Pagi ini cahaya lembut matahari menciptakan kilau sempurna. Tidak ada warna putih awan di atas, membuat langit lebih cerah dari biasanya. Kim Yerim ingin menghargai keindahan ini. Pagi yang cerah cocok dengan senyum indahnya.
Sudah lima menit Yerim duduk di dalam Porsche putih miliknya. Sembari memeriksa penampilannya yang sudah sempurna, Yerim sesekali melirik kaca mobil. Menurut informasi yang dia dapatkan, Jeon Jungkook masih belum berada di kampus. Yang mana artinya, ia bisa bertemu dengannya jika menunggu di sini.
Tidak lama kemudian, sepeda motor hitam dengan sosok yang dia tunggu memasuki area parkir. Kendaraan itu diberhentikan agak jauh di belakang mobil Yerim dengan arah yang berlawanan.
Yerim segera turun, mengahampiri Jungkook yang melepaskan perlengkapan berkendaranya. "Jungkook!" Panggilnya dengan sedikit teriakan.
Pria yang dipanggil itu menoleh, menaikkan sebelah alisnya. "Apa?" Tanyanya singkat. Sangat cuek.
Di depan Jungkook, Yerim cemberut. Bibirnya sedikit dimajukan, dan sebelah pipinya penuh terisi udara. Gadis itu tidak benar-benar bermaksud marah, sengaja membuat ekspresi lucu untuk menarik perhatian tuanangannya ini.
"Di mana kau semalam?" Tanya Yerim menuduh.
Jungkook menjawab dengan datar, "Kurasa kau tahu." Setelah itu berjalan pergi melewati Yerim.
Ekspresi gadis itu mengendur. Dikejarnya Jungkook, lalu memeluk tangan pria itu dengan erat. Dengan raut cemberut dan sedih dia bertanya, "Pesta kemarin berakhir dengan buruk. Kenapa kau tidak datang meskipun sebentar?"
"Sejak awal aku sudah mengatakan kalau tidak ingin diadakan pesta apapun." Jawab Jungkook tanpa menoleh sama sekali. Pria itu terus berjalan dengan kaki panjangnya tanpa memedulikan Yerim yang sedikit kesusahan mengikuti langkahnya.
"Lalu apa yang kau inginkan? Kita bisa membuat rencana ulang sesuai dengan kesukaanmu untuk menebus acara yang gagal kemarin."
Jungkook tidak menanggapi sama sekali, secara tersirat mengungkapkan ketidakminatannya terhadap perayaan hari jadi pertunangan mereka berdua. Di sisi lain, Yerim terus memutar otaknya agar mendapatkan tanggapan.
"Jika kau tidak suka pesta, bagaimana kalau kita liburan saja berdua?"
Sambil meletakkan satu telunjuknya di dagu, Yerim berpikir sebentar, "Hmm Finland? Kita bisa melihat aurora di sana. Atau Yunani? Aku ingin mengunjungi Kuil Parthenon. Pantai di Bali juga bagus. Atau jika tidak mau ke luar negeri, Jeju juga lumayan. Kita belum pernah ke sana kan sebelumnya? Bagaimana?"
Setelah kalimat terakhir Yerim selesai, Jungkook akhirnya berhenti berjalan. Dia memanggil gadis itu tanpa menoleh, "Kim Yerim."
"Heung? Apa kau sudah memilih?"
"Aku mau masuk ke kelas."
"Eh?"
Yerim melihat ke sekitarnya. Terlalu asik mengajak ngobrol Jungkook membuatnya tidak sadar kalau mereka sudah berada di depan kelas pria itu.
Walaupun Jungkook dan Yerim berada di departemen yang sama, keduanya mengambil fokus yang berbeda. Sehingga, kelas keduanya pun harus berpisah juga.
Melihat Yerim tidak berniat mengendurkan pelukannya sedikitpun, Jungkook berinisiatif menarik tangannya sendiri. Namun begitu dia bergerak, pelukan Yerim di tangannya justru semakin dipererat.
"Sebentar! Kau harus menjawab pertanyaanku dulu."
Jungkook mengehela napas berat, lalu menjawab, "Tidak ada yang kuinginkan. Sekarang lepaskan tanganku!"
Pria itu menarik tangannya lagi. Tapi lagi-lagi Yerim memeluknya semakin erat.
"Kali ini apa lagi?"
Yerim tersenyum cerah sambil mendekatkan wajahnya pada Jungkook. Dengan tak tahu malunya ia berkata, "Ciuman selamat tinggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE ARCADE
FanfictionKim Yerim dan Jeon Jungkook sudah bertunangan selama tiga tahun, tapi hubungan keduanya kian hari semakin merenggang. Yerim dengan banyak ide-ide mengejutkan, tidak mampu menggerakkan Jungkook yang acuh setiap saat.