60. Suporter Dadakan

2.8K 263 31
                                    


Happy reading

-


-

up cepet soalnya lagi sibuk, takut g sempet inget kalian yang nungguin 🥹



Entah ini hari keberapa. Setiap pagi berangkat sekolah, Lara berdiam di kursi pos gerbang menunggu kehadiran Karang. Setia disana mengharapkan lelakinya datang menghampirinya. Merengkuh tubuh yang diselimuti kerinduan yang teramat itu mengelus lembut kepalanya.

Kalara yakin, Karang akan datang. Tak ingin pupus dari harapannya sendiri. Namun, lama ia menunggu juga Karang tak kunjung datang. Ratusan pesan yang dia kirim sama sekali tak terbaca. Tak ada kabar apa pun dari pemuda itu.

Lara percaya pada Karang. Pemuda itu pernah mengatakan tidak akan meninggalkannya. Itu artinya Karang hanya pergi sebentar. Dia pasti akan datang entah itu kapan.

Sampai pada saat bel sekolah berbunyi. Semua siswa berhamburan masuk ke dalam gerbang saat gerbang besar itu dengan otomatis tertutup pada jam yang telah ditentukan.

Seperti hari kemarin, Lara bangkit dari duduknya. Menaikkan tudung hoodie kuning dengan perasaan kecewa. Dengan pasrah menyeret kakinya berat. Tidak datang lagi.

Lagi-lagi dirinya menguatkan. Meyakinkan bahwa Karang akan datang besok. Ngga hari ini, berarti besok. Besok dia pasti datang.

Kalara : kamu ngga berangkat lagi? Kalo mau berangkat aku nunggu di pos depan seperti yang aku bilang ke kamu kemarin. Aku disana. See u besok Karang



-

-

-


"Nanti basket tau, ihhhh. Gue tuh takut banget sama bola."

"Gue sama elo ya pasangannya!"

"Santai, bagi lipbalm dulu dong. Gue lupa bawa nih."


Kalara menyelesaikan ganti bajunya. Dengan wajahnya yang datar membuka pintu bilik kamar mandi lalu mencuci tangannya di wastafel. Ia tak memeriksa wajah. Ia tahu dirinya selalu cantik dan tak pernah berubah.

Beberapa anak kelasnya yang sedang membenarkan make up hendak berolahraga itu menoleh sekilas. Selanjutnya kembali tak peduli.

"Minggir!" Lara tersentak saat tubuhnya digeser kasar oleh Adisty, Jesya, dan Sella. Lara termundur. Matanya menatap Bianca yang menempatkan diri di wastafel yang sudah ketiga orang itu gusur.

Bianca menyunggingkan senyum ke arahnya. Berikutnya berkaca membenarkan letak rambut dan bibirnya. "Ini basket konsepnya nanti berpasangan, kan?"

"Iya, Bi. Kelas sebelah kemaren udah," jawab Sella.

Bianca membalikkan badannya, menoleh Lara yang masih menatapnya terpaku. "Lo udah ada pasangannya, Ra?"

Tahu Bianca sedang berbicara dengannya, Lara tesentak kecil. Sedikit melebarkan matanya.

Anak kelas lain yang mendengar itu menoleh tertarik. Serentak menatap ke arah Lara. "Ih padahal gue pengen banget pasangan sama lo, Bi," cletuk mereka.

"Gue sama Lara aja deh. Lo belum ada pasangannya, kan? Sama gue ya?" tanyanya mendekat. Tersenyum manis meraih lengannya bergelayut sok akrab.

Lara terkesiap. Merasa kaku saat Bianca merangkul lengannya. Bodohnya dia hanya bisa diam saja. Merasa canggung karena anak kelasnya menatapnya dengan pandangan iri.

Sea For Blue Whales [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang