Chapter 03: Bento?

44 9 4
                                    

Pagi itu, suasana di rumah besar keluarga Jeon sangat tegang. Langit baru saja mulai memancarkan sinar matahari, tetapi keributan kecil sudah menggema di dalam rumah megah tersebut. Nyonya Jeon, seorang wanita setengah abad dengan postur yang masih tegak dan wajah tegas, melangkah masuk dengan raut wajah gelap. Rencana perjalanannya ke luar negeri terpaksa dibatalkan setelah mendengar kabar mengenai ulah putranya yang tak bisa dimaafkan.

Para pelayan yang sedang bersiap-siap untuk menyambut hari itu tergesa-gesa datang, memberikan salam hormat tanpa kesiapan. Nyonya Jeon berhenti sejenak di ruang tamu yang luas, menatap mereka dengan pandangan tajam.

"Di mana anak itu?" tanyanya dengan suara dingin.

Butler yang berdiri paling depan memimpin para pelayan, segera menjawab, "Tuan muda ada di kamarnya, Nyonya. Apakah perlu saya panggilkan?"

"Tidak perlu. Aku akan menemuinya sendiri."

Dengan langkah cepat dan hentakan keras, Nyonya Jeon menaiki tangga menuju lantai dua. Setiap langkahnya membawa aura dingin yang membuat para pelayan bergidik dan berdoa untuk keselamatan mereka sendiri.

Begitu sampai di depan pintu kamar putranya, ia membuka tanpa mengetuk. Didapatinya Jungkook di dalam sedang mengikat sepatu, bersiap-siap untuk pergi ke kampus.

"Jeon Jungkook! Apa yang telah kau lakukan?" suaranya menggelegar, memenuhi ruangan yang luas itu.

Jungkook menoleh dengan tenang, sedikit terkejut mendengar suara ibunya. "Ibu? Kenapa kau sudah pulang?" tanyanya menatap aneh pada sang ibu.

"Jangan mengalihkan perhatian! Lebih baik kau memberikan penjelasan tentang hal buruk yang telah kau lakukan pada Yerim!"

Jungkook mengangkat bahu, kembali fokus pada sepatunya. 

"Bersenang-senang di luar sementara Yerim sudah bersusah payah menyiapkan pesta untuk kalian berdua. Apakah seperti ini hasil didikan keluarga Jeon?" Nyonya Jeon melangkah mendekat, matanya berkilat marah.

"Yerim bilang kalian sedang bertengkar. Kau pikir aku percaya begitu saja? Terlihat jelas kau memang berniat mempermalukannya."

Jungkook hanya mendengus, tak terpengaruh oleh kemarahan ibunya. 

"Apa kau tahu bagaimana malunya Yerim karena tindakanmu ini? Sekarang orang-orang membicarakan hal ini. Mereka berpikir kau mencampakannya, dan diam-diam menjadikannya sebagai bahan lelucon."

Api di dalam diri Nyonya Jeon semakin berkobar mendapati seluruh ucapannya tidak dianggap serius sama sekali oleh sang putra. Dapat diyakini kalau suaranya melayang jauh terbawa angin yang lewat.

"Jeon Jungkook, kau sudah berusia lebih dari dua puluh, bukan lagi balita yang perlu dituntun! Apakah seperti ini perilaku pria dewasa? Lebih baik kau ubah jenis kelaminmu jika tidak bisa bertindak seperti seorang pria!"

Nyonya Jeon berhenti sejenak, menunggu jawaban. Tetapi yang dia dapati hanya ketidakpedulian putranya. "Ke mana mulutmu? Kau tidak bisa bicara sekarang?"

Jungkook sama sekali tidak merasa terpancing bahkan setelah dua bagian tubuhnya menjadi bahan ledakan amarah.

"Aku tidak mau tahu, kau harus meminta maaf pada Yerim! Bersujud padanya kalau perlu. Jangan pulang sebelum—"

Ucapan Nyonya Jeon terhenti ketika Jungkook mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Fokusnya berada pada keychain boneka berwarna ungu yang telah beberapa kali ia lihat sebelumnya. Ekspresinya seketika melembut. "Ini milik Yerim? Mobilnya di sini? Di mana dia?" tanyanya dengan nada yang jauh lebih halus dari sebelumnya.

Jungkook hanya menjawab tanpa daya, "Dia tidak ada di sini. Aku membawa pulang mobilnya semalam."

Jungkook turun diikuti ibunya, langkah mereka beriringan namun terasa berat oleh ketegangan yang masih tersisa.

LOVE ARCADETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang