01. Musuh

5.8K 254 20
                                    

Pagi itu, matahari bersinar lembut, membalut dunia dengan hangat cahayanya. Ahyeon melangkah mantap di antara jalan setapak menuju kelas, ditemani tiga sahabatnya—Ruka, Pharita, dan Asa. Keempatnya bagaikan gugusan bintang terang di langit sekolah, bersinar dengan masing-masing pesonanya, menjadi figur yang tak luput dari banyak mata.

Ahyeon, dengan reputasinya sebagai mantan Ketua OSIS yang tegas namun penuh tanggung jawab, telah lama dikenal sebagai sosok teladan. Sikapnya yang patuh pada aturan dan dedikasinya yang tak tergoyahkan membuat namanya menjadi panutan seangkatan. Bersama ketiga sahabatnya, mereka melangkah di semester akhir kelas tiga—masa di mana setiap detik terasa begitu berharga, menggantungkan kenangan di udara pagi yang penuh kehangatannya.

Ruka, yang tertua di antara mereka, selalu menjadi jiwa yang ceria. Tawanya yang renyah mampu memecah kebekuan seperti matahari yang mengusir kabut pagi. Dialah moodbooster sejati, yang tahu cara menyemangati mereka setiap hari.

Di sisinya, Asa melangkah dengan tenang, memancarkan pesona khasnya sebagai gadis berdarah Korea dan Jepang. Senyumnya yang manis terasa tulus terpancar, meski ia dikenal sebagai sosok perfeksionis. Baginya, setiap hal memiliki tempat dan waktunya, dan ia tak pernah membiarkan sesuatu melenceng dari tempatnya.

Pharita melengkapi lingkaran itu dengan anggun. Gadis asal Thailand ini bagaikan lukisan hidup—gerak-geriknya selalu memancarkan keanggunan yang memikat setiap manusia. Dengan tutur kata lembut dan sikap elegan, Pharita membawa aura yang mendamaikan, membuat siapapun merasa nyaman.

Mereka adalah sosok yang selalu menjadi pusat perhatian—empat kakak kelas yang dikagumi oleh seluruh siswa di sekolah. Bukan hanya karena paras mereka yang memukau, tetapi juga karena prestasi gemilang yang mereka punya. Mereka adalah definisi sempurna dari keseimbangan: cemerlang di bidang akademik, mengesankan di kegiatan non-akademik.

Dengan aura percaya diri, mereka berjalan menuju kelas di lantai tiga, derap langkah yang teratur seolah menjadi ritme kecil yang mengiringi suasana. Namun, di tengah keheningan langkah mereka, tiba-tiba suasana berubah.

Seseorang menabrak bahu Ahyeon dari belakang dengan begitu keras hingga tubuhnya hampir terhuyung jatuh ke depan. Untung saja, salah satu tangannya sedang merangkul lengan Asa. Sentuhan itu cukup untuk menahan tubuhnya tetap berdiri tegak. Jika tidak, ia pasti sudah kehilangan keseimbangan sepenuhnya.

Ahyeon menoleh cepat, tatapannya tajam bagai penuh kilatan amarah. Nafasnya memburu, bukan karena kelelahan, tetapi oleh kemarahan yang mendadak menyala di dadanya.

"YAAAKKK! Shibal!! Hei sialan, selain jalan pakai kaki tuh gunain juga mata lo!" Suaranya melengking tajam, setiap kata penuh dengan desisan marah yang ingin diluapkan.

Tatapan Ahyeon yang tajam bertemu dengan sosok di hadapannya—Aurora, seorang adik kelas satu tingkat di bawah mereka. Wajah Aurora terlihat santai, nyaris tanpa ekspresi bersalah, meski jelas-jelas baru saja menabrak seseorang dengan cukup kerasnya. Tapi yang membuat darah Ahyeon mendidih bukan sekadar tabrakan yang menimpanya, melainkan respons Aurora yang datang berikutnya.

"Ya lo, makanya kalau jalan tuh minggir," ucap Aurora dingin, wajahnya penuh dengan ketidakpedulian. Seolah-olah situasi ini adalah salah Ahyeon semata. Ia bahkan menambahkan, "Lagian, ini sekolah nenek moyang lo, ya?" nada suaranya tajam, nyaris seperti sengaja ingin memancing kemarahan.

Ahyeon sejenak tertegun. Bukan karena takut atau terintimidasi gadis di hadapannya, melainkan oleh keberanian Aurora yang terasa begitu lancang. Aurora tahu betul, bahkan tanpa perlu diberitahu, bahwa fakta di balik ucapannya justru bertentangan dengan realitas yang ada.

"YAKKKK! Ini sekolah emang punya keluarga gue, dasar setan!" balas Ahyeon dengan nada rendah, berusaha keras untuk menahan diri agar tak memancing lebih banyak perhatian. Napasnya semakin memburu, bibirnya gemetar, tapi matanya tetap menatap Aurora dengan intensitas yang membuat gadis itu sedikit terpaku dan terdiam.

Lowkey.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang