Prolog

32 4 0
                                    

Langit malam di kota tua itu merentang gelap, hanya diterangi oleh cahaya remang-remang dari lampu jalanan yang hampir padam. Hujan turun dengan deras, menciptakan suara gemericik konstan yang menghantui. Jalanan yang basah dan berkilau menyerap bayangan dan cahaya dengan cara yang tidak wajar, seolah menghidupkan kota yang terabaikan. Di dalam keremangan ini, ada sebuah gedung tua berdiri dengan tenang, seperti penjaga rahasia yang telah lama terlupakan.

Di dalam gedung itu, sebuah ruangan yang hampir sepenuhnya gelap diselimuti oleh aroma dupa dan lilin yang terbakar, menciptakan suasana mistis yang tak tertandingi. Di tengah ruangan, sebuah meja besar terbuat dari kayu hitam yang mengkilap, dihiasi dengan berbagai benda misterius yang tampaknya baru saja digunakan. Lilin-lilin yang terbakar menyebarkan cahaya lembut, menciptakan bayangan-bayangan menari yang tampaknya hidup di dinding.

Di sudut ruangan, seorang pria berdiri dengan tubuh tegang dan napas terengah-engah. Raut wajahnya menampilkan ekspresi campuran antara kekhawatiran dan hasrat. Setiap gerakan tubuhnya dipenuhi dengan urgensi yang mencekam, seolah dia baru saja melarikan diri dari sesuatu yang tidak terlihat. Dia memperhatikan sebuah pintu yang terbuat dari besi tua, yang membentang dengan ancaman di tengah kegelapan.

Di belakang pria itu, seorang wanita muncul dari bayang-bayang, gaun merahnya yang berbahan satin mengalir dengan lembut di setiap langkahnya. Gaun tersebut membungkus tubuhnya dengan sensualitas yang mencolok, menampilkan lekuk tubuhnya dengan jelas. Dia berjalan mendekat dengan keanggunan yang menghipnotis, tatapannya yang penuh gairah dan penuh teka-teki menembus kegelapan.

Wanita itu mendekati pria dengan langkah-langkah yang penuh percaya diri, mengulurkan tangannya yang lembut dan membelai pipinya dengan sentuhan yang penuh hasrat. Setiap jari-jarinya menyentuh kulit pria dengan lembut namun intens, membangkitkan reaksi yang tidak tertahan. Napasnya hangat di telinga pria, menambah ketegangan yang menyala antara mereka. Suaranya, yang lembut dan menggoda, menyentuh telinga pria dengan bisikan yang hampir bersifat hypnotis, "Di sini, kau tidak perlu khawatir. Aku akan menuntunmu ke tempat yang kau cari."

Sebelum pria bisa merespons, wanita itu menariknya lebih dekat, bibirnya yang penuh dan sensual menyentuh bibir pria dengan ciuman yang penuh gairah. Ciuman mereka dimulai lembut namun segera menjadi semakin mendalam dan penuh gairah. Setiap sentuhan, setiap gerakan tubuh mereka, adalah pertukaran hasrat yang membara, dengan ciuman yang membara dan pelukan yang mendalam.

Wanita itu perlahan menggeser tubuhnya lebih dekat, membuat gaunnya yang tipis hampir melorot dari bahunya. Kulitnya yang halus dan membara terpapar dalam cahaya lilin, menciptakan kontras yang memukau dengan kegelapan di sekeliling mereka. Tubuh mereka saling menyentuh dengan dorongan yang tidak tertahan, menambah keintiman dan intensitas yang membara di antara mereka.

Pria itu, dalam kekaguman dan gairah, merangkul tubuh wanita dengan erat, merasakan aliran panas dan dorongan yang tidak bisa dia kendalikan. Sentuhan mereka semakin intens, mengisi ruangan dengan suara desahan dan bisikan penuh gairah. Setiap gerakan menjadi lebih cepat dan lebih mendalam, seolah mereka tenggelam dalam lautan emosi dan hasrat yang tidak dapat dipahami.

Namun, sebelum mereka bisa sepenuhnya tenggelam dalam keintiman mereka, suara pintu besi yang berat berderak membuka. Sebuah sosok gelap dan menakutkan muncul dari luar, dengan mata yang berkilauan dalam kegelapan. Sosok itu, diselimuti oleh aura kegelapan dan ancaman, melangkah masuk, menyebarkan rasa teror yang mencekam di antara mereka.

Momen gairah yang penuh hasrat ini terputus oleh kehadiran sosok gelap yang datang dengan ancaman yang tidak terduga. Kegelapan malam tidak hanya menyembunyikan bahaya yang mengancam tetapi juga menyoroti kedalaman hasrat dan ketegangan yang mengalir antara mereka. Keduanya harus segera menghadapi ancaman yang mengintai di tengah keintiman yang membara, menyadari bahwa mereka berhadapan dengan sesuatu yang jauh lebih menakutkan daripada sekadar gairah dan emosi.

SUMBANG (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang