29. Tempat Kelahiran

62 12 45
                                    

Dalam ruangan tua yang nampak seperti lorong gua gelap tanpa ada ujungnya. Zalya berjalan dengan penuh hati-hati. Ia berusaha memandang lurus ke depan, tanpa melirik kanan kiri, sebagaimana yang diperintahkan oleh Rajendra. Begitu gelap, tanpa ada sedikit pun pencahayaan. Sungguh berat langkahnya dalam membelah lorong yang begitu gulita tanpa sedikit pun sinar yang menerangi.

Namun, tekad yang kini tumbuh di dalam lubuk hati berhasil menguatkannya. Rasa takut itu seketika sirna. Semua akan lewatinya hanya untuk pulang, menemui kedua orang tuanya, beserta semua orang terdekat di tempat kelahirannya tersebut.
Langkahnya yang berat itu, kini ia paksakan untuk berlari ke depan, tanpa ada rasa takut pada sesuatu yang ada di depannya nanti.

Hingga kini secercah cahaya dari atas sana, mampu menembus kegelapan dan menampakkan sebuah anakan tangga tepat di depannya. Zalya teringat akan tangga yang tadi diucapkan oleh Rajendra. Tangga inilah yang merupakan tangga menuju dunia tempatnya dilahirkan. Tanpa adanya rasa ragu, satu persatu anakan tangga yang terbuat dari ukiran batu itu, terus dinaikinya.

Hingga ia sampai pada asal cahaya itu terpancar. Cahaya yang menerobos masuk tersebut, nyatanya dari alam di atasnya. Hingga tiba di ujung tangga, ia dapat melihat dari celah bebatuan, terdapat sebuah tempat yang tidak asing baginya. Zalya bergeming sejenak, kedua netranya terus saja menelisik pemandangan dari celah bebatuan beserta tumbuhan yang menjalar. Kemudian gadis itu teringat sesuatu mengenai hal tersebut.

"Hutan Naga putih!" gumamnya, yang seketika meraba celah bebatuan tersebut. Sekuat tenaga, ia mendorong bebatuan yang mungkin itulah akses menuju arah luar. Hingga satu persatu bebatuan berukuran sedang berhasil ia singkirkan, yang kemudian pemandangan di hadapnnya dapat ia saksikan begitu jelas.

Dirasa beberapa bebatuan berukuran sedang yang baru saja ia singkirkan, muat untuk dirinya dan keluar dari lorong gelap yang aneh tersebut. Merangkak, dari anakan tangga terakhir di atas sana, dan kini ia berhasil keluar dari tempat gelap tersebut. Nafasnya tersengal-sengal. Kemudian duduk sejenak untuk mengembalikan tenaganya dari semua keletihan yang menguras cukup energi.

Benar saja dugaannya, ia benar-benar berada di hutan Naga putih. Tempat semula yang mana dirinya tiba-tiba dibelit ular berukuran besar dan membawanya hingga ke alam yang selalu dipertanyakan-nya. Dapat ia sadari, dirinya telah keluar dari dalam lorong reruntuhan batu yang terdapat di tengah hutan tersebut. Reruntuhan batu yang memang seperti portal penghubung antara alam manusia biasa dan alam sakti di bawahnya.

Iya! Zalya kembali teringat akan penjelasan Dragana waktu itu. Dragana pernah mengatakan bahwa, kerajaan Cahya Tunggal dan kerajaan Raksa Bumi adalah dua kerajaan yang saling terhubung dalam kerjasama serta persahabatan yang dijalin oleh Prabusarya dan Dragana sendiri. Selama ini akses penghubung itu terpenggal, oleh hancurnya kerajaan Cahya Tunggal, salah satu faktor kehancurannya oleh Raksa Bumi sendiri, sehingga menyebabkan tertutupnya akses kedua belah pihak.

Zalya bangkit dari duduknya, dan kemudian kembali menutup lubang pintu yang dibukanya dengan bebatuan berukuran sedang yang ia singkirkan tadi.
Kembali menutupinya serapat mungkin serta dibaluti dedaunan di sekitarnya, hingga tak menyisakan kecurigaan bagi siapa pun yang mungkin singgah di tempat tersebut.

Ia mendongak, menatap langit yang kini sudah memancarkan warnanya dengan berbalutkan warna merah muda beserta oranye. Lantas gadis tersebut bersiap untuk melangkahkan kaki--keluar dari hutan tersebut, sebelum hari berlarut dalam kegelapan. Semakin melangkah ke dalam hutan dalam menyusuri jalanan setapak, semakin pula sinar langit senja tertutup oleh rimbunnya pepohonan yang menjulang tinggi. Menyisakan cahaya redup dari sela-sela pepohonan. Hingga akhirnya tiba di ujung hutan dan area permukiman mulai terlihat sejauh mata memandang.

Langkahnya terhenti, kala dilihatnya sebuah pagar besi yang menghalangi jalannya. Zalya mencoba berjalan ke sisi lain untuk keluar dari hutan tersebut. Namun, nyatanya semua area hutan dibatasi dengan pagar besi yang cukup tinggi. Hanya ada satu pintu dengan gembok yang menguncinya.

ELLEZALYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang