena adanya rapat, guru itu terpaksa membiarkan anak kelas XII IPA mengerjakan ulangan tanpa pengawasan. Namun di karenakan faktor usia, minggu berikutnya yakni hari ini pak Samsul ternyata sudah lupa.

Kunci kericuhan kelas ini yakni Melvin Agustin. Si paling sok pintar.

Dengan santai cowok berkacamata tebal itu maju ke depan guna mengumpulkan tugas miliknya saat seluruh murid sudah bernafas lega. Habis sudah, karena sikap ambisiusnya membuat semua orang dari dalam kelas kecuali Melvin itu sendiri di marahi habis-habisan oleh pak Samsul. Dikarenakan dari tiga puluh orang murid kelas ini hanya Melvin saja yang selesai mengerjakan. Yang lain pada hilang ingatan.

"Ckk! Dasar kutu buku, cupu!" umpat Dera tanpa melepaskan tatapan sinis terhadap Melvin yang berada barisan paling depan. Wajah cantik namun tampak angkuh itu memerah marah. “Heran! Tuh, cowok kayak gak ngerasa salah sama kita-kita! Ngadu mulu kerjaan!”

"Biasalah. Haus pujian dia," bisik Ocha. Namun cukup keras hingga masih bisa terdengar ke telinga Melvin. Ocha memang sengaja. "Eh, terlalu kenceng, ya, gue ngomongnya? Dia gak dengar, kan?"

"Caper kok sama guru? Sama cewek dong, biar laku. Hahaha ..." Fita terkekeh.

"Biasalah autis," hina Nazia.

Plek!

"Udah loh berempat gak usah berlagak gak usah berlagak jadi antagonis segala! Capek gue liatnya!" omel Dio seusai memukulkan gulungan buku pada meja tempat empat cewek itu berkumpul. "Nomor satu sampai sepuluh jawaban A semua," bebernya.

My Math Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang