IIC (10)

875 62 13
                                    

"Jangan pergi. Please, jangan pergi," pinta Ayla dengan memohon benar-benar memohon pada Auden sambil memegang tangan laki-laki itu.

Menatap penuh harap agar laki-laki ini tidak menuruti permintaan ibunya. Ayla tahu dia tak punya hak untuk melarangnya. Memangnya dia siapa? Hanya pembawa kantong anak bagi Auden agar laki-laki ini punya anak. Menyedihkan sekali, bukan?

Dia telah menggantungkan seluruh hidupnya pada Auden, tapi Ayla tidak akan pernah dianggap dan dilihat. Kebersamaan mereka selama ini semata-mata karena tanggung jawab suaminya pada anak-anak mereka. Hanya itu. Hanya sebatas itu.

Ayla punya raga Auden, tapi tidak dengan jiwa dan hatinya. Cinta Auden telah habis pada Sandra.

"Ayo, masuk," ajak Auden memeluk pinggangnya setelah mobil Delisha membawa anak-anaknya menghilang dari pandangan.

Tanpa sadar Ayla mencengkram baju tidur yang Auden kenakan. Ya Tuhan... Kenapa jadi seperti ini? Dia benar-benar bingung dan tak bisa melakukan apa pun jika pada akhirnya ambisi Delisha untuk menyatukan kembali Auden dan Sandra berhasil.

Opsi terbaik yang bisa dia lakukan adalah kabur. Pergi sejauh mungkin dari kehidupan laki-laki ini. Tapi, bagaimana dengan anak-anaknya?

Andai tidak ada anak semuanya jadi lebih mudah. Andai tidak ada malam pemerkosaan itu dia tidak akan masuk dalam lingkaran setan merebut suami orang. Ayla tidak pernah menginginkan hidupnya jadi rumit seperti ini.

"Edde jadi pergi?"

"Pergi ke mana?" tanya Auden bingung sambil mengernyitkan dahinya. Helaan napas panjang seperti lelah membuat Ayla sadar Auden akan menuruti permintaan ibunya.

"Pergi, ya pergi." Ayla menjawab dengan lemah. Belum apa-apa sudah kecewa duluan, tapi tentu saja dia hanya bisa menyalahkan dirinya.

Auden membawa tubuh kecil istrinya ke sofa dan keduanya duduk di sana. Memang kontras sekali perbedaan ketika anak-anak ada di rumah dan saat mereka pergi. Rumah terasa begitu sepi, dan seperti kehilangan nyawa.

"Edde mau siap-siap pergi kerja."

Ayla menoleh dengan cepat dan refleks naik ke pangkuan Auden seolah mencegah suaminya agar tidak perlu bekerja apalagi bertemu Sandra.

"Edde jangan pergi kerja," cegat Ayla terus menatap Auden seperti anak kecil agar laki-laki ini menuruti permintaannya walau mustahil.

Tangan Auden terulur untuk membelai wajah imut istrinya. Terkadang dia takut disangka pedofil karena tubuh kecil Ayla masih terlihat seperti anak-anak.

"Edde punya tanggung jawab, Sayang. Banyak orang menggantungkan hidupnya pada Edde. Edde juga harus kerja demi kebutuhan anak-anak," jelas Auden.

Ayla duduk dengan tak nyaman di pangkuan di Auden karena laki-laki ini tidak perlu repot-repot memasukkan dirinya dalam daftar orang penting yang membuatnya harus kerja. Hanya anak-anak! Tak lebih dari kantong anak dan pemuas nafsu. Bahkan nasibnya lebih menyedihkan dari binatang manapun.

"Edde kan udah kaya, nggak kerja juga nggak akan miskin," sanggah Ayla seperti Heaven. Andai dia punya jiwa seperti anaknya untuk bebas berekspresi seperti Heaven.

Auden terkekeh dan menarik tubuh Ayla mendekat ke arahnya. Saat tubuh keduanya sudah sejajar begitu dalam dan lama Auden mengecup keningnya membuat tubuh Ayla gemetaran sendiri.

Wanita itu menutup mata meresapi kecupan itu hingga masuk ke relung jiwa paling hati, walau tidak berarti apa-apa bagi Auden.

Perlahan kedua kelopak matanya terbuka dan mencengkram dengan keras kaos Auden. Betapa dia mencintai laki-laki ini, walau sampai mati dia tidak akan pernah dan tidak akan ada perasaan berbalas.

ISTRIKU INGIN CERAI! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang