Aku lari terbirit-birit sambil mendorong ranjang rumah sakit, di mana ayahku terlelap dengan menggunakan alat bantu pernapasan. Ia tidak sadarkan diri, saat ia menjalankan tugasnya sebagai seorang satpam. Aku, ibuku, dan Sita serta perawat lari mengiringinya menuju ruang ICU. Kami sebagai keluarga ayah, menunggu diluar. Saling menguatkan satu sama lain, agar ayah bisa sehat kembali.
Ayah akan dioperasi sebab beliau didiagnosa menderita vertigo. Namun aku curiga, dalam beberapa bulan terakhir wajah ayah begitu pucat seperti orang yang kekurangan darah. Tensinya selalu turun 70 per 80. Aku selalu menyarankan ayahku untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti kuning telur, untuk menaikan darahnya. Akan tetapi, kondisi ayah semakin memburuk.
Di luar ruang UGD, aku merasakan khawatir yang amat luar biasa. Belum pernah aku sekhawatir ini dengan ayahku. Tatapanku kosong dan diam dengan sejuta harapan, aku ingin ayah bertahan hidup, sebab beliau mengatakan bahwa ia semalam memantau beberapa restoran mewah yang telah ia persiapkan dihari valentine untuk ibu.
Aku melamun sambil mengenang masa-masa di mana aku sering berkelahi dengan ayahku yang dia cenderung egois. Dulunya, dia adalah pria yang kerjanya hanya menampung uang dari kami. Terutama kala itu ibu selalu mendapat kekerasan dalam rumah tangga.
"Mas Monra?!!! Ada yang bernama Mas Monra??!!" Seorang perawat, datang membuyarkan lamunanku.
"Yah, saya sendiri."
"Anda dipanggil oleh ayah anda"
Aku bersiap-siap mengiyakan panggilan ayah. Sebenarnya tidak ingin. Entah kenapa aku takut dia akan mengeluarkan kata-kata terakhir.
Ku tatap ayahku yang kulitnya makin lama-ia-makin-kurus. Dan aku, diam dengan memandangi yang penuh wajah penyesalan. Aku tak tahu, bagaimana perasaanku saat ini. Hal yang paling aku sesali, adalah membenci ayah yang terbaring tak berdaya.
"Monra...!!!"
YOU ARE READING
Hadiah Pertama
RomanceDari kecil, diriku dibesarkan oleh keluarga yang hidupnya susah. Ibuku dan aku mencari uang. Sementara ayahku? Ibuku adalah orang yang amat gigih. Dia kerja banting tulang untuk anak-anaknya, agar dapat mendapatkan pendidikan yang layaknya. Dia hany...