26| Tameng

64 3 0
                                    

Malam Jumat gini pada ngapain??

Btw, belakangan aku UP pake fitur schedule nih. Hehe...

Semoga aja jadwal update-nya ga molor-molor ya

====

Notifikasi masuk satu per satu membanjiri ponsel Olin ketika baru mengaktifkannya. Pesan dari operator, notifikasi marketplace, media sosial, pesan masuk, serta panggilan tak terjawab dari Cantika.

Kenapa lagi anak itu? Pikir Olin.

Belakangan ini Olin disibukkan oleh 'pria gelap'—sebutan dari Olin untuk Dan—kenalan Bayu sehingga sulit bertemu dengan teman-temannya. Belum lagi jatah waktu menemani Bayu masih seperti biasa, tak berkurang. Dalam seminggu dia harus melayani kedua pria itu bergantian, atau bahkan bersamaan. Rasanya tenaganya hampir terkuras habis.

Meskipun harus diakui, Olin menyukai sensasi bercinta dengan Dan, si pria misterius itu, tapi bukan begini caranya. Mungkin dia harus lebih tegas menentukan jadwal untuk mereka.

Olin mencari kontak Cantika di ponselnya, lalu menelepon perempuan itu. "Kenapa? Tadi lo nyari gue?" Sebelum orang yang ditelepon menyapa, Olin sudah lebih dulu bicara.

"Hmm ...?" Dari suaranya yang serak, Olin menduga gadis itu pasti sedang berada di pulau kapuk waktu ia menelepon.

"Lo ada perlu apa tadi?"

"Ugh ... ini jam berapa sih? Tumben lo bangun pagi." Jeda sejenak sebelum pekikan Cantika menyerang gendang telinga Olin. "Astagaa! Jam 3 subuh! Gila lo nelepon gue jam segini."

"Abis chat lo banyak banget. Isinya nggak mutu, titik sama P doang, kayak ababil alay tau! P apaan coba? Pentol? Poker? Pantat? Perawan?" berondong Olin.

Dari ujung sana, Cantika berdecak. Buru-buru menyahut sebelum Olin menyebut kata-kata sakti lainnya yang akan mencemari telinga Cantika. "Nggak jadi. Udah lewat berapa jam lalu. Miko udah nampung gue."

"Lo nginep di tempat Miko lagi?"

"Iya, gue lagi badmood. Mau ke rumah tante gue, udah kemalaman. Kalo pulang ke rumah takut digebukin nyokab."

"Badmood kenapa?" Olin menyalakan mode pengeras suara. Meletakkan ponselnya di atas bantal sementara ia merapikan tempat tidur.

"Gue putus sama Ben. Dia bohongin gue," sahut Cantika dengan nada getir.

"Bohongin gimana?"

"Ah, nanti aja ceritanya kalo ketemu."

"Lo mau ke sini, nggak? Gue jemput." Olin memindahkan ponsel ke telinga sebelahnya sembari memungut tisu-tisu bekas yang berserakan di lantai. "Dari pada di sana tidur di sofa."

"Sekarang banget? Ngantuk, ah. Lagian gue tidur di kamar Miko."

"Anjirrr .... Abis putus, lo langsung tidur sama cowok laen?"

Omelan Cantika langsung mengudara. "Ishhh, Mimi Peri sembarangan aja! Siapa yang tidur sama Miko? Dia di sofa."

"Kirain abis nyobain sama si hottie blue eyes, Miko pun jadi."

"Nggak ada, ya! Mana pernah!"

"Ohh, belom?"

"Udah, ah! Olin bawel!"

Olin tertawa menikmati reaksi perempuan itu. Mengobrol dengan Cantika itu seperti hiburan, sifat polosnya yang mudah diganggu bikin Olin senang menggodanya. Mungkin ini juga yang dirasakan pria bermata biru pacar Cantika.

Ralat, mantan pacar maksudnya.

"Makanya gue jemput, cerita di sini aja. Oke? Lima menit lagi gue jalan."

FORBIDDEN ROMANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang