shadow of the past (1)

3 1 0
                                    

It was a long time ago, when a girl was born to the Dragon nation, known as Adrienne.

the Dragon warrior.

Every girl, dreams of herself living in a kingdom, with a handsome prince. They always say 'that was my dream! become a royal princess!' but... what if a dream like that becomes a nightmare for every girl?

.
.
.
.
.
.

malam itu, aku bisa mendengar isak tangis. Isak tangis para penghuni kerajaan dan rakyatnya. Ibuku. Aku melihat ibuku di dalam peti yang cukup besar untuk dibaringkan di dalamnya, matanya yang indah tertutup. "Ibu..." Aku mencoba memanggilnya dengan suaraku yang rendah dan polos.

Ayah memeluk tubuh kecilku ke dadanya. Hari apa hari ini? kenapa semua orang menangis? Pikirku.

Aku yang saat itu masih berusia empat tahun hanya bisa terdiam, bingung melihat orang-orang disekelilingku menangis. "Ayah?" Aku mencoba memanggil Ayahku yang terus menangis, kain putih di tangannya terus menyeka air mata di pipinya.

Peti mati berwarna coklat itu diturunkan ke dalam lubang di tanah, satu-satunya yang kuingat dari kuburan itu hanyalah batu nisan Ibuku yang berwarna putih dengan berbagai macam bunga indah menghiasinya, terutama bunga Lavender. Bunga favorit Ibu. Tangan kecilku mengusap batu nisan, "Ibu, kenapa Ibu di sini?" kata-kata itu, aku ingat aku mengucapkannya.

Aku tidak percaya, aku tidak percaya hari itu adalah hari terakhir aku melihat warna dalam hidupku. semua warna dalam hidupku seakan tertinggal bersama Ibuku. Aku masih ingat dengan jelas, betapa pucatnya wajah Ibuku, garis-garis kesedihan yang terlihat di wajahnya.

Aku akhirnya sadar bahwa aku hanya bersama Ibuku selama empat tahun, yang pada akhirnya meninggalkanku sendirian bersama Ayahku. Semenjak Ibu meninggal, Ayah selalu menjagaku di istana, dan melarangku keluar. Kupikir itu ide yang bagus, betapa Ayahku sangat menjagaku... tapi ternyata aku salah.

♣︎

Kakiku yang putih dan kokoh membawaku ke halaman belakang kerajaan dengan berlari. Bibi Abby, pelayan yang memberiku kasih sayang tulus setelah Ibu, duduk menungguku di kursi di taman belakang.

Aku telah menganggap Bibi Abby sebagai ibuku, dia sangat mirip dengan Ibu. Hanya saja Abby berambut coklat dan sedikit kusut sedangkan Ibu berambut ungu tua dan lurus. Mata Bibi Abby dan mata Ibu juga terlihat mirip, mata coklat itu selalu mengingatkanku pada Ibu, hanya saja wajah Ibu masih terlihat muda.

Aku melompat ke pelukan Bibi Abby, "Bibi! Ayo main lagi!" Aku membujuknya agar ia memberiku lebih banyak waktu bermain. Tapi saat itu juga aku bisa mendengar desahan pelan dari mulutnya, "tapi Putri Anne, kamu sudah bermain selama 3 jam... sekarang waktunya belajar."

Aku langsung cemberut, menunjukkan ekspresi imut yang akan sangat pas untuk anak berusia tujuh tahun. Ciuman hangat langsung mendarat di keningku. "Ayo tuan putri... hari ini kita akan belajar sejarah." jelas Bibi Abby, ia tahu betul kalau mata pelajaran kesukaanku adalah sejarah.

Mataku berbinar mendengar kata itu, "oke, Bibi! Aku mau belajar!" Dengan riang aku melepaskan pelukannya dan berlari penuh semangat masuk ke istana, diikuti oleh Bibi Abby di belakangku.

Tapi saat aku masuk kamar, Ayah sudah duduk di tempat tidurku. Tubuhnya yang kekar dan wajahnya yang dingin membuat senyuman di bibirku memudar. Ayah semakin dingin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Adrienne And The Dominique EmpireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang