Pagi itu langit sangat cerah, namun matahari tidak begitu terik. Angin berhembus semilir dan udara terasa sangat sejuk. Sambil meminum susu cokelat, Ara melangkahkan kakinya hingga tiba di sekolah. Ia begitu bersemangat menyambut hari pertama sebagai siswi kelas tiga SMA.
Sekolah masih sepi seperti tidak ada siapa-siapa, karena Ara sampai lebih pagi dari biasanya. Ia melihat papan pengumuman untuk mengetahui di kelas mana ia ditempatkan,
"Ah, kelas 3-1."
Ara melihat daftar nama teman-teman sekelas dan beruntung karena masih sekelas dengan Nakagawa Yuki, sahabatnya sedari kelas satu. Kemudian senyum Ara bertambah lebar ketika melihat nama sahabatnya dari kecil, Watanabe Jun, akan berada di kelas yang sama dengan Ara di tahun terakhir masa sekolahnya. Namun, ketika mencari nama sahabat Ara satu lagi, ia tidak menemukannya. Ara mencari di daftar kelas lainnya,
"Rika di kelas 3-3, ya? Sayang sekali... Dia pasti sedih tidak sekelas dengan aku maupun Yuki lagi di tahun ini."
Ara mengeluarkan handphone-nya dan mengirimkan pesan di grup obrolan yang berisi dia, Yuki, dan Rika. Ara menyampaikan perihal pembagian kelas. Belum ada satupun yang membaca pesannya, sepertinya antara mereka berdua masih tidur atau sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ara memasukkan kembali handphone-nya ke dalam tas dan berjalan menaiki tangga ke lantai tiga, menuju kelas barunya.
Sesampainya di lantai tiga, Ara menengok ke sebelah kanan dan melihat kelasnya berada di ujung. Untuk sampai di kelasnya, Ara harus melewati dua ruangan besar, yaitu ruang seni dan ruang musik. Sesuai dengan namanya, ruang seni biasa digunakan oleh siswa sekolah untuk mata pelajaran seni dan ekstrakurikuler seni seperti memahat, melukis, dan sebagainya. Sedangkan ruang musik biasa digunakan untuk mata pelajaran musik, namun biasanya juga bisa digunakan oleh beberapa band siswa sekolah untuk berlatih.
Karena kondisi sekolah yang masih sangat sepi, samar-samar Ara mendengar dentuman drum yang sedang dimainkan. Ara merasa penasaran, namun juga merasa sedikit bergidik teringat cerita-cerita seram yang ia ketahui mengenai sekolahnya,
"Biasanya kalau di film horor, hantu mainnya piano, kan? Masa di sekolah ini mainnya drum?" Ara menarik napas dalam dan berjalan perlahan ke arah sumber suara yang datang dari ruang musik.
Sesampainya di depan ruang musik, Ara perlahan melihat ke dalam melalui jendela kaca yang ada di pintu. Betapa leganya Ara ketika melihat yang bermain drum memang manusia. Ara kembali melihat ke dalam dan bertanya di dalam hati, siapa siswa yang datang sepagi ini untuk bermain drum sendirian.
Ara mulai memperhatikan siswa tersebut. Laki-laki dengan rambut hitam dan tubuh tegap, Ara membayangkan rasanya jika siswa itu berdiri tubuhnya akan sangat tinggi. Dia bermain dengan sangat serius dan energik, membuat hati Ara mulai berdegup kencang. Rasanya pipi Ara mulai terasa hangat, mungkin sudah mulai memerah. Ara terus menatap siswa itu, membuat Ara mulai berpikir bahwa siswa itu terlihat tampan dan karismatik. Entah apakah dia terlihat seperti itu karena sedang bermain drum, atau dia akan tetap terlihat seperti itu tanpa bermain drum, pikir Ara. Rasa penasaran mulai menyelimuti, muncul banyak pertanyaan di benak Ara; siapa nama siswa tersebut, apakah mereka akan sekelas, apakah siswa tersebut sudah mempunyai pacar... Lalu, Ara tersadar,
"Sial, sepertinya aku jatuh cinta pada pandangan pertama," gumam Ara sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AS THE SKY FALLS DOWN
RomanceAra, siswi kelas tiga SMA yang ceria, jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Ryuuta, siswa dengan kepribadian dingin. Awalnya, hubungan mereka manis dan penuh warna, namun perlahan berubah saat Ara sibuk dengan kegiatan sekolah dan teman-temannya...