8. Foto

318 41 2
                                    

Pagi yang cerah seperti biasanya. Sinar matahari yang masuk dari celah-celah jendela kamar bernuansa hitam membuat pencahayaan kecil di ruangan itu. Sang empu tersadar, merasakan sepasang tangan melingkar sempurna di pinggang rampingnya.

"Jangan bangun. Masih jam 6, tidur saja sayang." Titah yang lebih tua ikut terbangun.

"Tapi kan–"

"Jadwal kamu kosong lixie, cuman meeting di sore nanti. Istirahat dulu ya, jalan aja sulit kan?" Bujuk Hyunjin dengan senyuman manis menghiasi wajah tampannya.

Hyunjin benar, seluruh tubuhnya sangat sakit saat ini.

"Kamu brutal ih, ga suka! Batal aja nikahnya yaa?" Ujar Felix main-main yang dianggap serius oleh Hyunjin. Sontak pria itu terbangun, berkali-kali menggumamkan kata maaf atas 'ketidaksengajaan' itu.

"Kan kelepasan!" Bibir Hyunjin mengerucut sebal. Felix serius, sebenarnya siapa yang menjadi pihak atas di sini?

Terkekeh beberapa saat, sebelum ia mengungkapkan rasa penasarannya sejak awal ia bertemu pria Hwang yang kini telah mengisi hatinya. "Aku tahu aku sangat terlambat untuk menanyakan hal ini, tapi berapa usiamu?" Tanya Felix dengan rasa penasaran.

"Tiga puluh enam."

"Kau kakek-kakek!" Ujar Felix keras sembari tertawa lepas, menunjuk wajah Hyunjin dengan jari telunjuknya.

"Bukankah kamu dua tahun lebih muda dariku hm? Kau juga kakek-kakek sayang." Balas Hyunjin membuat Felix menghentikan tawanya. Melirik tajam karena kesal akan jawaban yang pria itu berikan.

"Oh! Mungkin nenek-nenek? Tidak ada kakek-kakek secantik dirimu." Goda Hyunjin membuat pipinya bersemu kemerahan. Memukul dada yang lebih tua, menyembunyikan badan kecilnya di balik selimut bulu yang dihiasi oleh beberapa tetesan darah yang telah mengering.

Suka mengejek tapi tak suka dibalas balik. Iya ..., Hyunjin tau itu imut, meskipun sedikit menyebalkan di matanya.

"I love you."

"I love you more ."

"Gapapa Lix?" Tanya Eric khawatir dengan sang atasan. Wajah Felix terlihat masam sesaat setelah ia menginjakkan kaki di gedung itu. Entah apa alasannya.

"Diam Eric." Jawabnya singkat. Melanjutkan jalannya menuju ruang pertemuan dengan langkah tak seimbang.

"Katanya habis dipakaikan salep sembuh!" Batinnya kesal mengumpati Hyunjin karna pria itu telah berbohong. Nyatanya, lubangnya masih merasakan hal yang sama seperti tadi pagi, sakit dan perih.

"Abis ew— AWW!"

"Shut your mouth, sekertaris sialan!" Kesal si cantik memukul kepala Eric dengan berkas yang ada di tangannya. Sungguh, ia jadi tidak mood untuk meeting hari ini. Karna Hyunjin tentu saja. Kenapa pria itu harus 'minta lagi' saat ia berada di ambang pintu! Harusnya ia tolak kan? Iya kan?

"Tau begini aku tolak!"

Calm down Felix, penyesalan itu selalu datang di akhir.

Kini, Hyunjin berada di salah satu mall ternama di Korea. Meskipun dengan pakaian yang cukup sederhana, ia mampu membawa mata semua orang untuk mengikutinya. Dengan cepat ia menjadi pusat perhatian di tempat ramai itu.

Jika di tanya kenapa dirinya bisa ke sini, sebenarnya iseng saja saat mengingat Felix saat perjalanan pulang. Jadi ia memutuskan untuk membeli sesuatu yang berharga untuk Felix berhubung ia telah menerima gaji pertamanya. Tidak lucu jika menjadi pihak atas namun bergantung pada pihak bawah bukan?

Let's Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang